Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014

(1)

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

MALARIA DI DESA SELAKAMBANG KECAMATAN

KALIGONDANG KABUPATEN PURBALINGGA

TAHUN 2014

SKRIPSI

Oleh:

IKA NUR ATIKOH

NIM: 1111101000138

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

TAHUN 2015


(2)

(3)

iii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN Skripsi, Oktober 2015

Nama: Ika Nur Atikoh, NIM: 1111101000138

Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014

xvii + 103 halaman, 10 tabel, 2 gambar, 2 bagan, 3 lampiran ABSTRAK

Latar Belakang: Malaria merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan segera. Salah satu daerah endemis Malaria ialah Purbalingga. Kasus Malaria di Desa Selakambang meningkat dari 23 kasus menjadi 91 kasus pada tahun 2014 dan menyumbang 80,5% kasus Malaria di Kecamatan Kaligondang yang menyebabkan Purbalingga termasuk dalam daerah endemis Malaria.

Tujuan: Diketahuinya faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang.

Metode: Desain studi yang digunakan ialah cross sectional dengan populasi penelitian adalah seluruh warga di Desa Selakambang. Sampel diambil dengan teknik stratified random sampling sebanyak 138 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ialah lembar kuesioner dengan analisis hubungan menggunakan uji Chi Square.

Hasil: Sebanyak 12 orang dari 138 sampel diketahui menderita Malaria. Sebagian besar penderita Malaria ialah perempuan (66,7%), berusia 25 – 45 tahun (58,3%) dan memiliki pekerjaan berisiko (58,3%). Ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan (p.value = 0,001), pemakaian kelambu (p.value = 0,000) dan keberadaan ternak (p.value = 0,035) dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang.

Simpulan: Faktor yang berhubungan dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang ialah faktor demografi individu (pekerjaan), faktor perilaku (penggunaan kelambu) dan faktor lingkungan (keberadaan kandang ternak). Puskesmas Kaligondang dan Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga diharapkan tetap memberikan penyuluhan terkait Malaria dan membuat program ataupun kebijakan yang terfokus pada ketiga faktor risiko tersebut.

Kata Kunci: Faktor risiko, Malaria, Purbalingga Daftar Bacaan: 80 (1989 – 2015)


(4)

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES PUBLIC HEALTH MAJOR

ENVIRONMENTAL HEALTH

Undergraduate Thesis, October 2015

Name: Ika Nur Atikoh, NIM: 1111101000138

Factors Associated to the Incidence of Malaria in Selakambang, Kaligondang, Purbalingga 2014

xvii + 103 pages, 10 tables, 2 pictures, 2 schemes, 3 attachments ABSTRACT

Background: Malaria can be fatal if not treated immediately. One of the areas where Malaria is endemic is Purbalingga. Cases of Malaria in Selakambang increased from 23 cases to 91 cases in 2014 and 80.5% of the cases are in district Kaligondang. It makes Purbalingga as Malaria-endemic areas.

Objective: to find out factors associated to the incidence of Malaria in the village Selakambang.

Methods: The study design used is cross sectional study, population is all residents in the village Selakambang. Samples were taken with stratified random sampling of at least 138 people. The instrument used in this study is the questionnaire and technique data analysis using Chi Square test.

Results: There are 12 of the 138 samples were suffering from Malaria. Most patients with Malaria are women (66.7%), aged 25-45 years (58.3%) and have a risky job (58.3%). There is a significant relationship between the type of work (p.value = 0.001), use of mosquito nets (p.value = 0.000) and the presence of cattle (p.value = 0.035) with the incidence of Malaria in the village Selakambang. Conclusion: Factors associated to the incidence of Malaria in Selakambang is individual demographic factors (work), behavioral factors (use of mosquito nets) and environmental factors (the existence of cattle). Kaligondang Health Center and District Health Offices of Purbalingga must to continue to provide counseling related to Malaria and make program or policy that focuses on these three risk factors.

Keywords:Risk factors, Malaria, Purbalingga


(5)

v


(6)

(7)

vii

LEMBAR PERSEMBAHAN

Percayalah bahwa sesuatu yang dilandasi dengan keyakinan akan dapat tercapai. “Apa yang Anda yakini, itu yang akan terjadi”

---

Atas segala rahmat, ni’mat, ridho dan karunia Allah yang Maha Kuasa yang telah memberi kemudahan dan segala keajaiban pada penulis, serta dengan melimpahkan sholawat dan salam

kepada Nabi Muhammad SAW, skripsi ini penulis persembahkan untuk: Papa dan Mama

Semoga skripsi ini dapat menjadi karya yang layak untuk sedikit mewakili rasa terimakasihku untuk Papa dan Mama atas segala usaha, do’a, kasih sayang dan semangat yang dengan tulus diberikan padaku. Trimakasih atas kepercayaan yang diberikan padaku bahwa aku pasti bisa

sampai sejauh ini.  Nila dan Agha

Keceriaan yang kalian berikan selalu memberikan warna dan semangat sepanjang proses penyelesaian skripsi ini. Kedua adikku tersayang, karya ini ada karena kalian.


(8)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ika Nur Atikoh

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Purbalingga, 13 Juli 1994

Warganegara : Indonesia

Agama : Islam

Alamat Asal : Jl. Al Ikhlas, Kembangan RT 04/07, Kecamatan Bukateja, Kabupaten Purbalingga

Telepon : 085740264830

Email : ika.noora@gmail.com

Pendidikan Formal:

1. RA Diponegoro (1998 – 1999)

2. MI YAPPI Kembangan I (1999 – 2005)

3. MTs Minhajut Tholabah Bukateja (2005 – 2008) 4. MA Minhajut Tholabah Bukateja (2008 – 2011)

5. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Peminatan Kesehatan Lingkungan (2011 – 2015)


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tidak ada halangan yang berarti. Skripsi yang berjudul “Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014” ini penulis susun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).

Selama proses penyusunan skripsi ini banyak pihak yang terlibat dan sangat membantu penulis baik dalam hal moril maupun materiil. Untuk itu, penulis sampaikan terima kasih kepada:

1. Papa dan Mama, yang senantiasa memberikan doa, motivasi dan semangat kepada penulis sehingga penulis tidak putus asa dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan sekaligus Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasehat yang membangun.

3. Ketua Program Studi, Fajar Ariyanti, SKM, M.Kes, Ph.D beserta jajaran dosen khususnya Dr. Ela Laelasari, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing I dan Hoirun Nisa, M.Kes, Ph.D selaku dosen pembimbing II yang selalu memberikan ilmu dan petunjuk dalam mengerjakan skripsi ini sehingga penulis tahu kemana arah dan tujuan pembuatan skripsi ini.

4. Kepala Puskesmas Kaligondang dan Kepala Desa Selakambang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.


(10)

5. Kepala Dusun 2, Kepala Dusun 3 dan Kepala Dusun 5 Desa Selakambang atas semua jasa dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama proses pengambilan data.

6. Nila, atas kesetiannya menemani penulis selama proses pengambilan data hingga selesainya skripsi.

7. Agha dan Mas Faishal yang selalu menghibur saat bosan, menemani saat lelah dan membakar kembali semangat penulis ketika mulai padam.

8. Pak Azib Rasyidi yang senantiasa meluangkan waktu disela – sela kesibukannya untuk membantu proses penyelesaian administrasi sampai akhir.

9. Keluarga CSSMoRA UIN Jakarta khususnya CSSMoRA 2011 untuk Kesmas Bahagia, Keluarga Jambu dan Keluarga Cemara.

10. Teman – teman seperjuangan Kesehatan Masyarakat 2011 khususnya peminatan Kesehatan Lingkungan, Keluarga ENVIHSA, DEMA FKIK dan PMII KOMFAKKES atas pengalaman luar biasa yang dapat memotivasi penulis.

11. Seluruh pihak terkait yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, atas semua jasa dan waktu yang disediakan untuk penulis guna menyelesaikan skripsi ini.

Penulis berharap skripsi ini dapat diterima dan memberi manfaat bagi siapapun yang membacanya. Akhir kata, semua kritik dan saran penulis nantikan untuk perbaikan kedepan. Terimakasih.

Jakarta, Oktober 2015 Penulis


(11)

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... v

LEMBAR PERSEMBAHAN ... vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR BAGAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Pertanyaan Penelitian ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Pengertian Malaria ... 11

B. Gejala Malaria ... 12

C. Faktor Penyebab Infeksi Malaria ... 14

1. Faktor Host ... 14

2. Faktor Agent ... 22

3. Faktor Lingkungan ... 24

D. Kerangka Teori ... 30

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 34

A. Kerangka Konsep ... 34

B. Definisi Operasional ... 40


(12)

BAB IV METODE PENELITIAN ... 49

A. Desain Penelitian ... 49

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 49

C. Populasi dan Sampel ... 49

D. Pengumpulan Data ... 52

1. Sumber Data ... 52

2. Metode Pengumpulan Data ... 53

3. Instrumen Penelitian ... 53

E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 54

F. Pengolahan dan Analisis Data ... 55

BAB V HASIL PENELITIAN ... 58

A. Gambaran Tempat Penelitian ... 58

1. Profil Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga... 58

2. Distribusi Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 ... 59

B. Analisis Univariat ... 60

1. Frekuensi Kejadian Malaria Berdasarkan Faktor Demografi Penduduk pada Masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 ... 60

2. Frekuensi Kejadian Malaria Berdasarkan Faktor Perilaku pada Masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 ... 61

3. Frekuensi Kejadian Malaria Berdasarkan Faktor Lingkungan pada Masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 ... 62

C. Analisis Bivariat ... 64

1. Hubungan Faktor Demografi Penduduk dengan Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 ... 64

2. Hubungan Faktor Perilaku dengan Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 ... 65


(13)

xiii

3. Hubungan Faktor Lingkungan dengan Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun

2014 ... 66

BAB VI PEMBAHASAN ... 68

A. Keterbatasan Penelitian ... 68

B. Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga ... 69

C. Hubungan antara Faktor Demografi Penduduk dengan Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 ... 70

1. Usia... 70

2. Jenis Kelamin ... 72

3. Pekerjaan ... 73

D. Hubungan antara Faktor Perilaku dengan Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 ... 75

1. Perilaku Keluar Rumah pada Malam Hari ... 75

2. Penggunaan Kelambu ... 78

3. Pemasangan Kasa Anti Nyamuk ... 80

4. Penggunaan Obat Nyamuk ... 82

E. Hubungan antara Faktor Faktor Lingkungan dengan Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 ... 83

1. Keberadaan Tempat Perindukan Nyamuk... 83

2. Jarak Rumah dengan Tempat Perindukan Nyamuk ... 85

3. Keberadaan Kandang Ternak ... 87

4. Jarak Rumah dengan Kandang Ternak... 88

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 90

A. Simpulan ... 90

B. Saran ... 93


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 40 Tabel 4.1 Proporsi Sampel Menurut RW di Desa Selakambang ... 53 Tabel 4.2 Hasil r Hitung Pertanyaan Terkait Variabel yang diteliti ... 56 Tabel 5.1 Distribusi Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan

Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 ... 61 Tabel 5.2 Frekuensi Kejadian Malaria Berdasarkan Demografi Penduduk

Pada Masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 ... 61 Tabel 5.3 Frekuensi Kejadian Malaria Berdasarkan Perilaku pada Masyarakat

di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten

Purbalingga Tahun 2014 ... 62 Tabel 5.4 Frekuensi Kejadian Malaria Berdasarkan Faktor Lingkungan pada

Masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang

Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 ... 64 Tabel 5.5 Hubungan Faktor Demografi Penduduk dengan Kejadian Malaria di

Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten

Purbalingga Tahun 2014 ... 65 Tabel 5.6 Hubungan Faktor Perilaku dengan Kejadian Malaria di Desa

Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 ... 66 Tabel 5.7 Hubungan Faktor Lingkungan dengan Kejadian Malaria di Desa

Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 ... 67


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Anopheles ... 17 Gambar 2.2 Siklus Hidup Plasmodium ... 24


(16)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian ... 33 Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 34


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Malaria merupakan penyakit serius dan fatal yang ditularkan oleh nyamuk dan jika tidak segera diobati maka penderita akan mengalami komplikasi yang parah dan dapat meninggal (CDC, 2015). Menurut WHO (2014), angka kematian Malaria di dunia pada tahun 2013 masih mencapai 47% dan 78% diantaranya ialah anak – anak yang berumur dibawah 5 tahun.

Indonesia masih menjadi negara transmisi Malaria atau berisiko Malaria karena pada tahun 2010 terdapat 229.819 kasus positif Malaria dan meningkat menjadi 256.592 kasus pada tahun 2011 (Kemenkes, 2012). Sesuai profil kesehatan Indonesia tahun 2010, terdapat sekitar 80% kabupaten/kota di Indonesia termasuk kategori endemis Malaria dengan lebih dari 45% penduduknya berdomisili di desa endemis. Pada tahun 2013, data menunjukkan bahwa terdapat 14% daerah endemis tinggi Malaria dan 71% daerah endemis rendah Malaria di Indonesia (Kemenkes, 2014).

Sedangkan untuk Annual Paracite Incidence (API) di Indonesia pada tahun 2013 mencapai 1,38 per 1000 penduduk, artinya masih ada 138 penduduk yang sakit Malaria dari 100.000 penduduk. Angka tersebut masih belum mencapai target Rencana Strategi Kementerian Kesehatan RI yakni <1,25 per 1000 penduduk pada tahun 2013 (Kemenkes, 2014). Selain itu, lebih dari 70% kematian bayi di Indonesia disebabkan oleh diare, pneumonia, campak, malnutrisi dan Malaria (Depkes, 2008).


(18)

Jika dilihat dari tren API untuk Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, angka API Provinsi Jawa Tengah sampai tahun 2013 belum mencapai 0,00 (Kemenkes, 2014). Pada tahun 2015, Pulau Jawa beserta dua Provinsi NAD dan Kepulauan Riau telah ditargetkan menjadi sasaran eliminasi Malaria tahap II oleh Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes, 2011). Angka API di Jawa Tengah secara berturut-turut selama 7 tahun terakhir (tahun 2007 – 2013) masih fluktuatif yakni 0,12; 0,07; 0,08; 0,1; 0,01; 0,03; 0,04 per 1000 penduduk, hal ini menunjukkan bahwa Malaria masih menjadi masalah di Jawa Tengah (Kemenkes, 2014). Menurut data Riskesdas, sebanyak 7,1% penderita bertempat tinggal di daerah pedesaan dan sebanyak 7,8% merupakan petani, nelayan atau buruh (Kemenkes, 2013). Selain itu, diketahui masih terdapat 2.420 kasus Malaria di Jawa Tengah pada tahun 2012 (Dinkes, 2012).

Data menunjukkan bahwa Purbalingga pernah mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) Malaria pada tahun 2003 dengan 1.418 kasus positif terdapat Plasmodium, sp dan tahun 2010 dengan 952 kasus positif terdapat Plasmodium, sp. Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga (2014) penyakit menular yang terdapat di Purbalingga antara lain ialah Malaria, TB paru, HIV/AIDS, ISPA dan kusta. Malaria diketahui sebagai penyakit menular dengan kasus tertinggi di Purbalingga yang angka kasusnya meningkat tajam dari 1.355 kasus di tahun 2012 menjadi 1.943 kasus di tahun 2013. Pada tahun 2013, kasus tersebut tersebar di 9 kecamatan di Purbalingga dengan 187 diantaranya dinyatakan positif terdapat Plasmodium, sp didalam darah.


(19)

3

Selama lima tahun terakhir terdapat 5 kecamatan yang masih terdapat kasus Malaria di Kabupaten Purbalingga yaitu Pengadegan, Karanganyar, Karangmoncol, Rembang dan Kaligondang. Namun pada tahu 2014, dari kelima kecamatan tersebut kasus terbanyak berada di Kecamatan Kaligondang yaitu sebanyak 113 kasus dengan 91 kasus tersebut berada di Desa Selakambang dengan API 11,83 per 1000 penduduk (DKK, 2014).

Responden dalam penelitian tentang Malaria yang dilakukan oleh Nurbayani (2013) sebagian besar (43,4%) bekerja sebagai buruh, sedangkan dalam penelitian Bagaray et al. (2015) sebesar 73,7% respondennya bekerja sebagai petani. Menurut beberapa penelitian keluar rumah pada malam hari merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian Malaria seperti penelitian yang dilakukan oleh Asa et al. (2015), Bagaray et al. (2015) dan Budiyanto (2011). Yawan (2006) dan Rooroh (2013) juga mendukung pernyataan tersebut bahwa orang yang keluar rumah pada malam hari memiliki risiko lebih besar terkena Malaria dibandingkan dengan orang yang tidak keluar rumah pada malam hari.

Selain itu, penggunaan kelambu juga merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian Malaria sesuai dengan penelitian yang dilakukan Nurbayani (2013), Erdinal et al. (2006) dan Bagaray et al. (2015). Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syahrain et al. (2015) dan Yawan (2006).

Menurut Syahrain et al. (2015), Sagay et al. (2015) dan Nurfitrianah et al. (2015) selain faktor di atas pemakaian obat anti nyamuk juga berhubungan dengan kejadian Malaria. Pemasangan kasa ventilasi juga diketahui


(20)

berhubungan dengan kejadian Malaria (Erdinal et al. (2006) dan Budiyanto (2011)).

Selain faktor dari manusia, faktor lingkungan juga berhubungan dengan kejadian Malaria. Faktor tersebut ialah tempat perindukan nyamuk (Walean et al. (2015), Nurbayani (2013) dan Yawan (2006)) dan keberadaan ternak (Bagaray et al. (2015) dan Mulyono et al. (2013)). Kusdaryanto et al. (2005) melakukan penelitian di Jepara dengan hasil bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan kepadatan nyamuk didalam rumah antara lain ialah letak kandang yang berada didalam rumah dan jarak tempat perindukan nyamuk yang dekat.

Angka API di Kecamatan Kaligondang selama 5 tahun terakhir (2010

– 2014) menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga (DKK, 2014) masih fluktuatif, yakni 3,81; 1,43; 0,66; 0,86; 2,84. Sampai saat ini di Kecamatan Kaligondang khususnya Desa Selakambang dengan kondisi tersebut belum pernah dilakukan penelitian terkait faktor yang mempengaruhi kejadian Malaria di daerah tersebut. Hal tersebut menjadikan peneliti ingin mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Tahun 2015.

B. Rumusan Masalah

Banyaknya kasus Malaria yang terjadi di Desa Selakambang setahun terakhir yakni 91 kasus menyumbang 80,5% untuk kasus Malaria di Kecamatan Kaligondang dan menyebabkan Purbalingga termasuk dalam daerah endemis Malaria. Menurut laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga tahun 2014, angka API Desa Selakambang selama 3 tahun


(21)

5

terakhir (2010 – 2014) ialah 0,13; 2,99; 11,83 per 1000 penduduk. Artinya penderita Malaria pada tahun 2010 meningkat dari 13 orang per 100.000 penduduk menjadi 1.183 orang per 100.000 penduduk pada tahun 2014. Meningkatnya angka kesakitan Malaria tersebut menunjukkan Malaria masih menjadi masalah yang belum diselesaikan. Selain itu, di Desa Selakambang belum pernah dilakukan penelitian mengenai faktor yang berhubungan dengan kejadian Malaria di daerah tersebut. Untuk itu, peneliti ingin mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014. C. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana distribusi kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014?

2. Bagaimana frekuensi kejadian Malaria berdasarkan karakteristik demografi individu (usia, jenis kelamin, pekerjaan) pada masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014?

3. Bagaimana frekuensi kejadian Malaria berdasarkan perilaku (keluar rumah pada malam hari, penggunaan kelambu, pemasangan kasa anti nyamuk, penggunaan obat anti nyamuk) pada masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014?

4. Bagaimana frekuensi kejadian Malaria berdasarkan faktor lingkungan (keberadaan tempat perindukan nyamuk, keberadaan kandang ternak,


(22)

jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk, jarak rumah dengan kandang ternak) di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014?

5. Apakah ada hubungan antara karakteristik demografi individu (usia, jenis kelamin, pekerjaan) dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014?

6. Apakah ada hubungan antara perilaku masyarakat (keluar rumah pada malam hari, penggunaan kelambu, pemasangan kasa anti nyamuk, penggunaan obat anti nyamuk) dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014?

7. Apakah ada hubungan antara faktor lingkungan (keberadaan tempat perindukan nyamuk, keberadaan kandang ternak, jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk, jarak rumah dengan kandang ternak) dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Diketahuinya faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014.


(23)

7

2. Tujuan Khusus

Tujuan Khusus dari penelitian ini ialah sebagai berikut:

a. Diketahuinya ditribusi kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014.

b. Diketahuinya frekuensi kejadian Malaria berdasarkan karakteristik demografi individu (usia, jenis kelamin, pekerjaan) pada masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014.

c. Diketahuinya frekuensi kejadian Malaria berdasarkan perilaku (keluar rumah pada malam hari, penggunaan kelambu, pemasangan kasa anti nyamuk, penggunaan obat anti nyamuk) pada masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014.

d. Diketahuinya frekuensi kejadian Malaria berdasarkan faktor lingkungan (keberadaan tempat perindukan nyamuk, keberadaan kandang ternak, jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk, jarak rumah dengan kandang ternak) di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014.

e. Diketahuinya hubungan antara karakteristik demografi individu (usia, jenis kelamin, pekerjaan) dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014.

f. Diketahuinya hubungan antara perilaku masyarakat (keluar rumah pada malam hari, penggunaan kelambu, pemasangan kasa anti


(24)

nyamuk, penggunaan obat anti nyamuk) dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014.

g. Diketahuinya hubungan antara faktor lingkungan (keberadaan tempat perindukan nyamuk, keberadaan kandang ternak, jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk, jarak rumah dengan kandang ternak) dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini akan memberi manfaat kepada berbagai pihak dan instansi, manfaat tersebut antara lain ialah:

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti lain jika membutuhkan referensi terkait penelitian dengan topik yang sama. 2. Bagi Masyarakat Desa Selakambang

Penelitian ini akan membantu masyarakat untuk mengetahui cara mencegah dan mengendalikan penyebaran penyakit Malaria terutama yang diakibatkan oleh faktor host dan faktor lingkungan sekitar sehingga masyarakat mampu mandiri dan berpartisipasi aktif dalam mencegah, mengendalikan serta mengeliminasi penyakit Malaria, khususnya bagi warga Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga.


(25)

9

3. Bagi Puskesmas Kaligondang

Adanya penelitian ini akan membantu Puskesmas Kaligondang dalam menemukan faktor yang menjadi penyebab terjadinya penyakit Malaria di wilayah kerja Puskemas Kaligondang. Kemiripan karakteristik daerah di wilayah kerja puskesmas menjadikan hasil penelitian ini dapat diaplikasikan di wilayah kerja Puskesmas Kaligondang sehingga pemilihan program eliminasi dapat diterapkan sesuai dengan faktor penyebab yang ditemukan.

4. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga

Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga akan terbantu dengan adanya penelitian ini karena hasil dari penelitian ini akan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan selanjutnya terhadap program eliminasi penyakit Malaria sehingga kebijakan dan program yang akan dilakukan sesuai kondisi lapangan dan tepat sasaran berdasarkan faktor penyebab kejadian Malaria khususnya di Kabupaten Purbalingga.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga pada bulan Juli hingga bulan Agustus tahun 2015. Tujuan dilakukannya penelitian ini ialah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014. Subjek yang diteliti ialah warga Desa Selakambang yang tinggal selama lebih dari satu tahun. Penelitian ini dilakukan dengan desain studi cross sectional menggunakan


(26)

data primer yang didapatkan dari hasil kuesioner dengan jumlah sampel sebanyak 138 sampel. Sampel ditentukan dengan teknik stratified random sampling.

Variabel independen dalam penelitian ini ialah karakteristik demografi individu (usia, jenis kelamin, pekerjaan), perilaku (keluar rumah pada malam hari, penggunaan kelambu, pemasangan kasa anti nyamuk, penggunaan obat anti nyamuk) dan faktor lingkungan (keberadaan tempat perindukan nyamuk, keberadaan ternak, jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk, jarak rumah dengan ternak). Sedangkan variabel dependen dari penelitian ini ialah kejadian Malaria pada warga Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Tahun 2014. Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan Puskesmas Kaligondang dan Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga terbantu dalam menetapkan program yang sesuai dan tepat sasaran.


(27)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Malaria

Malaria ialah penyakit yang disebabkan oleh parasit yang sebagian siklus hidupnya berada di dalam tubuh manusia dan sebagian di dalam tubuh nyamuk (NIAD, 2007). Parasit tersebut berkembang biak dalam hati manusia dan kemudian menginfeksi sel darah merah (WHO, 2015). Malaria terjadi bila eritrosit diinvasi oleh salah satu dari empat spesies parasit ptotozoa dari genus Plasmodium (Wahab, 2000). Spesies yang paling banyak dijumpai ialah Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. Plasmodium Malariae dijumpai di Indonesia bagian Timur sedangkan Plasmodium ovale pernah ditemukan di Papua dan Nusa Tenggara Timur (Prabowo, 2004).

Malaria pada manusia dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu (Anies (2006) dan (Tjay and Rahardja, 2007)):

1. Malaria Tropika

Malaria tropika juga disebut sebagai demam rimba (jungle fever). Merupakan Malaria terganas dengan mortalitas terbesar yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum dengan masa inkubasi 7 – 12 hari. Jika tidak diobati Malaria jenis ini akan dapat menyebabkan penderita mengigau, koma hingga kematian akibat eritrosit yang menyumbat kapiler otak. Gejala dari Malaria ini ialah berkurangnya kesadaran dan demam yang tidak menentu dan terkadang terus menerus dengan suhu yang sangat tinggi (di atas 48oC).


(28)

2. Malaria Tersiana

Malaria jenis ini disebabkan oleh dua Plasmodium, yakni Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale. Malaria ini tidak menyebabkan kematian meski tidak dilakukan pengobatan. Ciri – ciri dari Malaria ini ialah penderita mengalami demam secara berkala 3 hari sekali dengan puncak setelah setiap 48 jam. Masa inkubasi untuk Malaria ini ialah 10 – 14 hari. Gejala lain yang biasanya terjadi ialah malaise umum, nyeri kepala, nyeri punggung dan mual.

3. Malaria Kwartana

Malaria kwartana mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali dengan puncak demam setiap 72 jam. Gejala Malaria ini mirip dengan Malaria tertiana namun gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Parasit yang menyebabkan Malaria kwartana ialah Plasmodium Malariae dengan masa inkubasi selama 4 – 6 minggu.

B. Gejala Malaria

Penderita yang terserang Malaria biasanya melalui tiga tahap yakni menggigil, diikuti oleh demam kemudian berkeringat. Saat menggigil, orang tersebut cenderung sakit kepala, malaise, kelelahan dan nyeri otot. Selain itu, kadang mual, muntah dan diare. (NIAD, 2007).

Gejala pertama dari Malaria ini dimulai bertepatan dengan pecahnya sel darah merah yang terinfeksi. Semakin banyak sel darah yang pecah di waktu yang sama maka serangan Malaria dapat terjadi berulang – ulang


(29)

13

secara teratur. Periode untuk masing – masing spesies berbeda, untuk P. vivax danP. ovale setiap 2 hari sedangkan untuk P. Malariae 3 hari (NIAD, 2007).

UNICEF (2000) menjelaskan bahwa berikut merupakan tanda – tanda seseorang yang menderita Malaria:

1. Terjadi perubahan perilaku seperti kebingungan, dll. 2. Muntah, tidak dapat makan ataupun minum.

3. Diare hebat.

4. Pendarahan berat di hidung, gusi atau bagian lain. 5. Demam tinggi melebihi 39o C

6. Dehidrasi 7. Anemia

8. Kekuningan pada mata

Gejala penting lain menurut Tjay and Rahardja (2007) ialah membesarnya limpa dan anemia yang diakibatkan oleh hemolisa semua sel baik yang sehat maupun terinfeksi yang menyebabkan urin warna hitam (blackwater fever). Selain itu juga terjadi serangan panas – dingin yang terdiri atas tiga fase, yaitu:

1. Fase dingin, berlangsung dari 30 sampai 60 menit karena terjadinya penyempitan pembuluh. Penderita menggigil karena merasa sangat dingin dan suhu badan meningkat dengan cepat sampai dengan 41oC. 2. Fase panas, menyusul setelah fase dingin yang berlangsung selama 2 – 6

jam. Fase ini menyebabkan penderita kadang – kadang mengigau.

3. Fase berkeringat, fase dimana penderita merasa letih dan merasa ingin tidur.


(30)

C. Faktor Penyebab Infeksi Malaria

Penyakit menular disebabkan oleh interaksi antara faktor host (pejamu), agent (penyebab penyakit) dan environment (lingkungan) (Nisa, 2007).

1. Faktor Host

Host dibagi menjadi dua yakni definitive host dan intermediate host. Definitive host ialah jika siklus seksual suatu agent terjadi pada tubuh host, jika yang terjadi pada tubuh host ialah siklus aseksual agent maka itu disebut sebagai intermediate host. definitive host penyakit Malaria ialah nyamuk Anopheles dan intermediate host Malaria ialah manusia (Chandra, 2009).

a. Definitive Host Malaria

Terdapat sekitar 3450 spesies nyamuk, 400 spesies diantaranya ialah nyamuk Anopheles dengan 70 spesies merupakan vektor Malaria. Anopheles yang menjadi vektor Malaria di Indonesia terdiri dari 24 spesies. Spesies nyamuk Anopheles yang menjadi vektor ini berbeda – beda menurut daerah, yaitu (Natadisastra and Agoes, 2009):

a. Jawa dan Bali, terdiri dari Anopheles sundaicus, Anopheles aconitus, Anopheles maculatus, Anopheles subpictus, Anopheles flavirostris, Anopheles tesselatus.

b. Sumatera, yaitu Anopheles sundaicus, Anopheles aconitus, Anopheles nigerrimus, Anopheles barbirostris, Anopheles


(31)

15

sinensis, Anopheles kochi, Anopheles leucosphyrus, Anopheles subpictus, Anopheles annularis, Anopheles maculatus.

c. Sulawesi, antara lain Anopheles sundaicus, Anopheles subpictus, Anopheles flavirostris, Anopheles minimus, Anopheles vanus.

d. Kalimantan, vektornya adalah Anopheles sundaicus, Anopheles umbrosus, Anopheles balabacensis, Anopheles baezai.

e. Irian Jaya, yaitu Anopheles farauti, Anopheles punctulatus, Anopheles bancrofti, Anopheles koliensis.

Siklus hidup dari nyamuk melalui 4 tahap yakni telur, larva, pupa dan dewasa. Fase tersebut dapat mudah dikenali dari bentuk fisik nyamuk tersebut (AMCA, 2014).

1) Telur

Anopheles dan beberapa genus lain bertelur tunggal dan tidak meletakkan telur mereka membentuk rakit seperti spesies nyamuk lain (Gambar 2.1a). Anopheles meletakkan telur di permukaan air dan kebanyakan telur menetas menjadi larva dalam waktu 48 jam.

2) Larva

Larva hidup di dalam air dan muncul ke permukaan air untuk bernafas. Larva melepaskan kulit mereka sebanyak 4 kali dan terus mengalami pertumbuhan setelah melepas kulit. Kebanyakan larva memiliki sejenis pipa untuk bernafas dan menggantung terbalik dari permukaan air. Akan tetapi


(32)

Anopheles tidak memiliki pipa sehingga larva terletak sejajar dengan permukaan air untuk mendapat pasokan oksigen melalui saluran pernafasan (Gambar 2.1b). Sumber makanan larva ialah mikroorganisme dan bahan organik yang ada di dalam air. Larva kemudian berubah menjadi pupa saat pelepasan kulit yang ke-empat.

3) Pupa

Tahap pupa ialah tahap istirahat, tidak makan saat tahap perkembangan, tetapi tetap dapat berpindah, bereaksi terhadap perubahan cahaya dan bergerak (terbalik) dengan memutar ekor mereka ke bagian bawah atau daerah yang terlindung (Gambar 2.1c). Kemudian nyamuk berubah dari tahap pupa menjadi dewasa.

4) Dewasa

Nyamuk yang baru saja menjadi dewasa akan bertumpu pada permukaan air dalam waktu yang singkat untuk membuat tubuhnya kering dan mengeras (Gambar 2.1d). Sayap nyamuk yang baru menjadi dewasa ini harus menyebar dan dalam keadaan kering sebelum terbang. Mereka belum berburu darah dan tidak kawin selama beberapa hari. Lamanya setiap tahap pertumbuhan nyamuk tergantung pada suhu dan karakteristik spesies.


(33)

17

a. b.

c. d.

Gambar 2.1 Siklus hidup nyamuk Anopheles Sumber: Tjay and Rahardja (2007)

Menurut Achmadi (2005), beberapa kebiasaan makan dan istirahat nyamuk Anopheles ialah sebagai berikut:

1). Zoofilik: nyamuk yang menyukai darah binatang. 2). Anthropofilik: nyamuk yang menyukai darah manusia.

3). Zooanthropofilik: nyamuk yang menyukai darah binatang dan juga manusia.

4). Endofilik: nyamuk yang suka tinggal di dalam rumah/bangunan.

5). Eksofilik: nyamuk yang suka tinggal di luar rumah.

6). Endofagik: nyamuk yang suka menggigit di dalam rumah/bangunan.


(34)

b. Intermediate Host Malaria

Manusia dalam hal ini merupakan pengandung gametosit (gametocyte carrier) dan meneruskan siklus hidup parasit yang ada dalam nyamuk (Natadisastra and Agoes, 2009). Faktor manusia ini meliputi usia, jenis kelamin, ras, genetik, perilaku, nutrisi, imunitas, pekerjaan, riwayat Malaria dan rekreasi (Nisa (2007) dan Arsin (2012)).

a. Usia

Secara umum, penyakit Malaria tidak mengenal tingkatan usia namun anak – anak lebih rentan terhadap infeksi Malaria (Arsin, 2012). Ernawati et al. (2011) melakukan penelitian di Pesawaran, Lampung dengan hasil bahwa 100% bayi dan 52,5% anak – anak yang menjadi responden didapatkan terinfeksi Malaria. Mendukung hal tersebut data menunjukkan bahwa setiap tahun terdapat 300 – 500 juta kasus dengan 1 juta diantaranya meninggal dan sebagian besar diantara mereka ialah anak – anak (UNICEF, 2000).

b. Jenis Kelamin

Infeksi Malaria tidak melihat jenis kelamin, namun jika terjadi pada ibu hamil akan menyebabkan anemia yang lebih berat (Arsin, 2012).

c. Genetik

Beberapa kelompok penduduk diketahui memiliki kekebalan terhadap Plasmodium falciparum, yakni kelompok


(35)

19

penduduk yang memiliki Haemoglobin S (Hb S). Hb S sendiri merupakan kelainan darah dan merupakan penyakit keturunan yang disebut sickle cell anemia (Arsin, 2012).

d. Perilaku

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perilaku dapat menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya Malaria. Penelitian – peneltian tersebut dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional (Jane et al. (2015), Mulyono et al. (2013), Ernawati et al. (2011)). Faktor perilaku yang menjadi faktor risiko terjadinya Malaria ialah:

1) Kebiasaan Memakai Kelambu

Nurbayani (2013) melakukan penelitian terkait dengan faktor risiko Malaria dan hasilnya ialah penggunaan kelambu menjadi salah satu faktor risiko di wilayah kerja Puskesmas Mayong. Selain itu Kalangie et al. (2015) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa responden yang tidak menggunakan kelambu memiliki risiko 4,727 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang memakai kelambu.

2) Kebiasaan Menggantung Pakaian di dalam Ruangan Kebiasaan menggantung pakaian dapat digunakan sebagai tempat persembunyian nyamuk sehingga meningkatkan potensi kontak antara nyamuk dengan manusia (Nurbayani, 2013). Kebiasaan menggantung


(36)

pakaian ini merupakan salah satu faktor yang meningkatkan insiden Malaria di Kelurahan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan (Suhardiono, 2005).

3) Kebiasaan Keluar Rumah dimalam Hari

Orang yang memiliki kebiasaan keluar pada malam hari memiliki risiko terkena Malaria 2,32 kali lebih besar dari orang yang tidak keluar rumah pada malam hari. (Anjasmoro, 2013).

4) Kebiasaan Menggunakan Obat Anti Nyamuk

Responden yang tidak menggunakan obat anti nyamuk memiliki risiko 5,979 lebih besar terkena Malaria dari responden yang selalu menggunakan obat anti nyamuk (Kalangie et al., 2015).

5) Pemasangan Kawat Kasa

Kejadian Malaria di Desa Ranoketang Tua berhubungan dengan pemakaian ventilasi pada rumah warga, hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian Kodongan et al. (2015) yang menghasilkan nilai probabilitas sebesar 0,03 (p<0,05).

e. Pekerjaan

Pasien Malaria yang telah di skrining oleh klinik khusus Malaria di Thailand bagian barat 75% diantaranya merupakan pekerja migrasi yang berumur dibawah 25 tahun. Sekitar 1 juta warga Nepal setiap tahunnya meninggalkan


(37)

21

negaranya dan mencari pekerjaan ke India dan 80% diantaranya dilaporkan terjangkit Malaria. Kasus yang sama juga terjadi di beberapa negara lain seperti Iran, Brazil dan Papua Nugini (Service, 1989).

Menurut Winardi (2004), ada beberapa pekerjaan yang lebih berisiko terkena Malaria dibandingkan dengan beberapa pekerjaan lain, pekerjaan tersebut antara lain:

1) Penebang kayu 2) Petani

3) Peternak 4) Berkebun

5) Penyadap nira pohon kelapa

Sedangkan untuk pekerjaan yang tidak berisiko antara lain ialah:

1) Pegawai negeri 2) Pegawai swasta 3) TNI/POLRI 4) Pedagang

5) Mahasiswa/pelajar

Penelitian yang dilakukan Bagaray et al. (2015) dan Anjasmoro (2013) menunjukkan bahwa responden yang mereka teliti sebagian besar bekerja sebagai petani.


(38)

f. Riwayat Malaria

Orang yang sebelumnya pernah mengalami Malaria biasanya akan lebih tahan terhadap infeksi Malaria karena telah terbentuk imunitasnya. Sebagai contoh, orang yang tinggal di daerah endemis Malaria lebih tahan terhadap Malaria dibandingkan dengan pendatang (Arsin, 2012).

g. Rekreasi

Bepergian ke suatu daerah yang bernuansa alam seperti hutan hujan juga dapat menjadi penyebab terjadinya penyakit. Sekitar 30.000 warga Amerika dan Eropa yang melakukan perjalanan alam terinfeksi Malaria setiap tahunnya (Marcus, 2009).

2. Faktor Agent

Merupakan penyebab penyakit menular berupa mikroorganisme infeksius atau elemen hidup yang kehadirannya dapat menjadi stimulus untuk memudahkan terjadinya penyakit jika kontak secara efektif dengan manusia yang rentan dan pada keadaan yang memungkinkan. Agent untuk penyakit Malaria ialah spesies dari Plasmodium yang merupakan protozoa dengan unisel (satu sel) (Nisa, 2007).

Jenis Plasmodium penyebab Malaria yang biasa ditemukan pada manusia ada empat jenis, yaitu (Anies, 2006):

1) Plasmodium vivax, merupakan penyebab Malaria tertiana. Merupakan jenis Malaria paling ringan dengan gejala demam selama 2 hari sekali


(39)

23

setelah gejala pertama terjadi. Gejala ini timbul 2 minggu setelah Plasmodium menginfeksi.

2) Plasmodium falciparum, menyebabkan Malaria tropika yang juga disebut sebagai demam rimba (jungle fever). Plasmodium jenis ini merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat Malaria karena organisme ini menghalangi jalan darah menuju otak.

3) Plasmodium malariae, Plasmodium yang menyebabkan Malaria kuartana.

4) Plasmodium ovale, merupakan jenis Plasmodium yang paling langka dan menyebabkan Malaria yang hampir mirip dengan Malaria tertiana. Parasit Malaria ini memiliki dua host sepanjang siklus hidupnya. Selama menghisap darah Anopheles betina yang mengandung parasit menyuntikan sporozoit pada manusia sebagai host, maka dimulailah siklus aseksual parasit (1-7) pada tubuh manusia. Setelah itu, parasit dalam bentuk gamet akan dicerna oleh nyamuk Anopheles kembali dan dimulailah siklus seksual parasit di tubuh nyamuk (8-12) (Gambar 2.2).


(40)

Gambar 2.2. Siklus Hidup Plasmodium

Sumber: Centre of Disease Control and Prevention (CDC, 2015). Diakses dari http://www.cdc.gov/Malaria/about/biology/

3. Faktor Lingkungan

Faktor lain diluar host dan agent ialah faktor lingkungan yang merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi agent dan merupakan peluang terpapar agent sehingga menyebabkan transmisi penyakit (Nisa, 2007).

a. Lingkungan Fisik

Lingkungan yang mendukung untuk tempat nyamuk berkembang biak berbeda – beda. Anopheles aconitus cocok pada daerah perbukitan dengan sawah non teknis berteras dan pada saluran air yang ditumbuhi rumput yang menghambat aliran, sedangkan untuk Anophelesbalabacensis cocok pada daerah perbukitan dengan banyak hutan dan perkebunan. Begitupun untuk nyamuk lain, pengaruh lingkungan tidak hanya pada Anopheles akan tetapi juga berpengaruh


(41)

25

pada spesies lain termasuk Plasmodium yang dalam hal ini ialah agent Malaria. Berikut merupakan faktor lingkungan fisik yang mempengaruhi kejadian Malaria (Arsin, 2012):

1) Suhu

Suhu yang lebih panas di wilayah pegunungan daerah selatan Republik Rakyat China dari daerah utara menyebabkan daerah tersebut sesuai untuk perkembangbiakan nyamuk Anopheles dan penyebaran Malaria (Zhou et al., 2014). Selain itu, perkembangan terbaik untuk siklus seksual dari parasit Malaria ialah pada suhu antara 20o C hingga 30o C (Sinha, 2005). 2) Kelembaban

Kelembaban udara faktor penyebab yang besar terhadap penyebaran Malaria. Kelembaban berpengaruh langsung terhadap kelangsungan hidup nyamuk meskipun tak berpengaruh terhadap parasit Malaria. Nyamuk dapat hidup dalam kelembaban 60%, jika terlalu tinggi maka nyamuk akan hiperaktif dan menghisap darah sebaliknya jika terlalu rendah maka nyamuk akan lamban dan waktu hidupnya lebih singkat. Maka, kelembaban yang tinggi dapat dikatakan sebagai faktor penyebaran Malaria (Sinha, 2005). 3) Hujan

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa hujan merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian Malaria, di Afrika hujan berhubungan dengan kepadatan Anopheles gambiae sensus lato (vektor P. falciparum di Afrika). Hal ini dikarenakan


(42)

tanpa adanya permukaan air Anopheles betina tidak dapat bertelur (Jamison et al., 2006).

4) Angin

Kecepatan dan arah angin dapat mempengaruhi jarak terbang nyamuk dan turut serta menentukan jumlah kontak antara nyamuk dan manusia (Arsin, 2012).

5) Arus Air

Sungai merupakan faktor penting terhadap banyaknya vektor Malaria di Sri Lanka, penelitian menyebutkan terdapat hubungan antara arus air sungai dengan tempat perindukan nyamuk yang diketahui di awal abad 20 ini (Boelee et al., 2002).

6) Topografi/Ketinggian

Ketinggian yang memungkinkan parasit Malaria hidup adalah 400 m di bawah permukaan laut (Laut Mati) dan 2.600 meter di atas permukaan laut (Bolivia). Di Indonesia, Malaria dapat ditemukan di daerah dengan ketinggian hingga 1.800 di atas permukaan laut (Prabowo, 2004).

7) Sinar Matahari

Masing – masing nyamuk Malaria memiliki karakteristik yang berbeda, salah satunya tempat untuk pertumbuhan larvanya. An. sundaicus lebih suka di tempat yang teduh, An. hircanus dan An. pinctulatus lebih suka di tempat yang terbuka yang terkena sinar matahari sedangkan An. barbirotris dapat hidup dimana saja (Arsin, 2012).


(43)

27

b. Lingkungan Biologi

Lingkungan biologi dapat mempengaruhi kejadian Malaria melalui perkembangan nyamuk, baik saat menjadi larva, nimfa maupun setelah nyamuk itu sudah dewasa.

1) Tempat Perindukan Nyamuk

Adanya danau air payau, genangan air, pesawahan, tambak ikan dan pertambangan di suatu daerah akan menimbulkan penyakit Malaria karena tempat tersebut merupakan tempat perindukan nyamuk Malaria (Prabowo, 2004). Jane et al. (2015) mengatakan bahwa tempat perindukan nyamuk berhubungan dengan kejadian Malaria di Puskesmas Manganitu Kabupaten Kepulauan Sangihe.

Menurut Hakim (2010) dan Prabowo (2004) beberapa tempat potensial yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk ialah:

a) Sungai yang jernih dengan aliran air perlahan b) Kolam dengan air jenih

c) Mata air yang jernih d) Lagun

e) Genangan atau cekungan air f) Sawah

g) Saluran irigasi dengan aliran lambat h) Danau


(44)

j) Pertambangan k) Hutan bakau

2) Tempat Peristirahatan Nyamuk

Tempat peristirahatan nyamuk telah dibuktikan berhubungan dengan kejadian Malaria, tempat tersebut antara lain ialah semak – semak, kebun, rumpun bambu, rembulung. Kodongan et al. (2015) menyebutkan bahwa kejadian Malaria di desa Ranoketang Tua berhubungan dengan adanya semak – semak di sekitar rumah warga.

Warga yang tinggal di sekitar semak – semak memiliki risiko 3,188 kali menderita penyakit Malaria dibandingkan dengan warga yang tidak tinggal di sekitar semak – semak. Kejadian Malaria di wilayah kerja Puskesmas Mayong I Jepara disebabkan antara lain karena adanya semak – semak dengan risiko 4,632 kali lebih besar terkena Malaria untuk warga yang di sekitar tempat tinggalnya terdapat semak – semak (Nurbayani, 2013).

3) Keberadaan Ternak

Adanya ternak seperti kerbau, sapi dan babi juga dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia apabila kandang ternak tersebut diletakkan tidak jauh dari tempat perindukan nyamuk (Arsin, 2012). Kandang ternak harus diletakkan kurang dari 50 meter dari tempat perindukan nyamuk agar nyamuk tetap dapat mencium darah binatang dalam kandang


(45)

29

karena menurut Syamsir (2015) nyamuk memiliki kemampuan mencium bau makanan mereka hingga jarak 50 meter.

4) Keberadaan Ikan Pemakan Larva

Kegiatan penebaran ikan kepala timah, ikan guppy di genangan – genangan air akan mempengaruhi populasi nyamuk di suatu wilayah (Arsin, 2012). Kandang ternak harus diletakkan kurang dari 50 meter dari tempat perindukan nyamuk agar nyamuk tetap dapat mencium darah binatang dalam kandang karena menurut Syamsir (2015) nyamuk memiliki kemampuan mencium bau makanan mereka hingga jarak 50 meter.

5) Keberadaan Tumbuhan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Larva Tumbuhan bakau, lumut dan berbagai tumbuhan lain dapat mempengaruhi pertumbuhan larva karena ia dapat menghalangi sinar matahari atau melindungi diri dari serangan makhluk hidup lain (Arsin, 2012).

c. Lingkungan Sosial

Berbagai kegiatan seperti pembuatan bendungan, pembuatan jalan, pertambangan dan pembangunan pemukiman baru akibat perpindahan penduduk juga sering mengakibatkan perubahan lingkungan sehingga penularan Malaria dapat terjadi (Muslim, dkk, 2011). Pada tahun 2011 terjadi peningkatan kasus Malaria di Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan, setelah dilakukan penelitian oleh Indriyati and Waris (2012) dapat disimpulkan bahwa penularan


(46)

Malaria di daerah tersebut disebabkan oleh pembukaan lahan hutan menjadi pemukiman baru oleh masyarakat setempat.

D. Kerangka Teori

Terjadinya penyakit merupakan hasil hubungan interaktif antara host, agent dan lingkungan. Faktor host antara lain ialah nyamuk Anopheles dan manusia. Faktor dari manusia yang berpengaruh terhadap kejadian Malaria antara lain ialah usia, jenis kelamin, genetik, perilaku, pekerjaan, riwayat Malaria dan rekreasi (Arsin (2012) dan Nisa (2007)). Sedangkan agent yang merupakan penyebab Malaria ialah Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium Malariae dan Plasmodium ovale (Anies, 2006). Nisa (2007) menyebutkan bahwa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap penyakit ialah lingkungan fisik, lingkungan biologi dan lingkungan sosial (Bagan 2.1).

Pada penelitian ini variabel yang diteliti ialah variabel yang melekat pada host dan lingkungan. Variabel tersebut meliputi faktor demografi individu, faktor perilaku dan faktor lingkungan. Faktor demografi individu meliputi faktor usia, jenis kelamin dan pekerjaan. Faktor perilaku meliputi perilaku keluar rumah pada malam hari, penggunaan kelambu, pemasangan kasa anti nyamuk dan penggunaan obat nyamuk. Faktor lingkungan antara lain keberadaan tempat perindukan nyamuk, jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk, keberadaan kandang ternak serta jarak rumah dengan keberadaan kandang ternak.


(47)

31

Variabel lain yang tidak diteliti antara lain ialah lingkungan fisik, lingkungan sosial, beberapa variabel lingkungan biologi, agent, vektor penyakit dan beberapa faktor manusia. Variabel tersebut tidak diteliti karena: 1. Faktor Lingkungan Fisik

Faktor lingkungan fisik meliputi suhu, kelembaban, hujan, angin, arus air, ketinggian dan sinar matahari. Penelitian ini dilakukan dengan wilayah yang terbatas karena hanya meliputi satu desa. Jika variabel dari faktor tersebut diteliti maka data yang didapat akan homogen dan cenderung tidak ada perbedaan antar wilayah desa. Penelitian terkait faktor lingkungan fisik diperlukan cakupan daerah yang lebih luas dengan perbedaan kondisi geografis dan dalam kurun waktu yang lama sehingga penelitian yang dilakukan tidak sesuai dengan kondisi tersebut. 2. Faktor Lingkungan Sosial

Aktivitas sosial seperti perpidahan penduduk, pembuatan bendungan, pembukaan jalan, pembukaan lahan untuk pemukiman baru serta pembukaan pertambangan tidak dilakukan pada daerah penelitian. Untuk itu, faktor lingkungan sosial tidak diteliti dalam penelitian ini. 3. Faktor Lingkungan Biologi

Faktor lingkungan biologi yang tidak diteliti ialah keberadaan tempat peristirahatan nyamuk, keberadaan tumbuhan yang mempengaruhi pertumbuhan larva dan keberadaan ikan pemakan larva. Variabel tersebut tidak diteliti karena hampir semua daerah di tempat penelitian terdapat vegetasi yang dapat dijadikan tempat peristirahatan nyamuk. Selain itu, daerah penelitian bukan daerah dengan tanaman


(48)

bakau atau dominasi lumut – lumutan yang dapat dijadikan sebagai pelindung larva serta tidak ada aktivitas penebaran ikan kepala timah ataupun ikan guppy di daerah tersebut.

4. Faktor Agent

Untuk meneliti agent dari penyakit Malaria diperlukan kemampuan untuk mengambil darah manusia karena Plasmodium, sp terdapat dalam darah manusia, sedangkan peneliti tidak memiliki kewenangan tersebut. Selain itu, masih jarang penelitian mengenai Plasmodium, sp sehingga peneliti kesulitan mencari referensi terkait. 5. Faktor Nyamuk (Vektor)

Faktor nyamuk erat kaitannya dengan faktor lingkungan fisik karena lingkungan fisik secara langsung berpengaruh terhadap kehidupan dan perilaku nyamuk. Faktor lingkungan fisik tidak diteliti sehingga faktor nyamuk juga sulit diidentifikasi.

6. Faktor Manusia

Faktor genetik, kebiasaan menggantung pakaian, tidur malam, rekreasi dan riwayat Malaria tidak diteliti karena data yang didapat akan homogen, hal tersebut merupakan kebiasaan yang dilakukan masyarakat setempat. Sedangkan faktor genetik, rekreasi dan riwayat Malaria merupakan penelitian yang jarang dilakukan sehingga sulit ditemukan referensi yang tepat. Selain itu, penelitian terkait genetik dibutuhkan keahlian khusus yang tidak dipelajari dalam mata kuliah serta membutuhkan biaya yang lebih banyak.


(49)

33

Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian

Sumber Agen Penyakit: Manusia sakit

Media Transmisi: Vektor (Nyamuk

Anopheles, sp) Agen Penyakit:

1. P. falciparum 2. P. vivax 3. P. malariae

4. P. ovale

Keberadaan Ikan Pemakan Larva Tempat Peristirahatan Nyamuk

Tempat Perindukan Nyamuk Keberadaan Tumbuhan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Larva

Keberadaan KandangTernak Pembukaan Jalan Pembangunan Pemukiman Baru

Pembukaan Pertambangan Perpindahan Penduduk Pembuatan Bendungan Suhu Kelembaban Angin Hujan Arus Air Ketinggian Sinar Matahari Kejadian Malaria Usia Jenis Kelamin Genetik

Kebiasaan Memakai Kelambu Menggantung Pakaian Keluar rumah dimalam hari Penggunaan obat anti nyamuk

Pemasangan kasa nyamuk Kebiasaan tidur malam

Pekerjaan Riwayat Malaria

Rekreasi

Lingkungan Agent Host Penyakit

Diteliti Tidak diteliti


(50)

34 A. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori yang dipaparkan sebelumnya, kerangka konsep dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Karakteristik Individu

1. Usia

2. Jenis kelamin 3. Pekerjaan

Faktor Perilaku 1. Keluar pada malam hari 2. Penggunaan kelambu 3. Pemasangan kasa anti

nyamuk

4. Penggunaan obat anti nyamuk

Kejadian Malaria

Faktor Lingkungan 1. Keberadaan tempat

perindukan nyamuk 2. Jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk

3. Keberadaan kandang ternak

4. Jarak rumah dengan kandang ternak


(51)

35

Variabel independen dalam penelitian ini ialah karakteristik demografi individu, perilaku masyarakat dan faktor lingkungan. Karakteristik demografi individu dari responden yang diteliti adalah usia, jenis kelamin dan pekerjaan. Faktor perilaku yang diteliti ialah keluar pada malam hari, penggunaan kelambu, pemasangan kasa anti nyamuk dan penggunaan obat anti nyamuk. Untuk faktor lingkungan ialah tempat perindukan nyamuk, jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk, ternak, serta jarak rumah dengan ternak. Kejadian Malaria pada tahun 2014 di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga merupakan variabel dependen yang akan diteliti.

1. Usia

Usia merupakan salah satu karakteristik utama manusia. Adanya golongan usia ini dapat membedakan tingkat kerentanan manusia terhadap infeksi suatu penyakit termasuk Malaria. Usia yang diteliti dalam penelitian ini ialah usia remaja hingga lanjut usia yakni responden dengan usia > 12 tahun. Usia bayi, balita maupun anak – anak dengan usia dibawah 12 tahun tidak diikutsertakan dalam penelitian ini karena sesuai penelitian – penelitian sebelumnya sudah diketahui bahwa anak – anak memang rentan terhadap infeksi Malaria. Untuk mengantisipasi data yang homogen pada usia tersebut, peneliti tidak mengikutsertakan responden dengan usia dibawah 12 tahun.

Usia ini dikategorikan menjadi usia remaja (12 – 25 tahun), dewasa (26 – 45 tahun) dan lansia (> 46 tahun). Usia ini diteliti karena terdapat perbedaan karakteristik pada masing – masing kategori usia


(52)

tersebut. Perbedaan tersebut terjadi antara lain karena perbedaan daya tahan tubuh, aktivitas, pergaulan, tanggungjawab dan peran serta dalam masyarakat. Hal itu menjadikan masing – masing kategori usia memiliki risiko yang berbeda terhadap penyakit Malaria.

2. Jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan variabel yang membedakan angka kasus pada laki – laki dan perempuan. Perbedaan jenis kelamin ini berpengaruh terhadap tingkat risiko terkena Malaria. Namun, dalam penelitian ini perempuan dengan kondisi hamil tidak diikutsertakan karena sudah diketahui berisiko terkena Malaria.

3. Pekerjaan

Pekerjaan responden diteliti untuk mengetahui kegiatan sehari – hari dari responden sehingga dapat disimpulkan apakah responden memiliki risiko untuk tergigit oleh nyamuk atau tidak. Pekerjaan yang diteliti terbagi menjadi dua yaitu pekerjaan berisiko dan pekerjaan tidak berisiko. Perbedaan kategori pekerjaan ini dikarenakan terdapat pekerjaan yang memiliki risiko lebih tinggi untuk tergigit nyamuk yang dapat menyebabkan Malaria dan pekerjaan yang memiliki risiko lebih rendah untuk digigit nyamuk dan tidak menyebabkan Malaria.

Pekerjaan berisiko ialah pekerjaan yang dilakukan dengan berhubungan langsung dengan vektor penyakit. Pekerjaan tersebut antara lain penebang kayu, petani, peternak, berkebun, penyadap nira pohon kelapa. Sedangkan pekerjaan yang tidak berisiko ialah pekerjaan yang dilakukan dengan kemungkinan berinteraksi dengan vektor sedikit.


(53)

37

Pekerjaan tersebut antara lain pegawai negeri, pegawai swasta, TNI/POLRI, pedagang.

4. Keluar Rumah pada Malam Hari

Perilaku keluar rumah pada malam hari diteliti karena berperan langsung dalam penularan Malaria. Responden yang keluar rumah pada malam hari akan berinteraksi dengan nyamuk Anopheles, sp. Hal tersebut menjadikan responden yang keluar rumah pada malam hari lebih rentan terkena malaria dibandingkan responden yang tidak keluar rumah pada malam hari.

5. Penggunaan Kelambu

Penggunaan kelambu merupakan salah satu perilaku untuk mecegah gigitan nyamuk. Responden yang menggunakan kelambu akan lebih terlindung dari gigitan nyamuk dibandingkan dengan responden yang tidak menggunakan kelambu.

6. Pemasangan Kasa Nyamuk

Pemasangan kasa anti nyamuk diteliti karena berpengaruh terhadap akses nyamuk dalam mencari darah. Nyamuk mencari darah dengan masuk kedalam rumah melalui pintu, jendela dan ventilasi rumah. Ventilasi rumah yang dipasang kasa anti nyamuk akan meminimalisir nyamuk yang masuk ke dalam rumah sehingga penularan Malaria melalui gigitan nyamuk dapat dicegah.

7. Penggunaan Obat Anti Nyamuk

Penggunaan obat anti nyamuk diteliti karena diketahui merupakan salah satu cara efektif untuk menghindari gigitan nyamuk. Responden


(54)

yang tidak menggunakan obat nyamuk memiliki risiko lebih tinggi digigit oleh nyamuk dibandingkan dengan responden yang menggunakan obat nyamuk.

8. Keberadaan Tempat Perindukan Nyamuk

Keberadaan tempat perindukan nyamuk di sekitar rumah akan memungkinkan responden untuk selalu terpapar nyamuk. Hal tersebut berpengaruh terhadap perilaku pencegahan penyakit Malaria yang dilakukan responden. Artinya, meskipun telah dilakukan perilaku pencegahan, nyamuk akan tetap ada karena sumbernya berada di sekitar rumah. Berbeda dengan hal tersebut, kemungkinan keberhasilan perilaku pencegahan Malaria akan lebih besar terealisasi pada responden yang tidak terdapat tempat perindukan nyamuk di sekitar rumahnya karena tidak ditemukan sumber nyamuk di sekitar rumah.

9. Jarak Rumah dengan Tempat Perindukan Nyamuk

Jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk menentukan responden dapat tergigit oleh nyamuk atau tidak. Jika terdapat tempat perindukan nyamuk dengan jarak yang jauh dari rumah maka intensitas nyamuk menggigit kemungkinan lebih sedikit dibandingkan dengan jarak yang dekat. Hal tersebut berhubungan dengan jarak terbang nyamuk dalam mencari makan.

10. Keberadaan Kandang Ternak

Keberadaan kandang ternak yang dimaksud ialah kandang ternak sapi, kerbau ataupun kambing. Keberadaan kandang ternak ini diketahui dapat dijadikan tempat peristirahatn bagi nyamuk Anopheles, sp. Selain


(55)

39

itu, sifat dasar Anopheles, sp ialah suka terhadap darah binatang. Untuk itu, akan ditemukan banyak nyamuk di sekitar kandang sapi, kerbau, atau kambing. Keadaan ini menjadikan adanya ternak di sekitar rumah responden menjadi ancaman penularan Malaria melalui gigitan nyamuk Anopheles, sp yang berasal dari kandang.

11. Jarak Rumah dengan Kandang Ternak

Jarak rumah dengan ternak memiliki risiko yang berbeda pada setiap kategori. Penelitian ini membedakan jarak ternak dalam dua kategori yakni dekat (<10 meter) dan jauh (>10 meter). Adanya ternak dengan jarak yang dekat dengan rumah akan menjadi ancaman untuk penghuni rumah karena nyamuk yang mencari makan dapat berpindah kedalam rumah. Sebaliknya, jika jarak ternak jauh dari rumah maka dapat dijadikan pelindung bagi rumah karena nyamuk akan mengigit binatang dan tidak berpindah ke rumah untuk menggigit manusia karena jaraknya yang jauh.


(56)

40

Tabel 3.1. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur 1. Kejadian

Malaria

Pengakuan responden terkait penyakit Malaria yang pernah diderita dan dicocokkan dengan data Laporan Bulanan Puskesmas Kaligondang.

Kuesioner dan telaah dokumen Lembar kuesioner dan Laporan Puskesmas Kaligondang

0. Tidak, jika responden mengaku tidak menderita malaria.

1. Ya, jika responden mengaku menderita malaria dan cocok dengan Laporan Bulanan Puskesmas.

Ordinal

2. Usia Umur dari responden yang terhitung dari hari lahir sampai dengan dilakukannya penelitian dengan usia lebih dari 12 tahun yang diketahui

Kuesioner Lembar kuesioner

0. Dewasa (26 – 45 tahun)

1. Lansia (> 46 tahun) 2. Remaja (12 – 25


(57)

41

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

berdasarkan pengakuan responden. tahun)

(Depkes, 2009) 3. Jenis

Kelamin

Sifat jasmani atau rohani yang membedakan dua makhluk sebagai laki

– laki dan perempuan.

Kuesioner Lembar kuesioner

0. Laki – laki 1. Perempuan

Ordinal

4. Pekerjaan Kegiatan sehari – hari atau kegiatan rutin yang dilakukan oleh responden untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari

– hari yang diketahui berdasarkan pengakuan responden.

Kuesioner Lembar kuesioner

0. Berisiko

(penebang kayu, petani, peternak, berkebun, penyadap nira pohon kelapa) 1. Tidak Berisiko

(pegawai negeri, pegawai swasta, TNI/POLRI,

pedagang) (Winardi, 2004)


(58)

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 5. Keluar

rumah pada malam hari

Perilaku responden keluar dari rumah di malam hari terhitung antara pukul 18.00 hingga pukul 06.00 WIB yang diketahui berdasarkan pengakuan responden.

Kuesioner Lembar kuesioner

0. Ya, jika responden keluar rumah pada malam hari selama 1 sampai 7 kali dalam seminggu.

1. Tidak, jika responden tidak keluar rumah pada malam hari.

Ordinal

6. Penggunaan kelambu

Perilaku menggunakan kelambu di kamar tidur saat tidur di malam hari yang dipasang 1 sampai 7 kali dalam seminggu dan diketahui berdasarkan pengakuan responden.

Kuesioner Lembar kuesioner

0. Tidak, jika responden tidak menggunakan

kelambu saat tidur dimalam hari.

1. Ya, jika responden menggunakan

kelambu saat tidur


(59)

43

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur dimalam hari selama

1 sampai 7 kali dalam seminggu. 7. Pemasangan

kasa anti nyamuk

Perilaku memasang kasa anti nyamuk pada ventilasi ruangan di dalam rumah yang diketahui berdasarkan pengakuan responden serta dicocokkan dengan observasi peneliti. Kuesioner dan observasi Lembar kuesioner dan lembar observasi

0. Tidak ada, jika tidak dipasang kasa anti nyamuk di setiap ventilasi ruangan di rumah.

1. Ada, jika dipasang kasa anti nyamuk pada sebagian atau seluruh ventilasi ruangan di rumah.

Ordinal

8. Penggunaan obat anti nyamuk

Perilaku responden dalam menggunakan obat anti nyamuk di malam hari baik saat di dalam rumah maupun di luar rumah, obat nyamuk tersebut termasuk

Kuesioner Lembar kuesioner

0. Tidak, jika responden tidak menggunakan obat anti nyamuk saat


(60)

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur obat nyamuk elektrik, semprot, bakar,

oles maupun spray yang digunakan 1 sampai 7 kali dalam seminggu dan diketahui berdasarkan pengakuan responden.

tidur dimalam hari atau saat keluar rumah pada malam hari.

1. Ya, jika responden menggunakan obat anti nyamuk saat tidur dimalam hari atau saat keluar rumah pada malam hari selama 1 sampai 7 kali dalam seminggu.

9. Keberadaan Tempat Perindukan Nyamuk

Adanya lingkungan yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk yang diketahui berdasarkan pengakuan responden. Tempat perindukan nyamuk

Kuesioner dan observasi Lembar kuesioner dan lembar observasi

0. Ada, jika di sekitar rumah responden terdapat salah satu, sebagian atau semua


(61)

45

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur tersebut ialah:

a. Sungai b. Kolam c. Mata air

d. Genangan atau cekungan air e. Sawah

f. Saluran irigasi (Prabowo, 2004)

tempat perindukan nyamuk.

1. Tidak ada, jika di sekitar rumah responden tidak ada tempat perindukan nyamuk.

10. Jarak rumah dengan Tempat Perindukan Nyamuk

Jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk yang diketahui berdasarkan pengakuan responden.

Kuesioner Lembar kuesioner

0. Dekat, jika jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk <50 meter.


(62)

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1. Jauh, jika jarak

rumah dengan tempat perindukan nyamuk >50 meter. (Kusdaryanto et al., 2005)

11. Keberadaan Kandang Ternak

Adanya kandang ternak yang berada di sekitar rumah responden dengan radius 50 meter yang diketahui berdasarkan pengakuan responden, kandang ternak tersebut antara lain ialah kandang sapi, kerbau dan kambing.

Kuesioner dan observasi

Lembar kuesioner

0. Ada, jika di sekitar rumah responden terdapat kandang sapi, kerbau, atau kambing.

1. Tidak ada, jika di sekitar rumah responden tidak terdapat kandang sapi, kerbau, atau kambing.


(63)

47

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur 12. Jarak rumah

dengan kandang ternak

Jarak rumah dengan keberadaan kandang ternak yang diketahui berdasarkan pengakuan responden.

Kuesioner Lembar kuesioner

0. Dekat, jika jarak rumah dengan kandang ternak <10 meter.

1. Jauh, jika jarak rumah dengan kandang ternak >10 meter.

(Kusdaryanto et al., 2005)


(64)

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini ialah :

1. Ada hubungan antara faktor demografi individu (usia, jenis kelamin, pekerjaan) dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014.

2. Ada hubungan antara faktor perilaku (keluar rumah pada malam hari, memakai pakaian terbuka, tidak menggunakan kelambu, tidak memasang kasa anti nyamuk, tidak memakai obat anti nyamuk) dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014.

3. Ada hubungan antara faktor lingkungan (keberadaan tempat perindukan nyamuk, keberadaan kandang ternak, jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk, jarak rumah dengan kandang ternak) dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014.


(65)

49 BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif dengan menggunakan studi cross sectional. Data Malaria yang dibutuhkan dalam penelitian ini ialah data prevalensi yang menjadikan desain tersebut cocok untuk penelitian ini. Selain itu, desain tersebut dipilih dengan pertimbangan bahwa penyakit Malaria merupakan penyakit dengan masa inkubasi yang singkat yakni 1 – 6 minggu sehingga penelitian tipe restrospektif kurang sesuai karena dikhawatirkan kondisi di masa lalu dan masa sekarang telah berbeda terutama pada variabel perilaku dan variabel lingkungan yang diteliti.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Selakambang, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga selama bulan Juli – Agustus tahun 2015.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Target

Populasi dalam penelitian ini ialah semua warga Desa Selakambang yakni sebanyak 7.755 orang.


(66)

2. Sampel

Sampel merupakan warga Desa Selakambang yang terpilih menjadi responden melalui teknik pengambilan sampel yang dapat mewakili seluruh populasi.

Kriteria inklusi:

i. Warga yang tinggal minimal satu tahun di Desa Selakambang. ii. Warga yang berumur di atas 12 tahun.

iii. Bersedia ikut dalam penelitian dibuktikan dengan informed consent. Kriteria eksklusi:

i. Bukan warga Desa Selakambang. ii. Ibu hamil.

iii. Warga pindahan atau yang baru menetap kurang dari satu tahun. iv. Tidak bersedia ikut dalam penelitian.

3. Besar Sampel

Perhitungan sampel ini dilakukan dengan perhitungan yang dipaparkan oleh Lemeshow et al. (1997). Rumus perhitungannya ialah sebagai berikut:

* ⁄ √, ( )- ( √, ) ( ) ( )-+ Keterangan:

n : Jumlah sampel minimal

P1 : Proporsi subjek yang tidak terpajan pada kelompok kasus

pada penelitian sebelumnya

P2 : Proporsi subjek yang terpajan pada kelompok kasus pada

penelitian sebelumnya Z1-α/2 : 1,96 pada 95% CI


(67)

51

Berdasarkan perhitungan sampel di atas jumlah sampel yang didapat yakni 69 responden, dengan estimasi efek desain = 2, maka besar sampel menjadi 138 responden.

4. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel diambil dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Banyaknya jumlah populasi yang mencapai 7.755 orang menjadikan teknik tersebut dipilih untuk mendapat sampel yang proporsional. Selain itu, dibuat dua strata dalam populasi tersebut agar data yang didapat heterogen yaitu data untuk responden yang menderita Malaria dan responden yang tidak menderita Malaria. Penderita Malaria ini tersebar di beberapa RW di Desa Selakambang. Untuk itu, pengambilan sampel ini diawali dengan pemilihan sampel tingkat RW. Pemilihan sampel tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Populasi dibagi menjadi dua strata yaitu strata I dan strata II. Populasi dengan angka API kurang dari 1 per 100 penduduk atau bahkan tidak ada kasus Malaria masuk dalam strata I. Sedangkan populasi dengan banyak kasus Malaria dan angka API >1 per 100 penduduk masuk dalam strata II. Strata tersebut ialah:

i. Strata I ialah RW 02 (API: 0), RW 06 (API: 0), RW 07 (API: 0,4), RW 08 (API: 0,6), RW 09 (API: 0,8), RW 10 (API: 0), RW 11 (API: 0).

ii. Strata II ialah RW 01 (API: 1,1), RW 03 (API: 4,1), RW 04 (API: 3,1), RW 05 (API: 1,1).


(68)

b. Masing – masing dari strata tersebut kemudian dipilih dua RW untuk pengambilan sampel. Pengambilan RW tersebut dipilih secara acak berdasarkan perbandingan 1:2, dimana strata II yang merupakan RW dengan kasus yang banyak lebih besar diambil karena diharapkan dapat lebih banyak terjaring responden yang sakit. RW yang terpilih untuk strata I ialah RW 06 dan RW 10. Sedangkan RW 03 dan RW 04 ialah RW yang terpilih untuk strata II.

c. Jumlah responden di setiap RW terpilih dihitung sesuai dengan proporsinya dan sebelumnya telah dikeluarkan penduduk yang berusia dibawah 12 tahun serta tidak diikutsertakan dalam perhitungan.

Tabel 4.1

Proporsi Sampel Menurut RW di Desa Selakambang

RW Jumlah Penduduk Jumlah Sampel

03 680 32

04 887 41

06 812 38

10 574 27

Jumlah 2953 138

d. Pemilihan responden dilakukan dengan simple random sampling menggunakan data penduduk yang diperoleh dari balai desa setempat, jumlah sampel yang dipilih sesuai proporsi pada masing – masing RW.

D. Pengumpulan Data 1. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ialah sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer didapat dari lembar


(69)

53

kuesioner, sedangkan data sekunder didapat Laporan Bulanan Puskesmas Kaligondang.

2. Metode Pengumpulan Data

Metode yang dilakukan dalam pengumpulan data ialah metode kuesioner, observasi dan telaah dokumen.

3. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data keseluruhan ialah kuesioner tertutup. Selain kuesioner tertutup, penelitian ini juga menggunakan Laporan Bulanan Puskesmas Kaligondang dan lembar observasi. Rincian instrumen untuk setiap variabel ialah sebagai berikut:

a. Variabel yang menggunakan kuesioner ialah variabel usia, jenis kelamin, pekerjaan, keluar rumah pada malam hari, penggunaan kelambu, pemasangan kasa anti nyamuk, penggunaan obat nyamuk, keberadaan tempat perindukan nyamuk, jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk, keberadaan kandang ternak dan jarak rumah dengan keberadaan kandang ternak.

b. Variabel yang menggunakan metode observasi ialah pemasangan kasa anti nyamuk, keberadaan tempat perindukan nyamuk dan keberadaan kandang ternak.

c. Laporan Bulanan Puskesmas Kaligondang digunakan untuk memastikan pengakuan responden terhadap kejadian malaria.


(70)

E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini telah diuji terlebih dahulu menggunakan metode Product Moment Pearson Correlation. Kuesioner dikatakan valid jika alat ukur yang ditentukan tepat dapat mengukur objek yang akan diukur ataupun dapat mengukur apa yang harus diukur. Sedangkan kuesioner dinilai reliabel jika alat ukur menghasilkan hasil ukur yang konsisten jika dilakukan pengkuruan berkali – kali. Kuesioner yang digunakan telah diuji kepada 40 orang responden dengan hasil sebagai berikut:

1. Validitas Kuesioner

Pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan valid jika r hitung > r tabel (0,304). Kuesioner dalam penelitian ini berjumlah 32 pertanyaan, setelah diuji validitas terdapat 5 pertanyaan yang tidak valid yakni pertanyaan D2, D5, E3, E4, E5. Pertanyaan tersebut kemudian diubah redaksinya sehingga dapat dipahami lebih baik oleh responden. Adapun hasil dari r hitung dari pertanyaan terkait variabel yang diteliti ialah sebagai berikut:


(1)

kasa1 * malaria

Crosstab

malaria

Total ya tidak

kasa1 tidak Count 10 107 117

% within malaria 83.3% 84.9% 84.8%

ya Count 2 19 21

% within malaria 16.7% 15.1% 15.2%

Total Count 12 126 138

% within malaria 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .021a 1 .884

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .021 1 .885

Fisher's Exact Test 1.000 .575

Linear-by-Linear Association .021 1 .884

N of Valid Casesb 138

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,83.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for kasa1 (tidak /

ya) .888 .180 4.374

For cohort malaria = ya .897 .211 3.808

For cohort malaria = tidak 1.011 .871 1.174


(2)

kelambu1 * malaria

Crosstab

malaria

Total ya tidak

kelambu1 tidak Count 2 89 91

% within malaria 16.7% 70.6% 65.9%

ya Count 10 37 47

% within malaria 83.3% 29.4% 34.1%

Total Count 12 126 138

% within malaria 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 14.209a 1 .000

Continuity Correctionb 11.908 1 .001

Likelihood Ratio 13.660 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 14.106 1 .000

N of Valid Casesb 138

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,09.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for kelambu1 (tidak

/ ya) .083 .017 .398

For cohort malaria = ya .103 .024 .452

For cohort malaria = tidak 1.242 1.067 1.446


(3)

keluarrumah1 * malaria

Crosstab

malaria

Total ya tidak

keluarrumah1 ya Count 7 82 89

% within malaria 58.3% 65.1% 64.5%

tidak Count 5 44 49

% within malaria 41.7% 34.9% 35.5%

Total Count 12 126 138

% within malaria 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .218a 1 .641

Continuity Correctionb .023 1 .880

Likelihood Ratio .213 1 .644

Fisher's Exact Test .754 .430

Linear-by-Linear Association .216 1 .642

N of Valid Casesb 138

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,26.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for keluarrumah1

(ya / tidak) .751 .225 2.506

For cohort malaria = ya .771 .258 2.300

For cohort malaria = tidak 1.026 .917 1.148


(4)

pekerjaan1 * malaria

Crosstab

malaria

Total ya tidak

pekerjaan1 berisiko Count 7 22 29

% within malaria 58.3% 17.5% 21.0%

tidak Count 5 104 109

% within malaria 41.7% 82.5% 79.0%

Total Count 12 126 138

% within malaria 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 11.028a 1 .001

Continuity Correctionb 8.703 1 .003

Likelihood Ratio 8.901 1 .003

Fisher's Exact Test .003 .003

Linear-by-Linear Association 10.948 1 .001

N of Valid Casesb 138

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,52.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for pekerjaan1

(berisiko / tidak) 6.618 1.922 22.787

For cohort malaria = ya 5.262 1.801 15.373

For cohort malaria = tidak .795 .645 .980


(5)

jeniskelamin * malaria

Crosstab

malaria

Total ya tidak

jeniskelamin Laki - laki Count 4 53 57

% within malaria 33.3% 42.1% 41.3%

Perempuan Count 8 73 81

% within malaria 66.7% 57.9% 58.7%

Total Count 12 126 138

% within malaria 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .344a 1 .557

Continuity Correctionb .078 1 .779

Likelihood Ratio .352 1 .553

Fisher's Exact Test .761 .396

Linear-by-Linear Association .342 1 .559

N of Valid Casesb 138

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,96.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for jeniskelamin

(Laki - laki / Perempuan) .689 .197 2.407

For cohort malaria = ya .711 .225 2.247

For cohort malaria = tidak 1.032 .932 1.142


(6)

usiapas * malaria

Crosstab

malaria

Total ya tidak

usiapas dewasa Count 7 72 79

% within malaria 58.3% 57.1% 57.2%

remaja Count 0 25 25

% within malaria .0% 19.8% 18.1%

lansia Count 5 29 34

% within malaria 41.7% 23.0% 24.6%

Total Count 12 126 138

% within malaria 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 3.931a 2 .140

Likelihood Ratio 5.856 2 .054

Linear-by-Linear Association .465 1 .495

N of Valid Cases 138

a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,17.

Risk Estimate

Value

Odds Ratio for usiapas (dewasa / remaja)

a

a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a 2*2 table without empty cells.


Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

11 97 123

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) Malaria Di Desa Mandeh Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 1999

0 32 92

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA REMBANG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2014

2 7 113

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD DI DESA GONILAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian DBD Di Desa Gonilan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 0 17

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD DI DESA GONILAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian DBD Di Desa Gonilan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 0 14

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA TAILELEU WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA SIBERUT KECAMATAN SIBERUT BARAT DAYA KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI TAHUN 2012.

0 0 9

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH TAMBANG EMAS KECAMATAN IV NAGARI KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2011.

2 3 14

LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA RANTAU PANJANG KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013

0 1 26

BIOGRAFI KUSNO: SENIMAN DARI DESA SELAKAMBANG KECAMATAN KALIGONDANG KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 1983-2015

0 0 10

FAKTOR – FAKTOR PEMICU (TRIGGER) TERJADINYA SERANGAN ASMA BRONKIAL DI DESA KALIKAJAR KECAMATAN KALIGONDANG KABUPATEN PURBALINGGA

0 0 15