Defenisi Operasional Perkembangan Kredit Konsumsi di Sumatera Utara

Hipotesis: H0 : β1 = 0 HA : β1 ≠ 0 Kriteria: Terima H0 apabila F-statistik F-tabel Terima HA apabila F-statistik F-tabel 3. Uji t-statistik bertujuan untuk mengetahui signifikasi statistik koefisien regresi secara parsial. Hipotesis: H0 : β1 = 0 HA : β1 ≠ 0 Kriteria: Hipotesis positif Terima H0 apabila t-statistik t-tabel Terima HA apabila t-statistik t-tabel Hipotesis negatif Terima H0 apabila t-statistik t-tabel Terima HA apabila t-statistik t-tabel

3.8 Defenisi Operasional

Untuk memudahkan pemahaman terhadap istilah dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini maka perlu diberikan defenisi operasional sebagai berikut: 1. Permintaan kredit konsumsi adalah jumlah kredit konsumsi yang disalurkan oleh bank di Sumatera Utara dinyatakan dalam milyar rupiah. 2. PDRB per kapita, merupakan gambaran rata-rata pendapatan yang diterima setiap penduduk sebagai hasil dari proses produksi. PDRB per kapita dinyatakan dalam ribu rupiah. Universitas Sumatera Utara 3. Tingkat suku bunga kredit konsumsi adalah rata-rata bunga pinjaman pada bank yang ditetapkan sebagai kewajiban nasabah peminjam kepada bank sebagai balas jasa atas dana atau pinjaman yang diberikan, yang dinyatakan dalam persen . 4. Kurs nilai tukar adalah harga dari satu mata uang rupiah yang diukur dengan mata uang lain dollar yang dinyatakan dalam ribu rupiah. Universitas Sumatera Utara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskriptif Daerah Penelitian 4.1.1 Kondisi Geografis Propinsi Sumatera Utara terletak pada garis 1º-4º Lintang Utara dan 98º- 100º Bujur Timur. Sebelah utara berbatasan dengan Propinsi Nangroe Aceh Darussalam, sebelah timur dengan Negara Malaysia di Selat Malaka, sebelah selatan berbatasan dengan Propinsi Riau dan Sumatera Barat, dan di sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Luas daratan Propinsi Sumatera Utara adalah 71.680 km². Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi dalam tiga kelompok wilayah yaitu Pantai Barat, Daratan Tinggi dan Pantai Timur. Sumatera Utara memiliki 419 pulau dimana pulau-pulau terluar dari Propinsi Sumatera Utara adalah Pulau Simuk Kepulauan Nias, dan Pulau Berhala di Selat Sumatera Malaka. Selain itu Pesisir Timur Propinsi Sumatera Utara merupakan wilayah di dalam propinsi yang paling pesat perkembangannya karena persyaratan infrastruktur yang lebih lengkap dibanding wilayah lainnya.

4.1.2 Kondisi Demografis

Sumatera Utara merupakan propinsi keempat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Laju pertumbuhan penduduk Sumatera Utara selama kurun waktu tahun 1990- 2000 adalah 1,20 persen per tahun, dan pada tahun 2000-2003 menjadi 1,14 persen per tahun. Menurut data tahun 2010, laju pertumbuhan penduduk di Sumatera Utara berkembang pesat. Berdasarkan data BKKBN Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara jumlah penduduk sepanjang tahun 2010 sebanyak 12,9 juta dengan laju pertumbuhan penduduk 1,11 persen .

4.1.3 Gambaran Umum Perekonomian Sumatera Utara

Sumatera Utara sangat kaya akan sumber daya alam seperti gas alam di daerah Tandam dan Binjai, minyak bumi di Pangkalan Brandan dan Kabupaten Langkat, PT inalum di Kuala tanjung, Kabupaten Asahan, Danau Toba sebagai salah satu objek wisata yang banyak diminati, serta PLTA Asahan di Kabupaten Toba Samosir dan masih banyak lagi sumber daya alam lainnya. Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara atau wilayah dalam satu periode tertentu adalah data PDB atau PDRB, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDBPDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Salah satu indikator membaiknya ekonomi Sumatera Utara adalah meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi. Untuk melihat fluktuasi pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun, disajikan melalui PDRB atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha secara berkala. Tahun 1996-1998 PDRB atas harga konstan mengalami peningkatan tiap tahunnya. Tahun 1999 mengalami penurunan akibat Universitas Sumatera Utara krisis pada tahun 1998. Pada tahun 2000 kembali menunjukkan peningkatan hingga tahun-tahun berikutnya. Hal ini menunjukkan kondisi ekonomi yang kembali membaik. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tahun 2000 sebesar 4,83 persen, tahun 2001 sebesar 3,72 persen, tahun 2002 sebesar 4,07 persen dan tahun 2003 sebesar 4,42 persen. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan oleh PDRB atas dasar harga konstan 2000 sebesar 6,58 persen, menunjukkan adanya pertumbuhan yang meningkat dibanding tahun 2010 sebesar 6,35 persen. Pertumbuhan terbesar berasal dari sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan yang tumbuh sebesar 13,61 persen, diikuti oleh sektor konstruksi sebesar 8,54 persen. Selanjutnya diikuti oleh sektor jasa tumbuh sebesar 8,30 persen sedangkan sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh sebesar 8,12 persen. Inflasi merupakan salah satu indikator dalam perencanaan perekonomian dan pembangunan suatu daerah. Terlalu tinggi atau rendahnya inflasi tidak baik bagi perekonomian. Inflasi yang terlalu tinggi lebih dari dua digit dapat menghambat ekonomi, karena dapat memperkecil nilai riil dari pendapatan. Terlalu rendahnya angka inflasi deflasi dapat menghambat sektor-sektor usaha, karena turunnya nilai jual produk sehingga dapat mematikan usahanya. Berdasarkan data BPS Sumatera Utara, inflasi di Sumatera Utara pada tahun 2007 sebesar 6,6 persen kemudian pada tahun 2008 menjadi 10,72 persen, tahun 2009 Universitas Sumatera Utara turun menjadi 2,61 persen, tahun 2010 naik menjadi sebesar 8,0 persen, dan tahun 2011 sebesar 3,67 persen. Berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku, struktur perekonomian Sumatera Utara sejak tahun 1994 telah bergeser dari dominasi sektor pertanian ke sektor industri pengolahan. Hal ini ditandai dengan peranan sektor pertanian terhadap PDRB atas harga berlaku yang cenderung mengecil, sebaliknya peranan sektor industri semakin besar. Akan tetapi pada saat krisis ekonomi pada tahun 1998 peranan sektor pertanian kembali meningkat. PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku Sumatera Utara tahun 2003-2010 meningkat setiap tahunnya. Tahun 2007 sebesar Rp 181.819,74 milyar dan terus mengalami peningkatan, pada tahun 2010 sebesar Rp 275.700,21 milyar. Tiga sektor utama yang selalu memberi kontribusi terbesar adalah sektor industri pengolahan, sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Untuk tahun 2010 sektor yang memiliki kontribusi terbesar adalah industri pengolahan sebesar Rp 63.293,45 milyar, diikuti sektor pertanian diurutan kedua sebesar Rp 63.181,84 milyar, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran diurutan ketiga sebesar Rp 52.384,31 milyar. Dari tahun 2007 hingga tahun 2011 struktur perekonomian Sumatera Utara didominasi sektor industri pengolahan, diikuti sektor pertanian; sektor jasa-jasa; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan; dan sektor konstruksi. dari 9 sektor lapangan usaha, hanya terdapat 3 sektor yang mengalami penurunan kontribusi terhadap PDRB Sumatera Utara yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan dan sektor listrik, gas dan air Universitas Sumatera Utara bersih. Sedangkan ke enam sektor lain mengalami kenaikan kontribusi. Peranan sektor industri pengolahan dari tahun 2007 hingga tahun 2011 semakin menurun. Namun sektor industri pengolahan masih mendominasi kontribusi struktur perekonomian di Sumatera Utara.

4.1.4 Perkembangan Perbankan di Sumatera Utara

Perkembangan perbankan di Sumatera Utara semakin meningkat, hal ini dapat dilihat dari jumlah kantor bank yang terus bertambah tiap tahunnya, demikian juga dengan jumlah simpanan yang dihimpun dari masyarakat. Selain itu pinjaman kredit yang disalurkan bank-bank di Sumatera Utara juga terus meningkat. Jumlah bank, kantor bank dan kantor cabang di Sumatera Utara tahun 2007-2011 menunjukkan peningkatan. Jumlah kantor bank umum tahun 2007 sebesar 717 unit yang terus meningkat, hingga tahun 2011 sebesar 1050 unit meningkat 22 persen dari tahun 2010. Jumlah kantor bank syariah juga mengalami peningkatan dari tahun 2007-2010. Tahun 2007 berjumlah 31 unit, kemudian meningkat pada tahun 2010 mencapai 70 unit. Untuk Bank Perkreditan Rakyat BPR justru mengalami penurunan walau tidak banyak, tahun 2007 sebanyak 66 unit kemudian menurun menjadi 50 unit tahun 2010 dan tetap pada 2011. Posisi simpanan masyarakat baik rupiah dan valas valuta asing pada bank umum dan BPR Sumatera Utara dari tahun 2006-2011 mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 2006 sebesar Rp 58.697 milyar yang terus meningkat, tahun 2010 sebesar Rp 108.366 milyar dan pada tahun 2011 meningkat 17 persen menjadi Rp 126.645 milyar. Demikian juga dengan posisi Universitas Sumatera Utara pinjaman kredit masyarakat baik rupiah dan valas pada bank umum dan BPR dari tahun 2006-2011 mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 2006 sebesar Rp 41.484 milyar yang terus meningkat, tahun 2010 sebesar Rp 73.921 milyar, dan pada tahun 2011 meningkat 39 persen menjadi Rp 102.899 milyar. Hal ini menunjukkan kegiatan bank yang terus meningkat di Sumatera Utara. Berarti perekonomian di Sumatera Utara semakin meningkat, terbukti dengan semakin banyaknya nasabah yang menggunakan jasa perbankan baik untuk simpanan atau pinjaman. Selain itu bentuk-bentuk jasa perbankan yang ditawarkan juga semakin beragam dan memberikan kemudahan bagi nasabahnya, seperti sms banking, internet banking, ATM bersama dan layanan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa bank juga semakin meningkatkan kualitas pelayanan terhadap nasabahnya.

4.2 Perkembangan Kredit Konsumsi di Sumatera Utara

Pada umumnya permintaan kredit konsumsi di Sumatera Utara mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kredit konsumsi yang disalurkan oleh bank umum dan BPR di Sumatera Utara yang semakin meningkat. Dalam hal ini jumlah kredit konsumsi adalah yang disalurkan bank-bank di Sumatera Utara yaitu, bank pemerintah dan bank pembangunan, bank swasta nasional, bank asing dan bank campuran, serta bank perkreditan rakyat baik dalam rupiah maupun valas valuta asing. Jumlah kredit konsumsi yang disalurkan oleh bank di Sumatera Utara pada tahun 1996 sebesar Rp 1.028,36 milyar. Pada tahun 1996- 1997 permintaan kredit konsumsi di Sumatera Utara mengalami peningkatan. Universitas Sumatera Utara Kemudian menurun pada tahun 1998-1999, disebabkan krisis ekonomi yang sempat melanda Indonesia pada tahun tersebut. Pada tahun 2000 permintaan kredit konsumsi menunjukkan peningkatan kembali. Demikian tahun 2001 meningkat menjadi Rp 1331,66 milyar. Tahun 2000-2010 permintaan kredit konsumsi di Sumatera Utara mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2010 jumlah kredit konsumsi yang disalurkan di Sumatera Utara adalah Rp 21.538,23 milyar, meningkat sebesar 19,58 persen dari tahun sebelumnya.

4.3 Perkembangan Tingkat Suku Bunga Kredit Konsumsi di Sumatera Utara