BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bekicot Achatina Fulica tercakup di dalam subkelas Pulmonata dari kelas Gastropoda yang merupakan kelompok molusca yang sangat besar. Meskipun didalam
subkelas ini sudah terdapat spesialisasi untuk hidup di daratan kering,tetapi masih menunjukkan banyak sifat pokok kelas Gastropoda sebagai keseluruhannya. Pada
tahun 1847 seorang kolektor concha yang mengunjungi Mauriius membawa beberapa spesimen hidup di Calcuta.Disitu Achatina fulica berkembang baik dan tersebar luas
tanpa ada musuhnya. Pada tahun 1900 ia telah mencapai Cylon dan menjadi hama pertanian. Pada tahun 1911 sudah tersebar di Singapura dan selanjutnya ke
Kalimantan. Di Sumatera dan Jawa,hewan ini telah merusak perkebunan karet. Pada tahun itu juga telah mencapai Taiwan,dan disambut hangat oleh orang – orang Jepang
sebagai makanan yang menarik dan berkhasiat obat Radiopoetro, 1995.
Selulosa merupakan senyawa organik yang paling banyak melimpah di alam.Diperkirakan sekitar 10
11
ton selulosa dibiosintesis tiap tahun.Daun kering mengandung 10-20 selulosa,kayu 50 dan kapas 90. Selulosa merupakan
homopolisakarida linier yang tidak bercabang,terdiri dari 10.000 atau lebih unit D- glukosa yang dihubungkan oleh ikatan 1,4-
β-glikosida Wijayanti, 2005.
Di alam, selulosa banyak dijumpai sebagai selulosa natif yang berikatan dengan senyawa lain seperti lignin dan selulosa. Ada pula selulosa yang telah
dihilangkan kadar ligninnya seperti pada kertas. Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat yang
digunakan biasanya alami, dan mengandung selulosa dan hemiselulosa.
Universitas Sumatera Utara
Selulosa banyak terdapat dalam limbah pertanian atau kehutanan dan belum banyak dimanfaatkan. Limbah ini merupakan salah satu bentuk energi yang cukup
potensial dan pada umumnya merupakan bahan berselulosa yang dapat dimaanfaatkan.Salah satu limbah pertanian yang dapat dimaanfaatkan adalah ampas
tebu. Ampas tebu merupakan limbah padat industri gula tebu yang mengandung serat selulosa yang biasanya digunakan sebagai bahan baku industri kertas dan bahan bakar.
Enzim yang dapat digunakan untuk mendegradasi selulosa adalah enzim selulase. Selulase adalah enzim yang mampu menguraikan selulosa dalam
menghidrolisis ikatan β 1,4 glikosida menjadi bentuk yang lebih sederhana yang
kemudian menguraikan lebih lanjut hingga menjadi monomer glukosa. Penguraian oleh enzim selulase penting sekali mengingat banyaknya selulosa yang terdapat di
alam, yang perlu diuraikan kembali dimana selulosa merupakan pembentuk struktur dasar dari tumbuh – tumbuhan,komponen utama pada limbah pertanian dan banyak
terdapat sebagai limbah perkotaan. Mikroorganisme tertentu mempunyai kesanggupan untuk tumbuh pada selulosa. Mikroorganisme yang digunakan untuk mendapatkan
selulase diantaranya: Myrotechium verucaria,Penecillium pusillim,Trichoderma viridae,Strepromyces sp Marsiati, 1989.
Enzim selulase selain dihasilkan oleh mikroba selulolitik yang hidup di alam bebas juga dapat dihasilkan oleh mikroba selulolitik yang terdapat dalam tubuh
hewan.Secara komersil, harga enzim selulase yang dihasilkan dari jamur atau bakteri cukup mahal sehingga permasalahan yang sering muncul dalam hidrolisis enzimatis
adalah kurang tersedianya enzim selulase yang murah dan efisien.Oleh karena itu dilakukan upaya mencari sumber enzim lain yang dapat memproduksi enzim selulase.
Keong mas Pomacea caniculata merupakan salah satu hewan yang menghasilkan enzim selulase. Siregar, 1999 telah mencoba mengisolasi enzim
selulase dari pankreas keong mas dan menggunakannya untuk meghidrolisis selulosa.. Enzim selulase juga dihasilkan dari hewan bekicot Achatina fulica yang merupakan
kelas Gastropoda yang sama dengan keong mas. Bekicot merupakan salah satu hewan yang menggunakan selulosa sebagai sumber energi sehingga didalam tubuhnya
Universitas Sumatera Utara
banyak ditemukan mikroba selulolitik. Silaban, 1999, berhasil menemukan mikroba selulolitik tersebut yaitu Pseudomonas alcaligenes PaAf-18 dan Enterobacter
agglomerans EaAf-18. Mikroba ini banyak ditemukan pada sistem pencernaan bekicot karena di daerah organ inilah selulosa dan senyawa polisakarida lainnya dicerna.
Sewaktu bekicot ditangkap,biasanya perut bekicot dibuang agar tidak ikut dimasak. Padahal dalam getah lambung dan pankreas terdapat enzim yang dapat
menghidrolisa selulosa menjadi glukosa,sedangka glukosa merupakan sumber energi.Isolasi enzim selulase bertujuan untuk mendapatkan enzim selulase yang dapat
digunakan untuk mengkonversi selulosa menjadi glukosa dalam industri pangan Siregar,1999.
Enzim ini dianggap lebih efektif dan efisien karena isolasi enzim dari bekicot cukup mudah, murah dan tidak membutuhkan waktu yang lama serta enzim dapat
disimpan dalam waktu 4 bulan dalam suhu -15
o
C Soedigdo,et al. Enzim selulase yang diproduksi mikroba sebagian besar disimpan dalam hepatopankreas yang
salurannya bermuara ke saluran pencernaan. Sementara itu,cangkang bekicot dapat dimanfaatkan sebagai hiasan,dan pembuatan kitosan. Dengan demikan bekicot bisa
dijadikan alternatif sumber enzim selulase sehingga diharapkan bekicot dapat bermanfaat bagi kehidupan.. Masfufatun2009 telah melakukan penelitian tentang
hidrolisis Carboxy Methyl Cellulose CMC dengan enzim selulase dari bekicot untuk produksi etanol dengan menggunakan Zymomonas mobilis. Dari hasil penelitiannya
didapatkan bahwa enzim selulase bekerja pada kondisi optimum 50
o
C dan pH 5,2 dan menghasilkan etanol sebesar 0,457 gg glukosa atau yield etanol sebesar 89,6.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengisolasi dan menentukan pengaruh pH dan suhu optimum terhadap aktivitas ekstrak kasar enzim selulase dari
bekicot serta mengetahui apakah terdapat perbedaan aktivitas ekstrak kasar enzim
selulase terhadap hidrolisa substrat selulosa, kertas HVS dan ampas tebu.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Permasalahan