Tinjauan Pustaka Penerapan Sanksi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian (Studi Kasus Putusan No 2.235./Pid.B/2012/PN.Mdn.)

18

F. Tinjauan Pustaka

1. Batasan Usia Anak Anak menjadi satu masalah di Indonesia terutama karena dalam berbagai peraturan yang ada di Indonesia batasan usia anak itu berbeda-beda.Ada beberapa Undang-Undang itu memyebutkan bahwa batasan usia anak itu : a. Dalam KUHAP Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana tidak menyebutkan secara eksplisit mengenai batas usia anak, namun dalam tersebut dapat dilihat dalam kententuan Pasal 153 ayat 3 yang memberikan wewenang pada hakim untuk melarang anak yang belum mencapai usia 17 tahun untuk menghadiri sidang sedangkan Pasal 171 a memutuskan bahwa anak yang belum berusia 15 tahun dan belum pernah kawin dapat memberikan keterangan tanpa sumpah 3 . b. Pasal 330 KUH Perdata, anak adalah belum mencapai usia 21 tahun dan belum pernah kawin 4 . c. Undang-Undang No 4 Tahun 1979 Tentang Kesejaterahaan Anak. Pasal 1 ayat 2 menegaskan bahwa anak adalah mereka yang belum berusia 21 tahun dan belum menikah 5 . 3 Kitab Undang –Undang Hukum Acara Pidana 4 Kitab Undang –Undang Hukum Perdata 5 Undang –Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejaterahaan anak 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 19 d. Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan membatasi usia anak dibawah kekuasaan orang tua atau perwalian sebelum 18 tahun Pasal 47 ayat 2 dan Pasal 50 ayat 1 6 . e. Undang-Undang No 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak membatasi usia anak tersebut adalah telah mencapai 8 delapan tahun tetapi belum mencapai umur 18 delapan belas tahun dan belum pernah kawin 7 . f. Undang-Undang No 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pi- dana Anak yang membatasai umur anak yaitu telah berumur 12 tahun tetapi belum berumur 18 tahun. 8 g. Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Hak-Hak Anak yang ditandatangani oleh Pemerintah RI tanggal 26 Januari 1990 batas umur adalah dibawah umr 18 tahun 9 . 2. Tindak Pidana Pencurian Menurut KUHP Ketentuan umum mengenai tindak pidana pencurian telah diatur dan dijelaskan dalam KUHP oleh karena itu tidak ada lagi alasan bagi seseorang tindak pidana untuk tidak dapat dihukum. Dan ada macam-macam tindak pidana pencurian tersebut yaitu : 6 Undang –Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan 7 Undang –Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak 8 Undang –Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak 9 Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Hak-Hak Anak yang ditandatangani oleh Pemerintah RI tanggal 26 Januari 1990 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 20 a. Pasal 362 KUHP merumuskan : “Barangsiapa mengambil sesuatu barang yang sama sekali atau sebagaian termasuk kepunyaan orang lain, dengan maksud akan memiliki barang itu dengan melawan hak, dihukum karena pencurian dengan pidana penjara, selama-lamnya lima tahun atau denda paling banyak Rp.900,-, ” Unsur-unsur dalam Pasal 362 KUHP adalah 1. Unsur-unsur obyektif, terdiri dari: a Mengambil Menurut Van Bemmelen dan van Hattum, unsur mengambil merupakan unsur terpenting atau unsur yang pertama dalam tindak pencurian 10 . Unsur mengambil ini mengalami berbagai pen afsiran,mengambil yang diartikan setiap per buatan untuk membawa sesuatu benda di bawah kekuasaannya yang nyata dan multak 11 . Perbuatan mengambil berarti perbuatan yang mengakibatkan barang dibawah kekuasaan yang melakukan atau yang mengakibatkan barang diluar kekuasan pemiliknya. Dalam 10 P.A.F. Lamintang, Delik ‐delik Khusus Kejahatan‐kejahatan Terhadap Harta Kekayaan, Bandung: Sinar Baru, 1989, Cet ‐1, hal. 11. 11 P.A.F. Lamintang dan Djisman Samosir, Delik ‐delik Khusus Kejahatan Yang Ditujukan Terhadap Hak Milik Dan Lain ‐lain Hak Yang Timbul Dari Hak Milik, Bandung : Tarseto, 1990 hal . 50 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 21 pencurian, mengambil yang dimaksud adalah mengambil untuk menguasai benda tersebut secara melawan hukum 12 maksudnya adalah waktu pencuri mengambil barang, barang tersebut belum ada dalam kekuasaannya, apabila waktu memiliki barang itu sudah ada ditangannya, maka perbuatan tersebut bukan termasuk pencurian tetapi penggelapan, pencurian dikatakan selesai apabila barang ter- sebut sudah pindah tempat 13 . b Suatu barang atau benda Pengertian “barang ” dalam Pasal 362 KUHP juga mengalami perkembangan makna. Pengertian “barang” dalam Pasal 362 KUHP ini pada awalnya menunjuk pada pengertian barang atau benda bergerak dan berwujud, termasuk binatang 14 . Dalam perkembangannya pengertian “barang” atau“benda” tidak hanya terbatas pada benda atau barang berwujud dan bergerak, 12 Ibid, hal.12 13 Sugandhi, K.U.H.P Dengan Penjelasannya, Surabaya: Usaha Nasional, 1980, hal. 376 14 R. Soesilo, Kitab Undang-undang Huk um Pidana KUHP serta Komemntar - k omentarnya Lengk ap Pasal demi Pasal, Politeia, Bogor, 1996. hal.250 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 22 tetapi termasuk dalam pengertian barang atau benda adalah “barang atau benda tidak terwujud dan tidak bergerak” 15 . Benda yang dikategorikan sebagai benda tidak terwujud da n tidak bergerak tersebut antara lain halaman dengan segala sesuatu yang dibangun diatasnya, pohon-pohon dan tanaman yang tertanam dengan akarnya di dalam tanah, buah-buahan yang belum dipetik, dan sebagainya. Barang yang tidak ada pemiliknya, tidak dapat menjadi obyek pencurian, yaitu barang dalam keadaan res nullus barang yang pemiliknya telah melepaskan haknya dan res derelictae 16 c Barang itu harus “seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain ” Unsur ini mengandung suatu pengertian, bahwa benda yang diambil itu haruslah barang atau bendan yang ada pemiliknya 17 , barang atau benda yang tidak ada pemikinya 15 Ibid 16 H.A.K. Moch. Anwar, Huk um Pidana Bagian Khusus KHHP Buku II, Bandung:CitraA ditya Bakti, Cet ‐5, 1989, hal. 19. 17 Tongat, Huk um Pidana Materiil, Malang : Universitas Muhammadiyah Malang , Cet ‐3 , 2006, hal 41 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 23 tidak dapat menjadi obyek pencurian. Terha dap unsur “yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain” ini dapat diilustrasikan dalam contoh sebagai berikut: “Dua orang A dan B secara bersama-sama patungan membeli sepeda.Sepeda tersebut kemudian disimpan di rumah A. ketika A sedang keluar rumah sepeda tersebut di curi oleh B dan kemudian di- jualnya. Dalam hal ini perbuatan B tersebut tetap merupakan tindak pidana pencurian, sekalipun sebagian dari sepeda tersebut adalah miliknya sendiri”. 2. Unsur –unsur subyektif, terdiri dari : a Dengan maksud Istilah ini terwujud dalam kehendak, atau tuju an pelaku untuk memilki barang secara melawan hukum. Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa unsur kesengajaan dalam, rumusan tindak pidana dirumuskna dengan berbagai istilah, termasuk didalamnya adalah istilah “dengan maksud”. Dengan dem ikian, unsure “dengan maksud” dalam Pasal 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 24 362 KUHP menunjuk adanya unsure keseng ajaan dalam tindak pidana pencurian. b Yang ditujukan untuk memiliki Unsur “memiliki” untuk dirinya sendiri dal am rumusan Pasal 362 KUHP merupakan terjemahan dari kata zich toeeigenen. Istilah zich toeeigenen sebenarnya mempunyai makna yang lebih luas dari sekedar “memiliki”. Oleh beberapa sarjana, istilah tersebut diterjemahkan distilah “menguasai”. Berkaitan dengan istilah zich toeeigenen ini, Prodjodikoro berpendapat , bahwa isitlah tersebut harus diterjemahkan sebagai berbuat sesuatu terhadap suatu barangbenda seolah- olah pemilik barang itu, dan dengan perbuatan tertentu si pelaku melangar hukum. Bentuk dari perbuatan dari zich toeeigenen tersebut dapat bermacam-macam seperti menjual, menyerahkan, meminjamkan, memakai sendiri, menggadaikan dan sering bahkan bersifat negative, yaitu tidak berbuat apa- apa dengan barang itu, tetapi juga tidak 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 25 mempersilahkan orang lain berbuat sesuatu dengan barang itu tanpa persetujuannya 18 . c Secara melawan hukum Secara melawan hukum yakni perbuatan memiliki yang dikehendaki tanpa hak atau kekuasaan sendiri dari si pelaku. Pelaku harus sadar bahwa barang yang diambilnya adalah milik orang lain. 19 b. Pasal 363 KUHP merumuskan : 1 Diancam dengan pidana paling lama 7 tahun : 1. Pencurian ternak 2. Pencurian pada waktu ada kebakaran, letusan, banjir, gempa bumi, atau gempa laut, letusan gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api, huru- hara, pemberontakan, atau kesengsaraan dimasa perang. 3. Pencurian pada waktu malam dalam suatu rumah atau pekarangan yang tertutup yang ada dirumahnya, dilakukan oleh orang yang ada disitutiada dengan setahunya atau betentangan dengan kemauan orang yang berhak. 4. Pencurian yang dilakukan oleh dua orang bersama-sama atau lebih 18 Wirjono Projodikoro, Tindak -Tindak Pidana tertentu di Indonesia, Bandung : Eresco, 1986, hal.78 19 Tongat, op. cit., hal 19 ‐23 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 26 5. Pencurian yang dilakukan oleh tersalah dengan masuk ketempat kejahatan itu atau dapat mencapai barang yang diambilnya dengan jalan membongkar, memecah dan memanjat, atau dengan jalan memakai kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu. 2 Jika pencurian yang diterangkan dalam butir 3 disertai dengan salah satu hal tersebut dalam butir 4 dan 5, maka dikenakan pidana penjara paling lama 9 tahun Kemudian unsur-unsur dari tindak pidana pencurian dengan pemberatan sebagaimana bunyi Pasal di atas adalah 20 : a. Pencurian ternak vee. Objek dari pencurian adalah ternak sebagai unsure tambahan. Pasal 101 yang ber- bunyi Ternak berarti hewan yang berkuku satu, hewan yang memamah biak dan babi. Binatang yang berkuku satu misalnya : kuda, kedelai,dsb dan binatang yang memamah biak umpamanya : sapi, kerbau, kambing, biri-biri, dsb. Harimau, anjing, dan kucing tidak ma- suk golongan hewan, karena bukan binatang yang berkuku satu, bukan binatang yang memamah biak dan juga bukan babi 21 . 20 H.A.K. Moch. Anwar, Op.cit, hal 20 21 R. Soesilo, Op.Cit, hal 105 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 27 b. Dalam butir 2 dari Pasal 363 KUHP juga disebut pencurian pada waktu ada kebakaran, peletusan, ban- jir, gempa bumi atau gempa laut, peletusan gunung api, kapal karam atau terdampar, kecelakaan kereta api, huru-hara, dan pemberontakan. Keadaan-keadaan tersebut adalah bencana. Pencurian ini dilakukan sewaktu terjadi bencana, dimana orang- orang diseki- tar tempat terjadinya bencana itu ada dalam keadaan panik dan cemas hingga mereka kurang memper- hatikan barang-barang miliknya. Keadaan ini memu- dahkan pencurian. Sebenarnya para pelaku pencurian berkewajiban untuk menolong korban seseuai dengan rasa pri-kemanusiaan. c. Macam unsur pemberatan yang ketiga adalah pen- curian pada malam hari di dalam sebuah rumah kedi- aman, dilakukan oleh orang yang ada di situ tanpa se- tahu atau bertentangan dengan kehendak yang berhak. Apa yang dimaksud dengan “malam hari” sudah jelas, yaitu sebagaimana dikatakan oleh Pasal 98 KUHP, yang mengatakan: “Malam berarti masa antara ma- tahar i terbenam dan matahari terbit.” Di negeri Bel- anda perumusannya agak lain Pasal 311 WvS yaitu: 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 28 “pencurian pada waktu istirahat malam” voor de nachtrust bestemdetijd d. Unsur pemberatan keempat yaitu: apabila pencurian itu dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau lebih twee of meerverenigde personen . Istilah “bersama- sama” verenigde personen menunjukkan, bahwa dua orang atau lebih mempunyai kehendak melakukan pencurian bersama-sama. Jadi disini diperlukan unsur, bahwa para pelaku bersama-sama atau bersekutu da- lam kaitannya dengan “mededaderschap” yang mempunyai kesengajaan gezamenlijk opzet untuk melakukan pencurian. Menurut Pasal 55 KUHP “Mededaderschap” terdiri dari empat macam per- buatan yang dapat berupa: 1. Melakukan sendiri atau pelaku pleger 2. Menyuruh orang lain untuk melakukan doenpleger 3. Turut serta melakukan kejahatan medepleger 4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan suatu kejahatan uitlokker 22 . 22 Sudarsono, Pengantar Ilmu Huk um , Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001, Cet. III, hal 129- 130. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 29 Tidak cukup apabila para pelaku itu secara kebetulan bersa- ma-sama melakukan pencurian di tempat yang sama. Apabila seorang pencuri melakukan pencurian di suatu tempat, kemudi- an seorang pencuri lain ingin melakukan juga di tempat tersebut tanpa sepengatahuan pencuri yang pertama, maka hal ini tidak pula termasuk istilah mencuri bersama-sama sebagaimana dis- yaratkan oleh Pasal 363 1 butir 4 KUHP. e. Unsur pemberatan kelima adalah dengan menggunakan cara-cara: a. Merusak Maksudnya di dalam melakukan pencu- rian tersebut disertai dengan perbuatan pe- rusakan terhadap sebuah benda. Misalnya memecah kaca jendela. b. Memotong Maksudnya di dalam melakukan pencurian tersebut diikuti dengan perbuatan-perbuatan lain. Misalnya: memotong pagar kawat c. Memanjat Mengenai perbuatan memanjat dapat ditafsirkan secara autentik pada Pasal 99 KUHP ialah: yang disebut memanjat terma- suk juga masuk melalui lubang yang me- 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 30 mang sudah ada, tetapi bukan untuk masuk atau masuk melalui lubang di dalam tanah yang dengan sengaja digali, begitu juga me- nyeberangi selokan atau parit yang digunakan sebagai batas penutup. d. Memakai anak kunci palsu Mengenai ini diterangkan dalam Pasal 100 KUHP ialah: “Yang dimaksud anak kunci palsu termasuk juga segala perkakas yang tidak dimaksud untuk membuka kunci”. Penafsiran ini merupakan peluasan. Dengan demikian setiap benda atau alat itu tidak di- pergunakan untuk membuka kunci tetapi benda atau alat itu tidak diperuntukkan un- tuk membuka kunci, seperti antar lain sepotong kawat, paku, dan besi. Anak kunci biasa yang sama pasnya dengan anak kunci aslinya, tetapi bukan anak kunci yang di- pergunakan untuk membuka kunci oleh pemilik rumah, termasuk dalam pengertian anak kunci palsu. e. Memakai perintah palsu 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 31 Menurut Yurisprudensi yang dimaksud dengan perintah palsu hanyalah menyangkut perintah palsu untuk memasuki tempat kedi- aman dan pekarangan orang lain. Perintah palsu tersebut berwujud perintah yang kelihatannya seperti surat perintah asli yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang, tetapi sebenarnya bukan. Misalnya: seorang pencuri yang mengakui petugas dinas air minum yang memasuki rumah dengan alasan akan memperbaiki pipa-pila ledeng dengan menunjukkan surat perintah resmi, akan tetapi sebenarnya ia bukan petugas Di- nas Air Minum dan yang ditunjukkan bukan surat perintah resmi. f. Memakai pakaian jabatan palsu Yang dimaksud dengan pakaian jabatan palsu adalah seragam yang dipakai oleh seseorang yang tidak berhak untuk itu. Ser- ing terjadi di dalam masyarakat bahwa seorang pencuri mengenakan pakaian jaksa atau polisi sehingga pakaian seragamnya 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 32 tadi ia dapat memasuki rumah korban dengan mudah. c. Pasal 364 KUHP merumuskan : Perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 362 dan Pasal 363 No 4, begitu juga apa yang diterangkan dalam Pasal 363 No-5, asal saja tidak dilakukan dalam sebuah rumah atau dalam pekarangan yang tetutup yang ada rumahnya, maka jika harga barang yang dicuri tidak lebih dari dua puluh lima rupiah, dihukum karena pencurian ringan dengan hukum penjara paling lama tiga bulan atau denda paling banyak-banyaknyaRp.900,-. Unsur-unsur dalam Pasal 364 KUHP adalah a. Pencurian biasa Pasal 362, asal barang yang dicuri tidak lebih dari Rp.250,- b. Pencurian dilakukan oleh dua orang lebih Pasal 363 sub 4, asal harga tidak lebih dari Rp.250,- dan c. Pencurian dengan masuk ketempat barang yang diambilnya dengan jalan membongkar, memecah, dsb Pasal 363 sub 5 . Jika : 1. Harga tidak lebih dari Rp.250,-dan 2. Tidak dilakukan dalam rumah atau perkarangan tertutup yang ada ru- mahnya. 23 23 R. Soesilo, Op.Cit. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 33 d. Pasal 365 KUHP merumuskan : 1. Hukuman dengan penjara selama-lamanya sembilan tahun, dihukum pencurian yang didahului, disertai, atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap orang, dengan maksud akan memyiapkan atau memudahkan pencurian itu , atau jika tertangkap tangan terpergok, supaya ada kesempatan bagi diri sendiri atau bagi kawannya yang turut melakukan kejahatan itu akan melarikan diri atau supaya barang yang dicuri itu tetap, ada di tangannya. 2. Hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun,dijatuhkan: Ke 1. Jika pencurian itu dilakukan pada waktu malam dalam sebuah tempat kediaman atau pekarangan yang tertutup yang ada tempat kediamannya, dijalan umum atau dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan; Ke 2. Jika pencurian itu dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu Ke 3. Jika masuknya ke tempat melakukan pencurian dengan merusak atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu, atau pakaian jabatan palsu; Ke 4. Jika pencurian itu mengakibatkan luka berat. 3. Jika pencurian itu mengakibatkan luka berat, maka dikenakan pidana penjara paling lama 15 tahun. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 34 4. Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selawa waktu tertentu paling lama 20 tahun. Jika pencurian itu mengakibatkan luka berat atau kematian dan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu dan disertai pula oleh salah satu hal yang diterangkan dalam butir 1 dan butir 3. Unsur-unsurnya sebagai berikut : 1. Unsur-Unsur Obyektif : 1 Cara atau upaya-upaya yang diguanakan berupa : a. Kekerasan b. Ancaaman kekerasan 2 Yang ditujukan pada orang 3 Waktu penggunaan upaya kekerasan atau ancaman kekerasan itu ialah : a. Sebelum b. Pada saat c. Setelah berlangsungnya pencurian 2. Unsur-Unsur Subyektif Digunakan kekerasan atau ancaman kekerasan itu, dengan maksud yang di tujukan : a. Untuk mempersiapkan pencurian b. Untuk mempermudah pencurian 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 35 c. Untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya apabila tertangkap tangan d. Untuk tetap menguasai benda yang dicuri apabi- la tertangkap tangan 24 . Bentuk kedua, yakni pada ayat 2 dengan ancaman pidana penjara paling lama 12 tahun, yang dibagi lagi menjadi 4 bentuk, yang masing- masing memuat unsur-unsur berupa ; 1. Semua unsur pencurian bentuk pokok 2. Unsur-unsur khusus dalam ayat 1 Pasal 365 3. Unsur-unsur lebih khusus lagi bersifat alternative, yang merupakan masing-masing bentuk dari empat bentuk yang dimaksud dalam ayat 2 Pasal 365,yaitu; a. Pertama yang terdiri dari tiga bentuk, yakni; 1. Pencurian yang dilakukan waktu malam atau perkarangan tertutup yang didalamnya ada tempat kediamaannya 2. Dijalan umum 3. Didalam kereta api atau trem yang sedang berjalan. b. Kedua, pelaku lebih dari satu orang dengan bersekutu. Unsur lebih dari orang dengan bersekutu adalah kualitas dari orang-orang yang terlibat kejahatan sebagai yang di 24 Adami Chazawi , Pelajaran Huk um Pidana bagian 2, Jakarta: PT Raja Grafika Persada ,2002,hal 91-92. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 36 sebutkan dalam Pasal 55 ayat 1 KUHP, atau dalam doktrin dikenal dengan petindak peserta c. Ketiga, cara masuk atau sampai pada benda yang dicuri dengan; a. Merusak, b. Memanjat c. Memakai anak kunci palsu d. Perintah palsu d. Keempat timbulnya akbiat luka berat. Antara kekerasan dengan luka berat harus ada hubungan sebab dan akibat, yang dimaksudnya adalah bahwa luka berat itu disebabkan langsung oleh digunakannya kekerasan. Adapun luka berat itu, menurut Pasal 90 KUHP adalah : 1. Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak lagi memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau yang dapat menimbulkan bahaya maut, 2. Menjadi tidak mampu secara terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan yang merupakan mata pencaharian 3. Kehilangan salah saru pancaindra 4. Menjadi cacat, 5. Menjadi lumpuh 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 37 6. Tergangu kekuatan akan selama empat minggu lebih, 7. Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan 1 Pencurian dengan kekerasan bentuk ketiga, yakni yang diancam dengan pidana penjara paling lama 15 tahun. Pencurian bentuk ketiga ini adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 365 ayat 3, yang harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut a. Semua unsur pencurian bentuk pokok Pasal 362 b. Unsur-unsur dengan kekerasan Pasal 365 ayat 1 c. Adanya akibat kematian seseorang 2 Pencurian dengan kekerasan bentuk keempat, adalah yang terberat, karena diancam dengan pidana mati atau pidana seumur hidup atau pidana penjara sementara setinggi-tingginya 20 tahun, yaitu apabila tergabungnya unsur-unsur sebagai berikut : a. Semua unsur pencurian bentuk pokok Pasal 362 b. Semua unsur pencurian dengan kekrasan Pasal 365 ayat 1 c. Unsur timbulnya akibat, luka berat atau matinya orang, d. Dilakukan oleh dua orang dengan bersekutu e. Ditambah salah satu dari, 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 38 1. Waktu pencurian yakni malam, ditambah unsur tempat yakni dalam sebuah tempat kediaman atau perkarangan tertutup yang ada tempat kediamannya 2. Unsur cara-caranya untuk masuk atau sampai pada tempat melakukan kejahatan dengan jalan; a. Merusak b. Memanjat c. Memakai anak kunci palsu d. Memakai perintah palsu e. Memakai pakaian jabatan palsu. e. Pasal 366 KUHP merumuskan : Dalam pemidanaan karena salah satu perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 362,363 dan 365 dapat dijatuhkan pencabutan hak tersebut dalam Pasal 35 no 1-4 f. Pasal 367 KUHP merumuskan : 1. Jika pembuat atau pembantu dari salah satu kejahatan yang diterangkan dalam bab ini adalah suami istri orang yang kena kejahatan itu, yang tidak,bercerai meja makan dan tempat tidur atau bercerai hasrat benda, maka pembuat atau pembantu ituutak dapat dituntut hukuman. 2. Jika suaminya istrinya yang sudah diceraikan meja makan dan tempat tidur atau harta benda, atau sanak atau keluarga orang itu karena kawin, baik dalam keturunan yang lurus 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 39 maupun keturunan yang meyimpang dalam derajat yang kedua, maka bagi diri sendiri hanya dapat dilakukan penuntutan, kalau ada pengaduan dari orang yang dikenakan kejahatan itu. 3. Jika menurut adat istiadat keturunan, kekuasaan bapak dilakukan oleh orang lain dari bapak kandung, maka ketentuan dalam ayat kedua, berlaku bagi orang itu. 3. Faktor Penyebab Tindak Pidana yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah Umur Berbagai faktor memungkinkan bagi anak untuk melakukan kenakalan dan kegiatan kriminal yang dapat membuat mereka terpaksa berhadapan dengan hukum dan sistem peradilan pidana. Mungkin ada macam-macam faktor seseorang itu melakukan tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh anak tersebut yaitu 25 : 1. Faktor Keluarga 2. Faktor Ekstenal 3. Faktor Lingkungan 4. Faktor Psikologi 5. Faktor Pendidikan Ad.1 Faktor Keluarga 25 Kartini Kartono, Patologi Sosial 2 Kenak alan Remaja , Jakarta:Raja Grafindo Persada,1998 hal 120 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 40 Keluarga merupakan lingkungan yang terdekat untuk membesarkan, mendewasakan dan dimana anak mendapatkan pendidikan untuk yang pertama kali. Keluarga merupakan lingkungan yang paling kuat dalam membsarkan anak dan terutama bagi perkembangan tingkah laku anak, sehingga keluarga memiliki peranan yang penting dalam perkembangan anak. Keluarga yang baik akan berpegaruh positif, bagi perkembangan anak sedangkan keluarga yang kurang baik akan berpengarug negatif. Oleh karena itu baik buruknya suatu keluarga mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perkembangan seorang anak. Keluarga dalam keadaan ekonomi keluarga yang kurang mampu dan orang tua tidak mampu memenuhi keluarga yang kurang mampu dan orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan anak-anaknya, terutama pada masa usian remaja puber yang penuh dengan keinginan-keinginan, cita-cita, anak-anak itu. Setidaknya memerlukan pakaian yang layak, pendidikan untuk masa depannya. Ketika hampir semua kebutuhan anak tersebut tidak dapat dipenuhi, maka anak tersebut mencoba dengan jalannya sendiri untuk memenuhi kebutuhannya itu dengan suatu bentuk kejahatannya, yaitu dengan melakukan tindak pidana pencurian. Karena disebabkan kurang mampunya orang tua dalam memenuhi kebutuhan anak 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 41 yang kurang kontrol orang tua terhadapa anak-anaknya dalam pergaulan, maka tanpa di ketahui anak itu dapat saja melakukan kejahatan. 26 Ad.2 Faktor Ekomomi Sosial Krisis dibidang ekonomi membawa pada peningkatan jumlah pengangguran, gelandangan dan meningkatnya kejahatan konvensional yang tinggu, khususnya kejahatna pencurian. Adanya patologi sosial atau penyakit masyarakat apabila ditammbah dengan adanya kemerosotan nilai- nilai agama dapat membawa kearah penurunan moral khususnya kejahatan yang dilakukan oleh anak. Faktor ekonomi sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Susunan masyarakat dimana terdapat perbedaan golongan kelas ekonomi menengah keatas atau menegah kebawah ataupun golongan masyarakat yang golongan miskin dibangkitkan dengan adanya kekeyaan yang sering dipertontonkan. Apalagi jika dilihat dari masa pertumbuhan anak-anak yang suka meniru dan berkeinginan besar untuk memiliki akan mudah tergiur terhadap apa yang didemonstrasikan oleh anak-anak kalangan atas baik 26 Ibid.,hal. 130 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 42 ssecara langsung maupun tidak langsung. Hal ini tentu saja akan lebih cepaat mendorong anak tersebut melakukan kejahatan. Ad.3 Faktor Lingkungan Lingkungan yang mempegaruhi setiap perkembangan jiwa dan perilaku seorang anak biasanya dimulai dari lingkungan yang terkecil yaitu keluarga dan lingkungan tempat tinggal anak tersebut. Pada lingkungan keluarga kejahatan anak dapat terjadi karena kurang dapatnya orang tuanya sehingga anak merasa tidak diperhatikan, atau karena keberadaan orang tua mereka yang telah terpisah atau karena keberadaan orang tua mereka yang telah terpisah dan kurang kontrol orang tua terhadap setiap langkah pergaulan anaknya. Faktor lingkungan tempat tinggal anak berpengaruh pada perkembangan jiwa dan kepribadiannya karena memang sudah merupakan naruli manusisa untuk berkumpul dengan teman-teman untuk bergaul, namun terkadang pergaulan akan menimbulkan efek yang baik dan tidak baik. Kebiasaan anak-anak yang jahat tampaknya mempunyai sifat terbuka dan baik seta tolong menolong, asal temannya itu suka pula bergaul dengan merekan dan sama-sama melakukan aktivitas yang sama pula seperti melakukan pencurian, pencurian ini awalnya dilakukan dalam lingkungan keluarga. Faktor lingkungan yang tak kurang pertingnya dalam memberi arahan adalah media, majalah, TV, radio, internet, dan lain-lain. Memang 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 43 disepakati oleh semua pihak bahwa media masa memegang peranan yang posiitif dalam meningkatkan ilmu pengetahuan. Masyarakat dengan alat- alat tersebut dapat mengketahui peristiwa dalam dan luar negeri dengan segera, namun tanpa disadari kemajuan teknologi dapat membawa dampak negatif dari perkembangan jiwa anak tersebut ketika membaca koran, menonton TV banyak dilihat bahwa karena angka kemiskinan yang sangat tinggi para orang dewasa banyak yang melakukan pencurian agar mudah dan mempercepat mendapatkan uang, dengan sifat dan sikap anak yang masih lugu anak cepat mengikuti cara-cara orang dewasa dengan mudah dan cepat mendapaatkan uang. Jadi, nampaklah bahwa faktor lingkungan, juga memegang peranan dalam mempengarugi atau mendorong anak untuk melakukan kejahatan. Pendidikan dirumah tangga paling menentukan dalam membina kepribadian, sedangkan lingkungan sehari-hari dan sekolah merupakan kejadian nyata bagi kehidupan anak, yang ternyata anak dibwah umur dapat pulan melakukan suatu kejahatan atau tindak pidana. Ad.4 Faktor Psikologi Psikologi atau ilmu jiwa adalah suatu ilmu yang memperlajari tindakan-tindakan atau tingkah alaku manusia dihubungkan dengan jiwa para perlakunya 27 . Karena disini dari masa anak ke masa dewasa dan disini lah banyak membuat anak tersebut banyak melakukan kejahatan 27 A. Qirom Syamsuddin meliala dan E.Sumaryono, Kejahatan Anak suatu Tinjauan dari Psik ologi dan Huk um,Cet. 1,Yogyakarta: Liberty,1985,hal 17. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 44 disebabkan anak pada masa perubahan itu lah pemikiraan anak itu labil. Maka dari itu anak banyak cenderung melakukan kejahatan, karena menurut pemikiran anak tersebut, kebutuhannya harus terpenuhi walapun anak tersebut melakukan tindak pidana dalam memenuhi perkara tersebut. Ad.5 Faktor Pendidikan Faktor pendidikan ini merupakan salah satu faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap tindak pidana pencurian. Umumnya pelaku tindak pidana pencurian adalah orang-orang yang tidak berpendidikan dan kalaupun berpendidikan hanya berpendidikan rendah saja. Hal tersebut mengakibatkan kecilnya kemungkinan untuk memperolah pekerjaan karena bagaimana kita ketahui pada masyarakat sekarang ini tidak dapat kita pungkiri lagi bahwa untuk memperoleh pekerjaan maka seseorang harus menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan, sebab pekerjaan yang tersedia pada masa sekarang ini, sebagai besar telah menggunakan teknologi modern tersebut, oleh karena itu maka dibutuhkan para pekerja yang mempunyai ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk menguasai teknologi modern tersebut.

G. Metode penelitian

Dokumen yang terkait

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

0 64 103

Penerapan Sanksi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian (Studi Kasus Putusan No 2.235./Pid.B/2012/PN.Mdn.)

10 234 98

Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Studi Beberapa Putusan Pengadilan Negeri di Indonesia)

1 74 133

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

3 82 103

Analisis Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Pencabulan Anak Berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Anak

1 15 58

Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan Yang Dilakukan Oleh Anak Sebagai Pelaku Kejahatan Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Kasus Putusan No.21/Pid.Sus-Anak/2014/PN.MDN)

0 3 9

Analisis Putusan Pengadilan Terkait Penerapan Pidana Bersyarat Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan Nomor 227/Pid.Sus/2013/Pn.Bi)

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penerapan Sanksi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian (Studi Kasus Putusan No 2.235./Pid.B/2012/PN.Mdn.)

0 1 38

Penerapan Sanksi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian (Studi Kasus Putusan No 2.235./Pid.B/2012/PN.Mdn.)

1 27 9

Penerapan Sanksi Tindakan Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana (Studi Putusan Raju di Pengadilan Negeri Stabat)

0 1 100