BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Simplisia dan Ekstrak
Tumbuhan yang digunakan telah diidentifikasi di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi LIPI-Bogor. Hasil
identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 55. Hasil pemeriksaan organoleptik terhadap daun sambung nyawa segar
yaitu daun berwarna hijau, berbau aromatik, rasa kelat dan sedikit manis. Sedangkan
hasil pemeriksaan organoleptik simplisia daun sambung nyawa
adalah berwarna hijau pekat, berbau aromatik, dan rasa kelat. Hasil
pemeriksaan makroskopik terhadap daun sambung nyawa segar adalah daun berwarna hijau,
bertangkai, letaknya saling berhadapan dan bersilang, helaian daun bulat telur dengan pangkal daun membulat dan ujung daun runcing,
pinggir daun bergerigi dangkal, panjang daun sampai 21 cm, lebar daun sampai 9 cm, kedua permukaan daun berambut halus dengan pertulangan menyirip.
Hasil pemeriksaan makroskopik dapat dilihat pada Lampiran 2, halaman 56- 57.
Hasil pemeriksaan mikroskopik penampang melintang pada daun sambung nyawa segar yaitu adanya: sel kelenjar, trakea, kutikula, epidermis
atas, jaringan palisade, jaringan bunga karang spons, epidermis bawah dan rambut penutup. Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia pada daun
sambung nyawa adanya rambut penutup, trakea, epidermis atas dengan
mesofil, dan stomata. Hasil pemeriksaan mikroskopik dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 58-59.
Hasil pemeriksaan karakteristik simplisia daun sambung nyawa diperoleh kadar air 9,2, kadar sari yang larut dalam air 23,67, kadar sari
yang larut dalam etanol 13,64, kadar abu total 6,39 dan kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,62. Persyaratan umum pada Farmakope Herbal
adalah kadar air tidak lebih dari 10, kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 7,9, kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari 3,9,
kadar abu tidak lebih dari 7,2, dan kadar abu yang tidak larut dalam asam tidak lebih dari 1,2. Dengan demikian hasil penetapan kadar air, kadar sari
yang larut dalam etanol, kadar abu total, kadar abu yang tidak larut asam dan kadar air memenuhi persyaratan pada Farmakope Herbal 2010. Data hasil
pemeriksaan karakteristik simplisia ditunjukkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Simplisia
No. Penetapan Karakteristik
Simplisia Simplisia
Kadar Persyaratan
Farmakope Herbal 1
Kadar air 9,2
11 2
Kadar sari larut dalam air 23,67
7,9 3
Kadar sari larut dalam etanol 13,64
3,9 4
Kadar abu total 6,39
7,2 5
Kadar abu tidak larut dalam asam
0,62 1,2
Pemeriksaan skrining fitokimia serbuk simplisia daun sambung nyawa yang dilakukan untuk mengetahui adanya kandungan alkaloida, glikosida,
saponin, flavonoid, tanin dan triterpenoidsteroid, dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Skrining Simplisia
No Senyawa Serbuk
simplisia 1 Alkaloida
- 2 Glikosida
+ 3 Saponin
+ 4 Flavonoid
+ 5 Tanin
+ 6 SteroidTriterpenoid
+ Keterangan :
+ = Mengandung golongan senyawa - = Tidak mengandung golongan senyawa
Berdasarkan hasil pemeriksaan skrining fitokimia terhadap serbuk simplisia daun sambung nyawa terdapat kandungan senyawa kimia golongan
alkaloida, glikosida, saponin, flavonoid, tanin, dan steroidatriterpenoida. Standarisasi diperlukan karena kandungan bahan aktif yang terkandung dalam
jenis tanaman yang sama dapat bervariasi, dengan standarisasi diharapkan bahan aktif yang terkandung di dalam bahan baku tersebut cukup konsisten,
sehingga takaran yang digunakan untuk pengujian memiliki kandungan aktif yang setara.
Hasil penyarian 500 g serbuk simplisia daun sambung nyawa dengan pelarut etanol 96 diperoleh ekstrak kental yang kemudian diuapkan dengan
menggunakan rotary evaporator dan dikeringkan, diperoleh 98,32 g ekstrak kental.
4.2 Pengujian Efek Imunomodulator