Saran Penggunaan Modul SEJARAH KELOMPOK KOMPETENSI B

9 KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 KEHIDUPAN SOSIAL DAN PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN PADA MASA PRAAKSARA DI INDONESIA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

Peserta diklat dapat memahami kehidupan sosial dan perkembangan kebudayaan pada masa Pra-aksara di Indonesia dengan baik.

B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI

1. Menjabarkan munculnya kehidupan sosial masyarakat Pra-aksara Indonesia 2. Menjabarkan perkembangan kebudayaan batu pada masa Pra-aksara di Indonesia 3. Menjabarkan perkembangan kebudayaan logam pada masa Pra-aksara di Indonesia

C. URAIAN MATERI

Masa Pra-aksara adalah periode ketika manusia belum mengenal tulisan, ditandai dengan tidak adanya keterangan tertulis mengenai kehidupan manusia. Periode ini ditandai dengan cara hidup berburu dan mengambil bahan makanan yang tersedia di alam. Pada masa Pra-aksara pola hidup dan berpikir manusia sangat bergantung dengan alam. Tempat tinggal mereka berpindah-pindah berdasarkan ketersediaan sumber makanan.

1. Kehidupan Sosial Masyarakat Praaksara

a. Pola Hunian Manusia mengenal tempat tinggal atau menetap semenjak masa Mesolithikum batu tengah atau masa berburu dan meramu tingkat lanjut. Sebelumnya manusia belum mengenal tempat tinggal dan hidup nomaden berpindah-pindah. Setelah mengenal tempat tinggal, manusia mulai bercocok tanam dengan menggunakan alat-alat sederhana yang terbuat dari batu, tulang 10 binatang ataupun kayu. Pada dasarnya pola hidup pada masa Pra-aksara terdiri atas dua macam, yaitu: 1 Nomaden Nomaden adalah pola hidup dimana manusia purba pada saat itu hidup berpindah-pindah atau menjelajah. Mereka hidup dalam komunitas-komunitas kecil dengan mobilitas tinggi di suatu tempat. Mata pencahariannya adalah berburu dan mengumpulkan makanan dari alam Food Gathering 2 Sedenter Sedenter adalah pola hidup menetap, yaitu pola kehidupan di mana manusia sudah terorganisir dan berkelompok serta menetap di suatu tempat. Mata pencahariannya bercocok tanam serta sudah mulai mengenal norma dan adat yang bersumber pada kebiasaan-kebiasaan Pola hunian manusia purba memiliki dua karakter khas, yaitu : 1 Kedekatan dengan sumber air Air merupakan kebutuhan pokok mahkluk hidup terutama manusia. Keberadaan air pada suatu lingkungan mengundang hadirnya berbagai binatang untuk hidup di sekitarnya. Begitu pula dengan tumbuhan. Air memberikan kesuburan pada tanaman. 2 Kehidupan di alam terbuka Manusia purba mempunyai kecendrungan hidup untuk menghuni sekitar aliran sungai. Mereka beristirahat misalnya di bawah pohon besar dan juga membuat atap dan sekat tempat istirahat itu dari daun-daun. Kehidupan di sekitar sungai itu menunjukkan pola hidup manusia purba di alam terbuka. Manusia purba juga memanfaatkan berbagai sumber daya lingkungan yang tersedia, termasuk tinggal di gua-gua. Mobilitas manusia purba yang tinggi tidak memungkin untuk menghuni gua secara menetap. Keberadaan gua-gua yang dekat dengan sumber air dan bahan makanan mungkin saja dimanfaatkan sebagai tempat tinggal sementara. Pola hunian itu dapat dilihat dari letak geografis situs -situsnya serta kondisi lingkungannya. Beberapa contoh yang menunjukkan pola hunian seperti itu adalah situs-situs purba di sepanjang aliran sungai bengawan solo sangiran, sambung macan, trinil, ngawi, dan Ngandong, merupakan contoh dari adanya kecenderungan hidup di pinggir sungai. Manusia purba pada masa berburu dan