Dryer berfungsi untuk mengeringkan web sehingga kadar airnya mencapai 6. Hasilnya digulung di pop reel sehingga berbentuk gulungan kertas yang besar paper
roll.Paper roll ini yang dipotong – potong sesuai ukuran dan dikirim ke konsmen. http:blogspot.composes-pembuatan-kertas.html.
2.6 Ampas Tebu
Tebu Saccharum officinarum adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula.
Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai
kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan
Sumatra Anonim, 2007.
Ampas tebu atau lazimnya disebut bagas, adalah hasil samping dari proses ekstraksi pemerahan cairan tebu. Dari satu pabrik dihasilkan ampas tebu sekitar 35 –
40 dari berat tebu yang digiling . Berdasarkan data dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia P3GI ampas tebu yang dihasilkan sebanyak 32 dari berat tebu
giling. Pada musim giling 2006 lalu, data yang diperoleh dari Ikatan Ahli Gula Indonesia Ikagi menunjukkan bahwa jumlah tebu yang digiling oleh 57 pabrik gula
di Indonesia mencapai sekitar 30 juta ton Anonim, 2007b, sehingga ampas tebu yang dihasilkan diperkirakan mencapai 9.640.000 ton. Namun, sebanyak 60 dari ampas
tebu tersebut dimanfaatkan oleh pabrik gula sebagai bahan bakar, bahan baku untuk kertas, bahan baku industri kanvas rem, industri jamur dan lain-lain. Oleh karena itu
diperkirakan sebanyak 45 dari ampas tebu tersebut belum dimanfaatkan .
Ampas tebu sebagian besar mengandung lignoselulosa. Panjang seratnya antara 1,7 sampai 2 mm dengan diameter sekitar 20 mikro, sehingga ampas tebu ini
dapat memenuhi persyaratan untuk diolah menjadi papan-papan buatan. Bagase mengandung air 48 - 52, gula rata-rata 3,3 dan serat rata-rata 47,7. Serat bagase
tidak dapat larut dalam air dan sebagian besar terdiri dari selulosa, pentosan dan lignin.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2. Komposisi kimia ampas tebu Kandungan
Kadar
Abu 3,82
Lignin 22,09
Selulosa 37,65
Sari 1,81
Pentosan 27,97
SiO
2
3,01 http:blogspot.comampas-tebu.html
2.7. Metode Analisa Kuantitatif Glukosa 2.7.1. Metode Nelson – Somogyi
Metode ini dapat digunakan untuk mengukur kadar gula reduksi dengan menggunakan pereaksi tembaga arsenomolibdat. Kupri mula-mula direduksi menjadi bentuk kupro
dengan pemanasan larutan gula. Kupro yang terbentuk selanjutnya dilarutkan dengan arsenomolibdat menjadi molibdenum berwarna biru yang menunjukkan ukuran
konsentrasi gula dengan membandingkannya dengan larutan standar, konsentrasi gula dalam sampel dapat ditentukan. Reaksi warna yang terbentuk dapat menentukan
konsentrasi gula dalam sampel dengan mengukur absorbansinya Sudarmadji, 1989.
2.7.2.Metode Lane-Eynon
Penetapan gula pereduksi dengan metode ini dilakukan secara volumetrik. Biasanya digunakan untuk penentuan laktosa anhidrat atau monohidrat glukosa, fruktosa,
maltosa anhidrat atau monohidrat dan lainnya. Penetapan gula pereduksi dengan metode ini didasarkan atas pengukuran volume larutan gula pereduksi standar yang
dibutuhkan untuk mereduksi pereaksi tembaga basa yang diketahui volumenya. Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan metilen biru yang warnanya akan hilang karena
kelebihan gula pereduksi diatas jumlah yang dibutuhkan untuk mereduksi tembaga.
Universitas Sumatera Utara
2.7.3. Metode Shaffer-Somogyi
Metode ini dapat diterapkan untuk segala jenis bahan pangan. Terutama berguna untuk menetapkan sampel yang mengandung sedikit gula pereduksi. Gula pereduksi
akan mereduksi Cu
2+
menjadi Cu
+
. Cu
+
akan dioksidasi oleh I
2
yang terbentuk dari hasil oksidasi KI oleh KIO
3
dalam asam menjadi Cu
2+
kembali. Kelebihan I
2
dititrasi dengan Na
2
S
2
O
3.
Dengan menggunakan blanko, maka kadar gula pereduksi dalam
sampel dapat ditentukan.
2.7.4. Metode Anthrone
Metode ini dapat digunakan untuk semua jenis bahan makanan. Anthrone 9,10- dihidro-9-oxanthrasena merupakan hasil reduksi anthraquinone. Anthrone bereaksi
secara spesifik dengan karbohidrat dalam asam sulfat pekat menghasilkan warna biru kehijauan yang khas.
2.7.5. Metode Munson Walker
Penentuan gula reduksi berdasarkan atas banyaknya endapan Cu
2
O yang terbentuk, kemudian dengan melihat tabel Hadmond dapat diketahui jumlah gula pereduksinya.
Jumlah Cu
2
O ditentukan secara gravimetris, yaitu dengan menimbang larutan endapan Cu
2
O yang terbentuk. Dapat juga ditentukan secara volumetrik yaitu dengan titrasi
menggunakan larutan Na-tiosulfat atau K-permanganat Apriyanto, 1989.
2.8. Spektrofotometer UV-Visibel
Spektrometri adalah pengukuran absorbansi selektif radiasi elektromagnetik yang dipakai untuk analisis kualitatif dan kuantitatif senyawa kimia. Sedangkan
spektrofotometri merupakan suatu metode yang sangat penting dalam analisis kimia kualitatif dan kuantitatif. Banyak kelebihan yang dimilikinya, antara lain :
a. Dapat digunakan secara luas dalam pengukuran secara kualitatif dan
kuantitatif untuk senyawa-senyawa organik maupun senyawa anorganik
Universitas Sumatera Utara
b. Kepekaan tinggi, karena dapat mengukur dalam satuan ppm part per million,
bahkan ppb part per billion sehingga dapat mengukur komponen trace renik c.
Sangat selektif bila suatu komponen x akan diperiksa dalam suatu campuran, dengan cara mengatur panjang gelombang cahaya dimana hanya komponen x
yang akan mengabsorbsi cahaya tersebut. Lebih teliti karena hanya mempunyai persen kesalahan 1 - 3 bahkan dengan teknik tertentu dapat
mengurangi persen kesalahan sampai 110 Underwood, 1999.
Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet dan
cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektroskopi UV-Vis biasanya digunakan
untuk molekul dan ion anorganik atau kompleks di dalam larutan. Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa
didapatkan dari spektrum ini. Tetapi spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran
secara kuantitatif.
Sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400 nm sedangkan sinar tampak berada pada panjang gelombang 400-800 nm.
Ada dua jenis instrumentasi spektrofotometri UV-Vis, yaitu :
1. Spektrofotometri UV-Vis yang memiliki sumber cahaya tunggal single
beam, dimana sinyal pelarut dihilangkan terlebih dahulu dengan mengukur
pelarut, setelah itu larutan sampel diukur.
2. Spektrofotometri UV-Vis yang memiliki sumber cahaya ganda double beam,
dimana larutan sampel dimasukkan secara bersama-sama dengan pelarut yang tidak mengandung sampel. Alat ini lebih praktis dan mudah serta memberikan
hasil yang optimal Dachriyanus, 2004.
2.8.1.Aspek Kualitatif dan Kuantitatif Spektofotometri UV-Vis
Spektra UV-Vis dapat digunakan untuk informasi kualitatif dan sekaligus dapat
digunakan untuk analisis kuantitatif.
Universitas Sumatera Utara
1. Aspek kualitatif
Data yang diperoleh dari spektroskopi UV dan Vis adalah panjang gelombang maksimal, intensitas, efek pH, dan pelarut ; yang kesemuanya itu dapat
diperbandingkan dengan data yang sudah dipublikasikan.Misal : dari data spektra yang diperoleh dapat dilihat, serapan absorbansi berubah atau tidak
karena perubahan pH. Jika berubah, bagaimana perubahannya apakah dari batokromik ke hipsokromik dan sebaliknya atau dari hipokromik
kehiperkromik, dan sebagainya. 2.
Aspek Kuantitatif Dalam aspek kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan larutan
sampel dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya. Radiasi yang diserap oleh cuplikan ditentukan dengan membandingkan intensitas sinar
yang diteruskan dengan intensitas sinar yang diserap jika tidak ada spesies penyerap lainnya. Intensitas atau kekuatan radiasi cahaya sebanding dengan
jumlah foton yang melalui satu satuan luas penampang perdetik. Serapan dapat terjadi jika fotonradiasi yang mengenai cuplikan memiliki energi yang sama
denagan energi yang dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya perubahan tenaga. Kekuatan radiasi juga mengalami penurunan denagan adanya
penghamburan dan pemantulan cahaya, akan tetapi penurunan karena hal ini sangat kecil dibandingkan dengan proses penyerapan Rohman, 2007.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Alat dan Bahan