BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peritonitis adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa yang sering bersamaan dengan kondisi bakteremia dan sindroma sepsis. Harrison Textbook
18
th
Edition, 2011 Sebagaimana dalam penelitian Tarigan pada tahun 2012, peritonitis
didefenisikan suatu proses inflamasi membran serosa yang membatasi rongga abdomen dan organ-organ yang terdapat didalamnya. Peritonitis dapat bersifat
lokal maupun generalisata, bakterial ataupun kimiawi. Peradangan peritoneum dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, bahan kimia iritan, dan benda asing.
Kemudian disebutkan juga bahwa peritonitis merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada penderita bedah dengan mortalitas sebesar 10-40.
Peritonitis difus sekunder yang merupakan 90 penderita peritonitis dalam praktek bedah dan biasanya disebabkan oleh suatu perforasi gastrointestinal
ataupun kebocoran. Tarigan, M.H, 2012 Suatu perforasi dapat terjadi akibat trauma dan non trauma. Non trauma
misalnya akibat volvulus, spontan pada bayi baru lahir, ingesti obat-obatan, tukak, malignansi, dan benda asing. Sedangkan trauma dapat berupa trauma tajam
maupun trauma tumpul, misalnya iatrogenik akibat pemasangan pipa nasogastrik. Sementara itu beberapa contoh lokasi kebocoran atau perforasi gastrointestinal
yang menyebabkan peritonitis sekunder adalah kebocoran pada lambung maupun kebocoran pada usus duodenum, jejenum, ileum, colon, maupun appendik.
Kebocoran lambung dapat disebabkan oleh ulkus gaster atau yang biasanya disebut tukak lambung. Tukak lambung umumnya terjadi pada pria, orang tua,
dan kelompok dengan tingkat sosioekonomi rendah. Sementara itu tukak
Universitas Sumatera Utara
duodenum lebih sering terjadi dua kali dari pada tukak lambung. NMS Surgery 5
th
Edition, 2008 Walaupun tukak duodenum lebih sering terjadi dari pada tukak lambung,
tetapi tukak lambung yang perforasi mempunyai mortalitas lebih tinggi daripada tukak duodenum yang perforasi. Pada kebanyakan kasus tingkat kematiannya
mencapai 15-20 dan kebanyakan perforasi lambung tersebut terjadi pada daerah antrum atau prepilorik. Maingot 11
th
Edition, 2007 Tukak lambung adalah penyakit yang umum ditemukan, mempengaruhi
sekitar lebih dari 6 juta penduduk di Amerika Serikat, menjadikannya suatu penyakit yang dipertimbangkan dan menjadi salah satu penyakit dengan
pengeluaran besar. Walaupun jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit berangsur turun pada tahun 1980 dan 1990, laju ini masih dapat dikatakan
tinggi.Feinstein, L.B., 2010. Di Amerika Serikat angka kematian tukak lambung adalah sekitar 1 kasus per 1.000.000 orang. Angka kematian lebih tinggi pada
pasien yang lebih tua, yang dapat disebabkan oleh tingginya tingkat penggunaan NSAID non steroid anti inflammation drugs dalam kelompok usia ini.
Kelompok berisiko tinggi lainnya termasuk orang dengan diabetes. Tukak lambung juga terkait dengan morbiditas yang cukup berhubungan dengan nyeri
epigastrium kronis, mual, muntah, dan anemia. Shrestha, 2009 Di Indonesia tukak lambung ditemukan antara 6-15 pada usia 20-50
tahun. Terutama pada lesi yang hilang timbul dan paling sering didiagnosis pada orang dewasa usia pertengahan sampai usia lanjut, tetapi lesi ini mungkin sudah
muncul sejak usia muda. Nasif et al, 2008 Studi seroepidemiologik populasi umum di Indonesia menunjukkan bahwa
prevalensi tukak lambung yang disebabkan oleh Helicobacter pylori pada anak- anak berumur 0-14 tahun sekitar 7,2-28, sedangkan pada umur diatas 15 tahun
antara 36.54,3. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkatnya umur, maka prevalensinya pun semakin tinggi. Sebuah survei di Jakarta menunjukkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
penderita tukak lambung karena H. pylori lebih banyak ditemukan pada etnik Batak dan Cina dari pada etnik lainnya. Silitonga, 2007
1.2. Rumusan Masalah