4.2.1 Respon Hipersensitivitas Tipe Lambat
Respon hipersensitivitas tipe lambat dikenali dengan reaksi imuno- inflamasi karena makrofag dan sel T helper Th1 berperan besar dalam proses
tersebut Mukherjee, 2010. Reaksi ini ditandai dengan adanya pembengkakan pada tempat terjadinya induksi antigen.
Pembengkakan terkait langsung dengan cell mediated immunity CMI, karena antigen mengaktivasi sel T terutama sel Th1. Aktivasi sel T
menyebabkan pelepasan beberapa sitokin yang bersifat proinflamasi. Sitokin tersebut akan menarik makrofag ke tempat terjadinya induksi dan
mengaktivasinya sehingga menyebabkan peningkatan aktivitas fagositik untuk melawan antigen yang masuk Fulzele, et al., 2002. Penarikan makrofag ini
terjadinya pembengkakan. Semakin besar pembengkakan menunjukkan semakin tinggi respon hipersensitivitas tipe lambat sehingga dapat
menggambarkan peningkatan aktivitas sistem imun. Pengujian dilakukan dengan cara menginduksi mencit dengan sel darah
merah sapi SDMS sebagai antigen secara intraperitoneal pada hari ke-0. Respon hipersensitivitas tipe lambat diketahui dari volume pembengkakan kaki
mencit yang diukur pada hari ke-8. Setelah sehari sebelumnya mencit diberi tanda batas pengukuran volume kaki mencit pada sendi kaki mencit sebelah
kanan, volume kaki mencit diukur sebagai volume awal V . Kemudian
mencit diinjeksikan dengan 0,1 ml suspensi SDMS 1 dalam dalam larutan NaCl fisiologis secara intraplantar pada telapak kaki sebelah kanan.
Pengukuran volume pembengkakan dilakukan dengan menggunakan alat
pletismometer air raksa. Pengukuran dilakukan dengan mencelupkan kaki mencit ke dalam tabung yang berisi air raksa sampai tanda batas pengukuran.
Perubahan volume air raksa terlihat pada kenaikan skala pada pletismometer sebagai volume waktu tertentu Vt kaki mencit. Volume pembengkakan kaki
mencit ditentukan berdasarkan selisih antara volume waktu tertentu Vt dengan volume awal V
Shivaprasad, 2006.Hasil pengukuran volume pembengkakan kaki kanan mencit sebagai respon terhadap hipersensitivitas
tipe lambat dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Volume pembengkakan kaki mencit pada berbagai perlakuan Rerata ± SEM.
Pada Gambar 4.1 terlihat bahwa SEDSN dosis 125, 250, dan 500 mgkg bb, dan SL dosis 25 mgkg bb menunjukkan volume pembengkakan
yang jauh berbeda dengan suspensi CMC Na 1 sebagai kontrol. SEDSN dosis 500 mgkg bb dengan volume pembengkakan 1,45 ml menunjukkan
0.33 0.88
1.18 1.45
1.15
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
1.4 1.6
CMC Na 1
SEDSN 125
mgkg bb
SEDSN 250
mgkg bb
SEDSN 500
mgkg bb
Levamisole 25
mgkg bb
V o
lu m
e P
e m
b e
n g
k a
k a
n
Perlakuan
volume pembengkakan yang lebih besar dibandingkan dengan SEDSN dosis 125 mgkg bb, SEDSN dosis 250 mgkg bb dan SL dosis 25 mgkg bb yang
masing-masing bernilai 0,88, 1,18 dan 1,15 ml. Untuk melihat ada tidaknya perbedaan dari setiap perlakuan pada tiap kelompok hewan coba, maka
dilakukan analisis variansi ANAVA menggunakan program SPSS versi 17.0 terhadap volume pembengkakan kaki mencit. Hasil uji Anava menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan antar kelompok perlakuan terhadap volume pembengkakan kaki mencit dengan nilai signifikansi P 0,05. Untuk
mengetahui kelompok perlakuan mana yang memiliki efek yang sama atau berbeda antara satu perlakuan dengan perlakuan yang lain dilakukan uji Post
Hoc Tukey. Untuk mengetahui kelompok perlakuan mana yang memiliki efek yang sama atau berbeda antara satu perlakuan dengan perlakuan yang lain
dilakukan uji Post Hoc Tukey terhadap semua perlakuan dimana hasil uji tersebut dapat dilihat pada Lampiran 9, halaman 72.
Hasil uji Post Hoc Tukey menunjukkan bahwa volume pembengkakan kaki mencit kelompok perlakuan SEDSN dosis 250 mgkg bb tidak berbeda
signifikan dengan kelompok perlakuan SL dosis 25 mgkg bb kontrol positif. Untuk dapat membedakan mekanisme kerja levamisole dan ekstrak daun
sambung nyawa, maka dilakukan uji berikutnya, yaitu titer antibodi. Berdasarkan perhitungan statistik di atas, terlihat adanya peningkatan
volume pembengkakan kaki mencit pada kelompok perlakuan SEDSN dosis 125, 250, 500 mgkg bb terhadap kontrol negatif CMC Na 1. Peningkatan
volume pembengkakan kaki mencit merupakan gambaran adanya peningkatan
respon hipersensitivitas tipe lambat mencit tersebut. Peningkatan respon ini mengindikasikan adanya peningkatan kemampuan sel imun mencit dalam
menanggapi antigen terutama peningkatan respon imun spesifik seluler. Sel yang berperan dalam respon imun seluler adalah sel T terutama sel Th. Sel Th
memproduksi IFN- γ yang kemudian merekrut dan mengaktivasi makrofag
Kresno, 2010. Dengan demikian, ekstrak daun sambung nyawa menunjukkan efek stimulasi terhadap sel T terutama sel Th.
4.2.2 Titer Antibodi