10
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejahatan sejak dahulu hingga sekarang selalu mendapatkan sorotan, baik itu dari kalangan pemerintah maupun dari masyarakat itu sendiri. Persoalan
kejahatan bukanlah merupakan persoalan yang sederhana terutama dalam masyarakat yang sedang mengalami perkembangan seperti Indonesia ini. Dengan
adanya perkembangan itu dapat dipastikan terjadi perubahan tata nilai, dimana perubahan tata nilai yang bersifat positif berakibat pada kehidupan masyarakat
yang harmonis dan sejahtera, sedang perubahan tata nilai bersifat negatif menjurus ke arah runtuhnya nilai-nilai budaya yang sudah ada. Hal ini
menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru yang menghapus pola-pola lama yang mana akan menimbulkan permasalahan sosial. Problem sosial inilah
merupakah salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya kejahatan. kejahatan secara umum adalah perbuatan atau tindakan yang jahat yang dilakukan oleh
manusia yang dinilai tidak baik, tercela dan tidak patut dilakukan. Simandjuntak menyatakan bahwa “Kejahatan adalah suatu tindakan anti sosial yang merugikan,
tidak pantas, tidak dapat dibiarkan yang dapat menimbulkan kegoncangan dalam masyarakat
1
.”
1
B. Simandjuntak, Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial , Bandung : Tarsito, 1981,hal 71
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
11
Manusia dalam kehidupannya harus berdampingan dengan manusia yang lain hidup bermasyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat itu, telah ada
ketentuan- ketentuan atau norma-norma pergaulan hidup yang berkembang sejak zaman dahulu kala sampai sekarang ini. Ketentutan-ketentuan atau norma-norma
hidup tercipta dan di ciptakan sedemikian rupa untuk mengatur tata tertib masyarakat, mengatur hubungan individu dengan individu, antara individu dengan
penguasa dan lain- lainnya yang ada kaitannya dengan kehidupan manusia bermasyarakat.
Kejahatan pencurian merupakan salah satu masalah yang tidak akan ada habis-habisnya yang terjadi dalam masyarakat baik yang tinggal di pedesaan
maupun di perkotaan, hal ini juga berpengaruh terhadap ketentraman dan kedamaian
di dalam kehidupan bermasayarakat. Penomena meningkatnya
pencurian ini bukan saja mengusik rasa aman tetapi menarik perhatian, sehingga timbul pertanyaan, kenyataan apa yang sedang berlangsung.
Kehidupan bermasyarakat itu, sering terdapat adanya penyimpangan- penyimpangan terhadap norma-norma pergaulan hidup yang di kenal dengan
nama norma hukum. Penyimpangan norma hukum di masyarakat di sebut dengan kejahatan. Kejahatan merupakan masalah sosial yaitu masalah yang timbul di
tengah-tengah mayarakat juga. Kejahatan yang merupakan suatu bentuk dari gejala sosial itu tidak berdiri
sendiri, melainkan ada hubungan dengan berbagai perkembangan kehidupan sosia, ekonomi, hukum, maupun teknologi. Kejahatan ini juga ditimbulkan dari
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
12
perkembangan-perkembangan lain sebagai akibat sampingan yang negatif dari setiap kemajuan atau perkembangan sosial di masyarakat.
Pada saat ini kejahatan meningkat dimana - mana baik di kota maupun di desa. Informasi ini banyak kita lihat di berbagai media massa seperti surat kabar,
majalah, tabloid, dan lain-lainnya, maupun melalui media elektronik seperti radio dan
televisi. Kejahatan-kejahatan
itu seperti
pembunuhan, pemerkosaan,
penganiyaan, perampokan, pencurian dan kejahatan-kejahatan tersebut tentunya sangat mengganggu masyarakat untuk berpergian, merasa terancam baik di luar
maupun di dalam rumah. Masalah kejahatan adalah salah satu masalah sosial yang selalu menarik
dan menuntut perhatian yang serius dari waktu ke waktu terlebih dari menurut asumsi umum serta beberapa hasil penelitian dari berbagai pihak, terdapat
kecendungrungan perkembangan peningkatan dari bentuk dan jenis kejahtan tertentu, baiuk secara kualitas maupun kuantitas.
Kejahatan pencurian itu bukan hanya di lakukaan oleh orang dewasa saja. Akan tetapi anak-anak juga menjadi seorang pelaku tindak pidana, meskipun anak
adalah sebagai bagian dari generasi muda yang merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sebagai salah satu sumber daya manusia bagi
pembangunan nasional.
Namum pada
kenyataannya seringkali
dijumpai penyimpangan perilaku atau perbuatan dikalangan anak, bahkan seringkali
mereka perilaku atau melakukan perbuatan melanggar hukum yang dapat merugikan diri sendiri dan masyarakat.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
13
Penyimpangan tingkah laku atau perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh anak biasanya disebabkan oleh berbagai faktor antara lainnya
adanya dampak negatif dari perkembangan pembangunan yang cepat, arus globalisasi di budang komunkasi dan informasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta perubahan gaya dan cara hidup sebagian orang tua, telah membawa perubahan sosial yang mendasar dalam kehidupan masyarakat yang
sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak tersebut Selain itu, anak yang kurang kasih sayang atau tidak memperoleh kasih
sayang, asuhan, bimbingan dan pembinaan dalam perkembangan sikap, perilaku, penyesuaian diri, serta pengawasan dan orang tua, wali, atau orang tua asuh akan
memudahkan anak terseret dalam arus pergaulan masyarakat dan lingkungannya yang kurang sehat dan merugikan perkembangan pribadinya.
Penegakan hukum kepada pelaku tindak pidana harus di kenakan suatu akibat hukum, hal yang sangat erat kaitanya adalah masalah pemidanaan. Hal
tersebut berkaitan dengan tujuan dari penegakan hukum yang hendak dicapat yaitu pemenuhan rasa keadilan dan pencapaian kepastian hukum. Dengan
demikian pemahaman tentang tujuan dari pemidanaan hal ini penting untuk mengetahui maksud di tegakkan hukum itu.
Sifat pemidanaan ini bukan semata-mata bersifat menghukum maupun mencari-cari
kesalahan anak
tetapi untuk
memperbaiki anak
dengan menghindarkan
dari perbuatan-perbuatan
yang menyimpang.
Pemidanaan terhadap anak bukanlah merupakan balasan atas perbuatannya kalaupun anak
harus bertanggung jawab atas perbuatannya yang merugikan orang lain, maka
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
14
harus ditekankan kepadanya bahwa bentuk hukuman bukanlah harga mati atau pembalasan atas perbuatannya dan anak yang berkonflik dengan hukum
merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 yang tertulis dalam Pasal
59 dan Pasal 64 ayat 1 dan ayat 2 ada peraturan bagaimana seharusnya pemerintah dalam berkewajiban dan bertanggung jawab dalam memberikan per-
lindungan terhadap anak:
2
Pasal 59 yang berbunyi : “Pemerintah dan lembaga negara lainyan berkewajiban dan
bertanggungjawab untuk
memberikan perlindungan
khusus adalah
perlindungan yang diberikan kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi,
anak yang dieksploitasi secara ekonomi danatau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi penyalahgunaan narkotika, alkohol,
psikotropika, dan zat adiktif lainya napza, anak korban penculikan, perjualan, perdagangan , anak korban kekerasan baik secara fisik danatau
mental, anak yang menyadang cacat dan anak korban perlakuan salan dan
penelantaran.” Perlindungan hukum bagi anak mempunyai spektrum yang cukup luas.
bahwa perlunya perlindungan hukum bagi anak dapat meliputi berbagai aspek.Perlakuan bagi anak yang berorientasi terhadap perlindungan serta
pemenuhan hak-hak bagi anak sudah merupakan suatu kewajiban bagi seluruh komponen bangsa terutama para aparat penegak hukum dan perlindungan anak
tersebut dapat dilihat pada Pasal 64 UU Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlin- dungan Anak :
2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
15
Pasal 64 yang berbunyi : 1.
Perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum sebagimana dimaksud dalam Pasal 59 meliputi anak yang berkonflik
dengan hukum dan anak korban tindak pidana, merupakan kewajiban dan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat.
2. Perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum
sebagaimana yang di maksud dengan ayat 1 dilaksanakan melalui : a.
Perlakuan atas anak secara manusiawi sesuai dengan martabat dan hak-hak anak;
b. Penyedianan petugas pendamping khusus anak sejak dini;
c. Penyedian sarana dan prasarana khusus;
d. Penjatuhan sanksi yang tepat untuk kepentingan yang terbaik
bagi anak; e.
Pemantuan dan
pencatatan terus
menerus terhadap
perkembangan anak yang berhadapan dengan hukum; f.
Pemberian jaminan untuk mempertahankan hubungan dengan orang tua atau keluarga;dan
g. Perlindungan dari pemberitaan identitas melaui media massa
untuk menghindari labelisasi. Dalam Pasal tersebut di atas dijelaskan bahwa pemidanaan terhadap anak
bukanlah semata-mata penghukuman tetapi rehabilitasi dalam pendidikan dan pencegahan. Dengan demikian diberikannya hukuman kepada anak bukanlah
sebagai pemberi rasa sakit namun sebagai pembinaan sehingga dengan pembinaan diharapkan anak dapat menyadari perbuatanya dan dapat kembali ketengah-tengah
masyarakat untuk melanjutkan masa depannya. Berdasarkan dari penjelasan di atas, penulis tertarik untuk membahas
bagaimana penerapan sanksi terhadap anak pelaku tindak pidana pencurian dalam skripsi penulis
yang berjudul “PENERAPAN SANKSI TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN STUDI KASUS PUTUSAN NO
2.235.Pid.B2012PN.Mdn.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
16
B. Rumusan Masalah