7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan 8. Untuk meningkatkan hubungan internasional
2.2.1 Jenis-Jenis Kredit a. Atas Dasar Lembaga Pemberian Kredit:
1. Kredit Perbankan, yaitu kredit kepada masyarakat untuk kegiatan usaha dan konsumsi. Kredit ini diberikan oleh bank pemerintah atau bank swasta
kepada dunia. 2. Kredit Likuidasi, yaitu kredit yang diberikan oleh bank sentral kepada
bank-bank yang beroperasi di Indonesia yang selanjutnya digunakan sebagai dana untuk membiayai kegiatan perkreditannya.
3. Kredit Langsung, yaitu kredit yang diberikan Bank Indonesia kepada lembaga pemerintah atau semi pemerintah.
b. Atas Dasar Tujuan Penggunaan:
1. Kredit Modal Kerja KMK adalah kredit yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja nasabah. Contoh kredit modal kerja
digunakan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau bisa yang lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.
2. Kredit Investasi adalah kredit yang digunakan untuk pengadaan barang modal jangka panjang untuk kegiatan usaha nasabah.
3. Kredit Konsumsi adalah kredit yang digunakan dalam rangka pengadaan barang atau jasa untuk tujuan konsumsi dan bukan sebagai barang modal
dalam kegiatan usaha nasabah. Penggunaan kredit ini misalnya untuk membeli mobil, rumah dan barang-barang konsumsi lain.
Universitas Sumatera Utara
c. Atas Dasar Jangka Waktu:
1. Kredit Jangka Pendek, merupakan kredit yang jangka waktunya kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya untuk keperluan
modal kerja. 2. Kredit Jangka Menengah, merupakan kredit yang memiliki jangka waktu
berkisar antara 1-3 tahun, biasanya untuk investasi. 3. Kredit Jangka Panjang, merupakan kredit yang masa pengembaliannya 3-5
tahun. Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet atau manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti
perumahan.
2.2.2 Prinsip-Prinsip kredit
Dalam menyalurkan kredit, bank tetap berjalan pada prinsip kehati-hatian
dengan penilaian berdasar kepada 5C dan 7P kredit. Penilaian dengan analisis 5C, yaitu:
1. Capital
2. Collateral
3. Character
4. Capacity
5. Condition of Economy
Kemudian penilaian dengan analisis 7P, yaitu: 1.
Personality 2.
Party 3.
Purpose
Universitas Sumatera Utara
4. Prospect
5. Payment
6. Profitability
7. Protection
2.2.3 Kredit Konsumsi
Kredit konsumsi adalah pemberian fasilitas kredit dari pihak bank ke konsumen yang digunakan untuk pembelian barang berupa rumahkendaraan yang
digunakan secara langsung oleh konsumen. Berikut ini adalah contoh kredit konsumsi:
1. Kredit Pemilikan Rumah KPR, yaitu kredit yang diberikan kepada
nasabah yang ditujukan untuk pembelian atau renovasi rumah.
Pembayaran dilakukan dengan sistem angsurancicilan.
2. Kredit Mobil, yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah yang digunakan untuk pembelian mobil atau kendaraan bermotor lainnya. Pembayaran
dilakukan dengan sistem angsurancicilan.
2.3 Teori permintaan
Teori permintaan terhadap suatu barang atau output menerangkan bagaimana seseorang atau bahkan banyak konsumen sebagai pembeli untuk
meminta sesuatu barang yang tersedia di pasar. Untuk meminta atau membeli barang tentunya konsumen harus memiliki pendapatan dan disisi lain barang yang
akan dibeli dihadapkan kepada berbagai barang dengan berbagai tingkat harga pula.
Universitas Sumatera Utara
Fungsi permintaan dapat disajikan sebagai berikut: Qd = f Pq................1
Dimana: Qd
= Jumlah permintaan terhadap barang q
Pq =
Harga barang q unit
2.3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Perubahan permintaan terhadap suatu barang terjadi disebabkan oleh perubahan beberapa faktor, apakah sebagai faktor utama harga barang itu sendiri
maupun faktor lainnya sebagai pendukung. Adapun faktor dimaksud meliputi antara lain:
Pq =
Harga barang q itu sendiri; Y
= Pendapatan konsumen yang siap dibelanjakan;
Py =
Harga barang y yang dapat mensubstitusi barang x; T
= Taste selera konsumen;
C =
Jumlah konsumen; Ed
= Expected harapan konsumen
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ini kemudian mengubah fungsi permintaan menjadi:
Qd = fPq, Y, Py, T, C, Ed.................2
2.3.2 Kurva Permintaan
Ada suatu hubungan yang pasti antara harga pasar dari suatu barang dengan kuantitas yang diminta dari barang tersebut, asalkan hal-hal lain tidak
berubah. Hubungan antara harga dengan kuantitas yang dibeli ini disebut skedul permintaan atau kurva permintaan.
Hukum permintaan yang berlereng menurun yaitu, “Apabila harga suatu komoditi naik dan hal-hal lain tidak berubah, pembeli cenderung membeli lebih
Universitas Sumatera Utara
sedikit komoditi itu. Demikian pula bila harga turun, hal-hal lain tetap, kuantitas yang diminta meningkat.”
P
D Q
Gambar 2.1. Kurva Permintaan yang Berlereng Menurun. 2.3.3 Pengertian Elastisitas Permintaan
Elastisitas harga permintaan kadang-kadang hanya disebut elastisitas harga mengukur berapa banyak kuantitas yang diminta dari sebuah barang akan
berubah apabila harganya berubah. Definisi yang tepat dari elastisitas harga ialah prosentase perubahan dalam kuantitas yang diminta dibagi dengan prosentase
perubahan dalam harga Samuelson dan Nordhaus, 2003. Barang-barang akan sangat berbeda elastisitas harganya, atau kepekaannya
terhadap perubahan harga. Apabila elastisitas harga dari sebuah barang tinggi, kita mengatakan bahwa barang itu memiliki permintaan “elastis”, yang berarti bahwa
kuantitas yang diminta sangat peka terhadap perubahan-perubahan harga. Apabila elastisitas harga dari sebuah barang rendah, maka disebut sebagai “inelastis” yang
berarti bahwa kuantitas yang diminta kurang peka terhadap perubahan-perubahan harga.
Universitas Sumatera Utara
Jangka waktu yang diperlukan bagi orang dalam menanggapi perubahan- perubahan harga juga berperan. Dalam jangka pendek permintaan akan suatu
barang mungkin sangat inelastis. Akan tetapi dalam jangka panjang anda dapat menyesuaikan perilaku dengan harga yang lebih tinggi tersebut. Kemampuan
untuk menyesuaikan pola-pola konsumsi menunjukkan bahwa elastisitas permintaan pada umumnya lebih tinggi dalam jangka panjang daripada dalam
jangka pendek. Kita dapat menghitung koefisien elastisitas harga secara numerikal
menurut rumus berikut: ����������� ℎ���� ���������� = ��
= ���������� ������ℎ�� ���� ��������� ���� �������
���������� ������ℎ�� ���� ℎ���� Rumus yang pasti untuk menghitung elastisitas adalah:
�� = �
�1 + �22 :
Δ� �1 + �22
dimana P1 dan Q1 menggambarkan harga dan kuantitas awal serta P2 dan Q2 berarti harga dan kuantitas baru.
Elastisitas permintaan adalah derajat persentase perubahan harga sesuatu barang output yang mempengaruhi persentase perubahan jumlah barang yang
diminta sehingga dinyatakan sebagai price elasticity of demand. Dengan formulasi dapat disajikan sebagai berikut Sumanjaya dkk, 2009:
�� = −ΔQ
ΔP =
− ΔQQ
ΔPP =
Δ� Δ�
. �
�
Universitas Sumatera Utara
Adapun pengukuran elastisitas permintaan dinyatakan sebagai berikut:
Tabel 2.1. Kategori Elastisitas Permintaan
No. koefesien
Elastisitas 1.
e = 0 Inelastis sempurna
2. e 1
Inelastis 3.
e = 1 Elastis uniter
4. e 1
Elastis 5.
e = ∞
Elastis sempurna
Sekarang dapat menjadi lebih jelas memahami berbagai kategori elastisitas harga:
1. Permintaan yang bersifat inelastis sempurna, atau permintaan dengan elastisitas nol, adalah keadaan dimana kuantitas yang diminta sama sekali
tidak tanggap terhadap perubahan-perubahan harga. 2. Apabila perubahan satu persen dalam harga menghasilkan kurang daripada
satu persen perubahan dalam kuantitas yang diminta, maka barang itu memiliki elastisitas harga yang bersifat inelastis permintaannya bersifat
inelastis. 3. Permintaan yang bersifat elastis unit unitary, yang terjadi apabila
perubahan satu persen dalam harga menghasilkan perubahan satu persen dalam kuantitas yang diminta.
Universitas Sumatera Utara
4. Apabila perubahan harga satu persen menimbulkan lebih daripada satu persen perubahan kuantitas yang diminta, maka barang itu memiliki
elastisitas harga yang bersifat elastis permintaannya bersifat elastis. 5. Permintaan bersifat elastis sempurna, sebuah perubahan kecil dalam harga
akan menyebabkan suatu perubahan sangat besar dalam kuantitas yang diminta.
2.4 Suku Bunga
Suku bunga dapat dikatakan sebagai biaya yang dikeluarkan sebagai balas jasa karena telah menggunakan uang orang lain. Bagi dunia perbankan, suku
bunga dapat dikatakan sebagai harga yang harus dikeluarkan bank kepada nasabah yang menyimpan dananya di bank, dan di sisi lain juga dapat dikatakan sebagai
harga yang dibayar nasabah kepada bank atas dana yang telah dipinjamkan nasabah yang memperoleh pinjaman
Berikut ini adalah beberapa jenis suku bunga, yaitu: 1. Suku Bunga Dasar adalah tingkat bunga yang ditentukan oleh bank sentral
atas kredit yang diberikan oleh perbankan dan tingkat bunga yang telah ditetapkan bank sentral untuk mendiskontokan surat-surat berharga yang
ditarik atau diambil oleh bank sentral. Dasar perhitungan suku bunga ini juga dipakai oleh bank komersil untuk menghitung suku bunga kredit yang
dikenakan pada nasabahnya. 2. Suku Bunga Efektif adalah suku bunga yang dibayar atas harga beli suatu
obligasi bond. Semakin rendah harga pembelian obligasi dengan tingkat bunga nominal tertentu, maka semakin tinggi tingkat bunga efektifnya dan
Universitas Sumatera Utara
sebaliknya. Jadi ada hubungan terbalik antara harga yang dibayarkan untuk obligasi dengan tingkat bunga efektifnya.
3. Suku Bunga Nominal nominal rate adalah tingkat suku bunga yang dibayarkan tanpa dilakukan penyesuaian terhadap akibat inflasi.
4. Suku Bunga Padanan adalah suku bunga yang besarnya dihitung setiap hari bunga harian, setiap minggu bunga mingguan, setiap bulan bunga
bulanan, dan setiap tahun bunga tahunan untuk sejumlah pinjaman atau investasi selama jangka waktu tertentu yang apabila dihitung secara
anuitas bunga berbunga akan memberikan penghasilan bunga dalam jumlah yang sama.
Berdasarkan kegiatan bank dalam menghimpun dana dan menyalurkan dana dari masyarakat dalam hubungannya dengan nasabah maka suku bunga
dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu: 1. Bunga Simpanan adalah bunga yang diberikan sebagai ransangan atas
balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank yang merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya. Contoh:
giro, bunga tabungan, dan bunga deposito. 2. Bunga Pinjaman adalah bunga atau harga yang dibayar oleh nasabah
peminjam kepada bank atas dana atau pinjaman yang diberikan kepadanya. Contoh: bunga kredit investasi, modal kerja dan konsumsi.
Universitas Sumatera Utara
2.4.1 Teori Suku Bunga
1. Teori Klasik Tabungan, menurut teori klasik adalah fungsi dari tingkat bunga.
Makin tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan
lebih terdorong untuk mengorbankan atau mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan.
Investasi juga merupakan fungsi dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga, keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil.
Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat
bunga yang harus dibayar untuk dana investasi tersebut yang merupakan ongkos untuk penggunaan dana. Makin rendah tingkat bunga, maka
pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga makin kecil.
Tingkat bunga dalam keadaan seimbang artinya tidak ada dorongan naik atau turun akan tercapai apabila keinginan menabung
masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. 2. Teori Bunga dari Aliran Neo Klasik
Teori ini dikemukakan oleh Roberson dan dinamakan “The Loanable Fund Theory of Interest”. Dasar teori ini hampir sama dengan
teori bunga aliran klasik. Perbedaannya terletak pada suatu perbaikan ke arah segi penawaran akan modal saja, menurut aliran klasik, saving
Universitas Sumatera Utara
supply of capital hanya berbentuk simpanan saja. Sedangkan menurut teori Loanable Fund, saving itu sendiri terdiri atas simpanan, penciptaan
uang baru, dan saldo uang yang diaktifkan active idle balance. Maka dari itu supply of capital menurut teori ini akan lebih besar daripada menurut
teori klasik. Oleh dasar teori tersebut sama dengan teori klasik, maka kritik dari J.M Keynes adalah sama, yaitu bahwa tingkat bunga tidak dapat
ditentukan begitu saja karena tidak diketahui tingkat pendapatan yang akan mempengaruhi saving, maka tingkat bunga pun tidak diketahui. Menurut
Keynes tingkat bunga dapat ditentukan tinggi-rendahnya jika tingkat pendapatan telah diketahui dan tetap tidak berubah.
3. Teori Keynes Permintaan akan uang menurut Keynes disebut “Liquidity of
Preference” permintaan uang tergantung daripada tingkat bunga. Permintaan akan uang mempunyai hubungan negatif dengan tingkat
bunga. Keynes menyatakan bahwa masyarakat mempunyai keyakinan adanya suatu tingkat bunga yang normal. Apabila tingkat bunga turun
dibawah tingkat normal, makin banyak orang yakin bahwa tingkat bunga akan kembali ke tingkat normal. Jika mereka memegang surat berharga
diwaktu bunga naik, maka harganya akan turun, dan mereka akan menderita kerugian capital loss. Mereka akan menghindari kerugian ini
dengan mengurangi surat berharga yang dipegangnya, dengan sendirinya akan menambah uang kas yang dipegang pada tingkat bunga naik.
Universitas Sumatera Utara
Permintaan uang dengan tingkat bunga berhubungan negatif juga berkaitan dengan ongkos memegang uang kas opportunity cost of holding
money. Makin tinggi tingkat bunga, makin tinggi pula ongkos memegang uang kas, sehingga keinginan memegang uang kas juga akan turun,
sebalinya jika tingkat bunga turun, berarti ongkos memegang uang kas juga makin rendah, sehingga permintaan uang kas naik.
2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Bunga
1. Kebutuhan Dana Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman
meningkat, maka bank dapat meningkatkan suku bunga simpanan agar dana tersebut cepat terpenuhi. Peningkatan bunga simpanan secara
otomatis akan meningkatkan suku bunga pinjaman. Namun apabila dana simpanan banyak tetapi permohonan terhadap pinjaman sedikit maka
bunga simpanan akan turun. 2. Persaingan
Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor promosi yang paling utama pihak perbankan harus memperhatikan pesaing. Dalam
arti jika untuk bunga simpanan rata-rata 16, bila hendak membutuhkan dana cepat maka sebaiknya bunga simpanan kita naikkan diatas bunga
pesaing. Sebaliknya bila ingin mendorong jumlah kredit yang disalurkan maka bunga pinjaman sebaiknya diturunkan dibawah bunga pesaing.
Universitas Sumatera Utara
3. Kebijakan pemerintah Bunga simpanan maupun bunga pinjaman tidak boleh melebihi bunga
yang ditetapkan oleh pemerintah. 4. Target laba yang diinginkan
Penetapan tingkat suku bunga disesuaikan dengan laba yang diinginkan, jika laba yang diinginkan besar maka bunga pinjaman ikut besar dan
sebaliknya. 5. Jangka waktu
Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko dimasa
mendatang. Demikian pula sebaliknya jika pinjaman jangka pendek, maka bunga akan relatif rendah.
6. Kualitas jaminan Semakin liquid mudah diuangkan jaminan yang diberikan, maka
semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya. Sebagai contoh, jaminan yang liquid seperti sertifikat deposit atau rekening giro
akan lebih mudah untuk dicairkan jika dibandingkan dengan jaminan tanah.
7. Reputasi perusahaan Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat
menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafit kemungkinan resiko kredit macet
dimasa yang akan datang relatif kecil dan sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
2.4.3 Komponen-Komponen dalam Menentukan Tingkat Suku Bunga Kredit
1. Total Biaya Dana Total biaya dana Merupakan total bunga yang dikeluarkan oleh bank untuk
memperoleh dana simpanan baik dalam bentuk giro, tabungan maupun deposito. Semakin besar bunga yang ditetapkan terhadap bunga simpanan
maka semakin tinggi pula biaya dananya demikian pula sebaliknya. Total biaya dana ini harus dikurangi dengan cadangan wajib atau Reserve
Requirement RR yang telah ditetapkan oleh pemerintah. 2. Biaya Operasi
Dalam melakukan setiap kegiatan, bank membutuhkan berbagai sarana dan prasarana baik berupa manusia maupun berupa alat. Biaya operasi
merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam melakukan operasinya. Misalnya biaya gaji, biaya administrasi, biaya pemeliharaan
dan biaya lain-lain. 3. Cadangan Resiko Kredit Macet
Cadangan resiko kredit macet Merupakan cadangan terhadap macetnya kredit yang akan diberikan, hal ini disebabkan setiap kredit yang akan
diberikan pasti mengandung suatu resiko tidak dibayar. Oleh karena itu pihak bank perlu mencadangkannya sebagai sikap bersiaga
menghadapinya dengan cara membebankan sejumlah persentase tertentu terhadap kredit yang disalurkan.
Universitas Sumatera Utara
4. Laba yang Diinginkan Setiap kali melakukan transaksi, bank selalu ingin memperoleh laba yang
maksimal. Penentuan ini ditentukan oleh beberapa pertimbangan penting. Mengingat besarnya laba sangat mempengaruhi besarnya bunga kredit.
Dalam hal ini biasanya bank disamping melihat kondisi pesaing juga melihat kondisi nasabah utama.
5. Pajak Pajak merupakan kewajiban yang dibebankan pemerintah kepada bank.
Pajak akan dikenakan pada tingkat bunga berbagai jenis obligasi berbeda- beda.
Tingkat suku bunga kredit konsumsi memberikan pengaruh negatif terhadap permintaan kredit konsumsi, karena suku bunga kredit konsumsi adalah
harga yang harus dibayar atas kredit konsumsi yang diberikan. Maka sesuai dengan teori permintaan, apabila suku bunga kredit konsumsi naik maka
permintaan terhadap kredit konsumsi akan menurun ceteris paribus karena biaya atau harga yang harus dibayarkan oleh peminjam akan semakin besar sehingga
akan mengurangi minat masyarakat untuk mengajukan kredit konsumsi. Demikian sebaliknya bila suku bunga turun maka permintaan kredit konsumsi akan
meningkat karena harga atau biayanya menjadi lebih kecil.
2.5 Produk Domestik Bruto Gross Domestic Product
Jika seseorang ingin menilai kondisi perekonomian seseorang, maka yang pertama akan dilakukan adalah melihat berapa banyak pendapatannya, seseorang
yang memiliki pendapatan tinggi relatif mudah mencukupi berbagai kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
hidupnya, serta menikmati kemewahan. Logika yang sama juga berlaku untuk perekonomian secara keseluruhan. Untuk menilai suatu negara tergolong kaya
atau miskin, yang pertama kita lihat adalah seberapa banyak pendapatan total dari semua orang yang tinggal dinegara tersebut Mankiw, 2004.
Nilai PDB suatu periode tertentu merupakan hasil perkalian antara harga barang yang diproduksi dengan jumlah barang yang dihasilkan. Misalkan dalam
perekonomian yang hanya memproduksi satu jenis produk saja yaitu baju. Selama tahun 2011 diproduksi sebanyak 1500 potong baju. Bila terjual satu potong baju
adalah Rp 30.000, maka PDB tahun 2011 besarnya adalah Rp 45 juta. PDB hanya mencakup barang dan jasa akhir yaitu barang yang dijual
kepada pengguna terakhir. Sikat gigi dan pasta gigi adalah contoh barang akhir, jadi yang menentukan adalah siapa yang membeli barang dan jasa akhir. PDB
menghitung dua hal sekaligus, yakni pendapatan total setiap orang dalam perekonomian, serta pengeluaran total atas seluruh output berupa barang dan
jasa dari perekonomian yang bersangkutan. Alasan mengapa PDB dan GNP dapat mengukur kedua hal tersebut adalah bahwa pendapatan dan pengeluaran
merupakan dua sisi dari satu mata uang yang sama. Jadi, bagi sebuah perekonomian secara keseluruhan, pendapatan harus sama dengan pengeluaran.
Alasan berikut yang dapat kita simak untuk menjelaskan mengapa pendapatan suatu perekonomian selalu sama dengan pengeluaran adalah setiap
transaksi pasti melibatkan dua belah pihak, yakni pembeli dan penjual. Setiap rupiah yang dibelanjakan oleh pihak pembeli adalah rupiah yang diterima oleh
penjual.
Universitas Sumatera Utara
Komponen-komponen PDB: 1. Konsumsi consumption adalah pengeluaran rumah tangga atas berbagai
barang dan jasa. 2. Investasi investment adalah pembelian berbagai peralatan modal,
persediaan, dan struktur bisnis, seperti pembelian yang dilakukan sebuah perusahaan dalam membangun sebuah pabrik. Investasi juga mencakup
pembelian rumah baru meskipun dilakukan oleh rumah tangga, para ekonom sepakat bahwa pembelian rumah baru merupakan bagian dari
investasi. 3. Pembelian atau Belanja Negara government purchases mencakup seluruh
pengeluaran atas berbagai barang dan jasa yang dilakukan oleh pemerintah semua instansi, semua tingkatan mulai dari pemerintah pusat dan daerah
4. Ekspor Neto net export adalah pembelian yang dilakukan oleh pihak asing atas berbagai barang dan jasa yang diproduksi didalam negeri
ekspor dikurangi oleh pembelian oleh penduduk setempat atas berbagai barang dan jasa yang diproduksi diluar negeri impor.
2.5.1 PDB per Kapita GDP per Kapita
Untuk melihat produktivitas penduduk suatu negara, sering digunakan kriteria angka output atau GDP per kapita. Pendapatan per kapita suatu
masyarakat dapat diperoleh dengan membagi GDP tahun tertentu dengan jumlah penduduk populasi tahun tertentu yang bersamaan.
��� ��� ������ = GDP tahun t
Populasi tahun t
Universitas Sumatera Utara
GDP biasanya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tapi pada saat yang sama jumlah penduduk juga umumnya mengalami kenaikan. Dengan
demikian perkembangan pembangunan ekonomi tidak bisa hanya dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi saja, tetapi juga harus mempertimbangkan faktor laju
pertumbuhan penduduk. Dengan mengaitkan laju pertumbuhan ekonomi dengan laju pertumbuhan penduduk, maka kita akan mendapatkan suatu indikator jauh
lebih realistis. Dari sisi pertumbuhan output per kapita, peningkatan pertumbuhan output
per kapita akan mendorong pertumbuhan kredit perbankan, khususnya kredit konsumsi Barro, R.J. dan X Sala-I-Martin, 1995.
Keynes menyatakan bahwa pengeluaran konsumsi C terutama tergantung dari pendapatan Y, makin tinggi pendapatan makin tinggi konsumsi.
Pengeluaran konsumsi merupakan fungsi linier terhadap pendapatan C = a + bY. Kunci dari pengeluaran konsumsi adalah pendapatan. Semakin besar
pendapatan maka semakin besar pengeluaran konsumsi. Konsumsi mempunyai sifat yang khusus. Pengeluaran bisa naik dikala pendapatan naik dan bahkan
pengeluaran konsumsi bisa lebih cepat naiknya dari pendapatan itu sendiri. Sebaliknya konsumsi akan sulit turun di kala pendapatan turun. Ada upaya untuk
tidak menurunkan pengeluaran konsumsi walau pendapatan sudah turun. Dengan kata lain, turunnya pengeluaran konsumsi lebih lambat dari pendapatan Miraza,
2006.
Universitas Sumatera Utara
PDRB per kapita memberikan pengaruh positif terhadap permintaan kredit konsumsi di Sumatera Utara. PDRB per kapita merupakan gambaran pendapatan
rata-rata tiap penduduk di suatu wilayah. Apabila PDRB per kapita meningkat maka akan meningkatkan permintaan kredit konsumsi, karena dengan adanya
kenaikan PDRB per kapita masyarakat akan terdorong untuk mengajukan kredit konsumsi karena dengan meningkatnya pendapatan maka konsumsi masyarakat
akan meningkat selain itu masyarakat merasa mampu membayar angsuran dengan pendapatan yang dimilikinya. Apabila PDRB per kapita mengalami penurunan
maka permintaan kredit konsumsi juga akan turun karena dengan berkurangnya pendapatan maka masyarakat akan mengurangi pengeluaran dan membatasi
konsumsinya sehingga mengurangi kemampuan dan minat masyarakat untuk mengajukan kredit konsumsi.
2.6 Kurs
Harga dari satu mata uang dalam mata uang yang lain disebut sebagai kurs exchange rate. Ada dua macam transaksi kurs. Yang sering kita kenal, disebut
sebagai transaksi spottunai spot transaction, meliputi pertukaran segera dua hari dari deposito simpanan bank. Transaksi forward forward transaction
meliputi pertukaran deposito bank untuk beberapa waktu ke depan yang ditentukan. Kurs spot spot exchange rate adalah kurs untuk transaksi spot dan
kurs forward forward exchange rate adalah kurs untuk transaksi forward. Ketika mata uang suatu negara terapresiasi nilainya naik secara relatif
terhadap mata uang lainnya, barang yang dihasilkan oleh negara tersebut di luar negeri menjadi lebih mahal dan barang-barang luar negeri di negara tersebut
Universitas Sumatera Utara
menjadi lebih murah asumsi harga domestik konstan di kedua negara. Sebaliknya, ketika mata uang suatu negara terdepresiasi, barang-barang negara
tersebut yang diluar negeri menjadi lebih murah dan barang-barang luar negeri di negara tersebut menjadi lebih mahal Mishkin, 2008.
Menurut Harmanta dan Ekananda 2005, bahwa pengaruh nilai tukar rupiah terhadap USD dollar memiliki hubungan yang negatif terhadap
permintaan kredit. Artinya melemahnya nilai tukar rupiah terhadap USD yang mencerminkan kondisi perekonomian yang tidak menentu uncertanty,
menyebabkan meningkatnya resiko berusaha yang akan direspon oleh dunia usaha dengan menurunkan permintaan kredit.
2.6.1 Teori Paritas Daya Beli
Satu teori mengenai bagaimana kurs ditentukan adalah teori paritas daya beli Purchasing Power Parity—PPP. Teori ini menyatakan bahwa kurs antara
dua mata uang akan melakukan penyesuaian yang mencerminkan perubahan tingkat harga dari kedua negara. Teori PPP tidak lain merupakan aplikasi hukum
satu harga pada tingkat harga secara keseluruhan, bukan harga dari satu barang.
2.6.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurs
Faktor-faktor yang mempengaruhi kurs dalam jangka panjang: 1. Tingkat harga relatif
2. Hambatan perdagangan 3. Preferensi untuk barang domestik versus barang luar negeri
4. Produktivitas
Universitas Sumatera Utara
2.7 Penelitian Terdahulu Tabel 2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Nama, Tahun,
Judul Metode
Model Hasil Penelitian
1. Muliaman d.
Hadad, Wimboh Santoso, Armida
Alisjahbana 2004
“Model dan Estimasi
Permintaan dan Penawaran Kredit
Konsumsi Rumah Tangga di
Indonesia” Three-
equation Generalize
d Tobit. Tiga model utama
untuk memperoleh
gambaran tentang 1Permintaan
kredit konsumsi di tingkat rumah
tangga, 2Permintaan
kredit konsumsi di tingkat propinsi
3Perilaku pemberian kredit
konsumsi dari sisi penawaran di
tingkat propinsi selama beberapa
tahun terakhir. Hasil perhitungan menunjukkan
terdapat kesenjangan gap sebesar 28,93 antara nilai kredit
yang diinginkan dibandingkan dengan realisasinya dari semua
sumber pinjaman perbankan, koperasi, pegadaian, lainnya.
Estimasi model panel penawaran kredit di tingkat propinsi
menunjukkan indikasi sudah terjadinya kejenuhan pada
permintaan kredit konsumsi. Data realisasi permintaan kredit
konsumsi sampai triwulan kedua tahun 2004 6 bulan pertama
telah mencapai 64 persen terhadap nilai prediksinya untuk
keseluruhan tahun 2004.
2. Andayani Hadi
2008, “Analisis Permintaan Kredit
Konsumsi pada Perbankan di
Sumatera Utara” Ordinary
Least Square
OLS Log PKK= α
ₒ +
α1PDRB+α2kur s+α3SBK+α4PK
Kt- 1+ μ
Secara serempak PDRB, kurs, tingkat suku bunga kredit
konsumsi, dan permintaan kredit tahun sebelumnya secara statistik
signifikan mempengaruhi permintaan kredit konsumsi di
Sumatera Utara. Secara parsial PDRB, kurs, dan permintaan
kredit konsumsi tahun sebelumnya berpengaruh positif
pada permintaan kredit konsumsi di sumatera utara sedangkan
tingkat bunga kredit konsumsi berpengaruh negatif.
3. Albert N. Harefa
2010 “Analisis Faktor – faktor
yang Mempengaruhi
Permintaan Kredit Konsumsi pada
Bank Umum di Indonesia”
pendekatan Error Correction
Model Metode
ECM Error
Correction Model
Suku bunga kredit konsumsi, produk
domestik bruto satu tahun
sebelumnya dan jumlah
pengangguran menjadi faktor –
faktor dalam analisis ini.
Hasil penelitian ini menunjukkan dalam jangka pendek tingkat
suku bunga kredit konsumsi berpengaruh negatif pada
permintaan jumlah kredit konsumsi tetapi dalam jangka
panjang hubungannya menjadi positif. Sedangkan PDB satu
tahun sebelumnya menunjukkan pengaruh positif baik dalam
jangka pendek dan jangka panjang. Jumlah pengangguran
memiliki pengaruh negatif baik dalam jangka pendek dan jangka
panjang.
Universitas Sumatera Utara
4. Binsar
Sihombing, 2005 “Analisis
Permintaan Kredit Konsumsi di
Sumatera Utara” generalize
d moments of methods
GMM Log L
= β10 + β11 Log rL +
β12 Log N + β13 Log Y + eıt
Log rL = β21
Log rD + β22 Log N + β23
DUM + eıt Tingkat suku bunga kredit
konsumsi rL, jumlah kantor bank N, pendapatan per kapita
Y, secara statistik signifikan mempengaruhi permintaan kredit
konsumsi di sumatera utara baik secara parsial maupun simultan.
Pengaruh negatif tingkat suku bunga kredit konsumsi rL
terhadap permintaan kredit konsumsi di sumatera utara
adalah inelastis. Pengaruh positif jumlah kantor bank N terhadap
permintaan kredit konsumsi di sumatera utara adalah elastis.
Kontribusi pengaruh positif pendapatan per kapita Y
terhadap permintaan kredit konsumsi di sumatera utara
adalah elastis. Suku bunga tabungan rD, jumlah kantor
bank N dan krisis ekonomi DUM secara statistik signifikan
mempengaruhi suku bunga kredit konsumsi di sumatera utara baik
secara parsial atau simultan.
5. Romi Julianto
Sirait 2005, “Analisis Faktor-
faktor yang Mempengaruhi
Kredit Konsumsi” Ordinary
Least Square
OLS Y=α + β1X1 +
β2X2 + μ Variabel inflasi X1 memberikan
pengaruh yang negatif terhadap kredit konsumsi yang disalurkan
bank-bank umum di Indonesia Variabel PDRB X2 dengan
pengaruh paling besar, memberikan pengaruh positif
terhadap kredit konsumsi di Sumatera Utara. Secara simultan
laju inflasi dan PDRB per kapita memberikan pengaruh nyata
terhadap kredit konsumsi di Sumatera Utara.
6. Dean Karlan dan
Jonathan Zinman, Elastisitas
Permintaan Kredit Konsumsi, 2005
Ordinary Least
Square OLS
Yi=friº,X Penelitian ini menyajikan
perkiraan parameter dari uji coba secara acak. Percobaan
dilaksanakan oleh pemberi pinjaman keuangan mikro
konsumsi di Afrika Selatan dan mengidentifikasi kurva
permintaan, miring ke bawah sehubungan dengan harga.
Permintaan menjadi sangat sensitif pada harga lebih tinggi
dari bunga tingkat normal. Serta menemukan jumlah pinjaman
jauh lebih responsif terhadap perubahan jatuh tempo pinjaman
dari perubahan suku bunga.
Universitas Sumatera Utara
2.8 Kerangka Konseptual