Ruang Lingkup Sistem MLM

sebagai konsumen produk yang dijualnya. Keyakinan ini membuat perusahaan MLM yang baik tidak merasa perlu memasang iklan secara besar-besaran untuk menciptakan brand image yang sering kali justru menyesatkan konsumen; d. Perusahaan MLM yang baik meletakkan etika bisnis sebagai panglima. Keyakinan bahwa jiwa perusahaan bukan pada ilmu pemasaran tetapi lebih kepada prinsip-prinsip, nilai-nilai, motivasi yang menggerakkan the man behind the marketing science.

C. Ruang Lingkup Sistem MLM

Ruang lingkup sistem MLM mencakup unsur produsen atau perusahaan, distributor, konsumen, sistem kerja, dan komisi. Unsur-unsur ini akan dibahas satu persatu dalam uraian dibawah ini: 1. Perusahaan MLM Perusahaan MLM adalah unit kegiatan yang melakukan aktivitas pengolahan faktor-faktor produksi guna menghasilkan produk yaitu barang danatau jasa yang ditujukan kepada konsumen melalui mekanisme pemasaran MLM. Produk tersebut harus jelas keberadaannya, sebab inti dari sistem MLM adalah penjualan barang danatau jasa secara langsung kepada konsumen. 53 Produk-produk yang diperdagangkan dalam perusahaan MLM meliputi berbagai jenis, mulai dari produk suplemen kesehatan, peralatan kesehatan, peralatan rumah-tangga, produk perawatan tubuh, kosmetik, 53 M. Fuad, et.al., op.cit., hlm. 7. Universitas Sumatera Utara sampai kebutuhan non primer seperti fashion, souvenir, peralatan konveksi, pembuatan website, dll. Perusahaan MLM bisa saja hanya memperdagangkan satu jenis produk, namun bisa pula memperdagangkan lebih dari satu jenis produk. Hal ini tergantung dari kebijakan perusahaan MLM itu sendiri. 54 Produk yang diperdagangkan dalam perusahaan MLM umumnya memiliki nilai dan manfaat tertentu yang khas. Hal inilah yang menjadi daya saing terhadap produk-produk sejenis yang diperdagangkan oleh perusahaan-perusahaan non-MLM. Nilai atau manfaat tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut: 55 a. Nilai jual, produk yang diperjualbelikan harus unik dan menarik sehingga membuat orang yang mendengarkan atau melihat menjadi tertarik. Produk MLM yang baik adalah produk yang tidak terlalu banyak memiliki subsitusi produk pengganti di pasaran; b. Nilai manfaat, jika perusahaan memperdagangkan suatu produk barang maka barang tersebut harus memberi manfaat bagi penggunanya, dan begitu pula bila perusahaan bergerak di bidang jasa maka jasa tersebut harus memberi manfaat bagi penggunanya; c. Nilai ekonomis, harga dari produk harus sesuai dengan fungsi dan manfaatnya sehingga nilai yang dibayarkan oleh konsumen setara dengan manfaat yang diperoleh dari produk tersebut, atau dengan kata lain harga produk tersebut harus bersifat realistis. 54 http:ridlo.infonetwork-marketingproduk-mlm.html, diakses tanggal 21 November 2011. 55 MLM Leaders, op.cit., hlm. 189-190. Universitas Sumatera Utara Perusahaan MLM dalam operasinya harus memiliki standar peraturan atau tata tertib yang jelas seperti kode etik untuk mengatur para distributor perusahaan dalam menjalankan pemasaran. Kode etik merupakan kontrak lengkap perjanjian yang mengikat antara perusahaan dengan para distributornya. Kode etik tersebut berisi keterangan-keterangan mengenai perusahaan, kedudukan hak, kewajiban, fasilitas, dan pengaturan sanksi apabila salah satu pihak yang terikat melakukan pelanggaran wan prestasi. Kode etik juga berfungsi sebagai acuan bagi distributor perusahaan maupun calon distributor untuk memberi informasi mengenai rencana dasar pemasaran perusahaan marketing planbusiness plan. 56 Istilah marketing plan atau business plan dalam perusahaan MLM mencakup keterangan hal mengenai visi dan misi perusahaan, kedudukan hierarkhi posisi distributor, rancangan sistem pembagian pendapatan dari perusahaan yang meliputi keuntungan, penghargaan, prosedur dan persentase yang akan dibagikan melalui sistem jaringan. 57 2. Distributor Perusahaan MLM Distributor dalam perusahaan MLM adalah orang-perorangan yang bersedia bergabung menjadi mitra usaha dengan cara mendaftarkan diri melalui perjanjian tertulis antara perusahaan dengan dirinya sebagai pribadi, kemudian dengan itu ia disetujui dan diakui keanggotaannya oleh suatu perusahaan MLM. 58 56 http:www.greenlite.co.idethic-code, diakses tanggal 21 November 2011. 57 MLM Leaders, op.cit., hlm. 195. 58 Andrias Harefa, op.cit., hlm. 9. Universitas Sumatera Utara Distributor perusahaan MLM sering disebut sebagai agen resmi atau sales yang bertugas melakukan penjualan produk secara langsung kepada konsumen. Istilah agen resmi atau sales sesungguhnya kurang tepat untuk dipergunakan, sebab kedua istilah tersebut secara luas dapat diartikan sebagai pegawai tetap, pegawai lepas, pegawai harian, atau honorer yang mempunyai ikatan jam kerja dengan suatu perusahaan. Distributor perusahaan MLM lebih tepat disebut sebagai mitra usaha, sebab kerja sama yang dijalin antara keduanya bersifat lebih independen sukarela. Seorang distributor MLM tidak memperoleh penghasilan berkala berupa gaji atau upah sebagaimana yang diperoleh pekerja, pegawai atau karyawan dari suatu perusahaan, akan tetapi ia memperoleh penghasilan dalam bentuk komisi berupa imbalan yang berkaitan dengan omzet penjualan. Dengan demikian distributor MLM dapat dikatakan sebagai pengusaha yang mandiri. 59 Distributor perusahaan MLM dapat memiliki tiga segi peranan. yaitu: a. Menjual produk perusahaan secara langsung kepada konsumen; b. Mengembangkan pemasaran dengan cara membangun jaringan distributor, yaitu merekrut orang lain untuk menjadi distributor baru dalam perusahaan; c. Sebagai konsumen perusahaan, yaitu pengguna produk perusahaan dengan tujuan untuk pemakaian pribadi dan tidak bermaksud untuk memperjualbelikan produk tersebut kepada orang lain. 59 Ibid. Universitas Sumatera Utara Setiap distributor dalam perusahaan MLM tergabung dalam organisasi distributor yang membentuk jaringan kerja atau satuan networking tertentu. Hubungan yang dimiliki antara masing-masing distributor dalam satuan networking yang sama adalah sebagai berikut: 60 a. upline, yaitu distributor yang menjadi sponsor bagi distributor lain; b. downline, yaitu orang yang disponsori oleh distributor lain, atau orang yang direkrut oleh distributor yang sudah lebih dahulu terdaftar menjadi distributor perusahaan. Setiap distributor dalam networking-nya memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk mengembangkan karirnya berdasarkan sistem peringkat ranking yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Jenjang peringkat tersebut bervariasi, namun umumnya berkisar antara 7-8 peringkat dari peringkat terendah misalnya distributor biasa, distributor langsung, dst sampai ke peringkat tertinggi misalnya Diamond Distributor, President’s Team, Crown Agency Manager, dll. Kemungkinan untuk sampai ke posisi puncak relatif lebih terbuka sebab jumlahnya tidak harus satu sebagaimana halnya presiden direktur pada perusahaan-perusahaan non-MLM. 61 Masing-masing distributor untuk setiap peringkat berhak mendapatkan prosentase potongan harga tertentu seperti komisi, bonus atau rabat dari total penjualan yang dilakukan kelompoknya, juga berbagai hadiah atau 60 MLM Leaders, op.cit., hlm. 196-203. 61 Andrias Harefa, op.cit., hlm. 191. Universitas Sumatera Utara penghargaan lain, seperti pin penghargaan, kesempatan bertamasya ke mancanegara, mendapat rumah, mobil mewah, dsb. 62 3. Konsumen Konsumen dalam konteks MLM adalah masyarakat pengguna atau pembeli produk perusahaan MLM yang bertujuan untuk mengkonsumsi produk secara pribadi. 63 Konsumen dalam konteks MLM dapat berarti 2 dua, pertama orang yang membeli dan menggunakan produk melalui penjualan langsung yang dilakukan oleh seorang distributor perusahaan MLM, kedua distributor secara pribadi berhak menjadi konsumen bagi perusahaan MLM yang bersangkutan. Konsumen non-distributor maupun konsumen distributor dapat dilihat dalam satu kesatuan, sebab tujuannya sama-sama mengkonsumsi produk secara pribadi. 64 Pemakaian produk memberi dampak positif bagi seorang distributor, misalnya memudahkan dirinya untuk memberi kesaksian pada calon pelanggan yang berminat dengan produk tersebut ataupun calon anggota baru yang ingin direkrut. Disamping itu, pemakaian produk bisa saja memang ditujukan untuk keperluan pribadi distributor. 65 62 Ibid. 63 http:priyadi.netarchives20060924bedah-sistem-mlm, diakses tanggal 21 November 2011. 64 http:www.apli.or.idwebsiteindex.php?view=articleamp;catid=363Awawancara amp;id=1043Asaatnya-mlm-menggali-dan-mengedepankan-value, diakses tanggal 21 September 2011. 65 Andrias Harefa, op.cit., hlm. 237. Universitas Sumatera Utara Konsumen non-distributor hanya dapat membeli produk MLM melalui distributor perusahaan, sebab produk tersebut tidak dapat dibeli di tempat- tempat umum seperti toko, pasar swalayan, department store, salon, bengkel, apotek, dll. 66 Konsumen non-distributor umumnya mengetahui suatu produk MLM dari distributor perusahaan yang dikenalnya sendiri sebagai teman, rekomendasi, kerabat atau anggota keluarga yang mempresentasikan produk tersebut kepada dirinya. Presentasi ini memberikannya pengetahuan mengenai produk dari suatu perusahaan MLM, dan apabila ia tertarik dengan produk tersebut, ia dapat langsung memesan serta mendapatkan produk yang dimaksud dari distributor yang mempresentasikannya. 67 Konsumen non-distributor tidak dapat membeli atau memesan langsung produk MLM dari perusahaan yang bersangkutan, dengan maksud untuk mendapatkan harga yang lebih murah dari harga yang ditawarkan oleh seorang distributor. Perusahaan MLM hanya menjual produk melalui distributor yang menjadi anggota atau mitra usahanya. 68 Alasan inilah yang terkadang menyebabkan seseorang bergabung dalam suatu perusahaan MLM, yaitu untuk mendapat potongan harga dari produk-produk yang dikonsumsinya sendiri. 69 66 Ibid., hlm. 4. 67 Amway, op.cit., hlm. 5. 68 Amway, 2008, Panduan Pemesanan dan Pengembalian Produk, Jakarta, PT. Amindoway Jaya, hlm. 6. 69 Andrias Harefa, op.cit., hlm. 43. Universitas Sumatera Utara 4. Sistem Kerja Perusahaan MLM dibangun berdasarkan konsep kemitraan sehingga sistem MLM baru dapat berjalan apabila terdapat mitra usaha. Kemitraan dalam sebuah perusahaan MLM diawali dari kemitraan diantara pendiri perusahaan MLM itu sendiri. Artinya, distributor yang pertama kali bergabung sebagai mitra usaha disponsori langsung oleh pendiri perusahaan. 70 Distributor inilah yang nantinya mengembangkan jaringan dan melahirkan distributor-distributor baru melalui perekrutan yang dilakukan oleh dirinya sendiri maupun anggotanya. Pengembangan jaringan tersebut selanjutnya akan membentuk satuan networking diantara organisasi distributor. 71 Langkah pertama yang dilakukan oleh setiap mitra usaha dalam sistem MLM adalah bergabung dengan cara mengisi formulir pendaftaran yang telah disediakan oleh perusahaan. Calon distributor harus menuliskan keterangan mengenai siapa sponsornya di dalam formulir pendaftaran tersebut. Hal ini berguna untuk menentukan keberadaan dirinya dalam suatu jaringan kerja networking. 72 Setiap mitra usaha pada saat awal bergabung di suatu perusahaan MLM akan dikenakan biaya pendaftaran administrasi. Biaya pendaftaran ini nilainya relatif kecil dan umumnya dapat dijangkau oleh semua orang. Biaya tersebut dikenakan untuk memperoleh apa yang biasanya disebut starter kit, starter pack, sales kit atau business pack. Starter kit adalah 70 Amway Buku I, op.cit., hlm. 14. 71 Andrias Harefa, op.cit., hlm. 192-198. 72 Amway Buku I, op.cit., hlm. 19. Universitas Sumatera Utara peralatan yang disediakan oleh perusahaan MLM bagi setiap distributornya sebagai peralatan untuk menawarkan produk kepada konsumen. Starter kit biasanya berisi sekumpulan brosurkatalog produk dan daftar harga, rancangan bisnis marketing plan, kaset audio video tentang company profile perusahaan, produk dan kisah-kisah orang yang sukses dari perusahaan tersebut. 73 Distributor berbekal starter kit menawarkan produk dengan cara mempresentasikan serta menjelaskan produk kepada konsumen yang umumnya adalah orang-orang yang dikenalnya sendiri. Jika distributor tersebut kemudian berhasil menawarkan suatu produk kepada seseorang, maka langkah berikutnya adalah memesan langsung produk yang dimaksud melalui upline-nya atau perusahaan yang bersangkutan. Selanjutnya ketika produk yang dipesan telah disediakan, maka distributor tadi bertanggungjawab untuk mengambil dan menyerahkannya langsung kepada si pembeli konsumen. 74 Distributor perusahaan MLM disamping menjual produk secara eceran langsung kepada konsumen, ia juga dapat membangun jaringannya dengan cara merekrut orang lain untuk menjadi distributor baru perusahaan. Distributor yang baru direkrut tersebut disebut sebagai downline, dan downline ini kemudian dapat merekrut orang lain lagi untuk menjadi distributor baru perusahaan. 75 73 MLM Leaders, op.cit., hlm. 202. 74 Andrias Harefa, op.cit., hlm. 11. 75 Amway Buku I, op.cit., hlm. 19. Universitas Sumatera Utara Sistem kerja MLM juga meliputi sistem pelatihan support system berupa pengajaran materi serta motivasi yang bertujuan untuk memudahkan setiap distributor dalam menjalani sistem. 76 Pelatihan biasanya dilakukan oleh pembangun jaringan network builderachiever yang telah berhasil mencetak prestasi tertentu. 77 Hal yang paling mendasar dan perlu digarisbawahi dalam sistem MLM, bahwa kegiatan penjualan produk adalah yang utama, sebab omzet perusahaan dan komisi para distributor bergantung pada banyaknya penjualan produk yang berhasil dilakukan para distributor ke konsumen akhir. Kegiatan perekrutan atau pembangunan jaringan adalah ciri khas dari sistem MLM, namun hal ini tidak lain ditujukan untuk memasarkan produk kepada konsumen. 78 5. Komisi Kesimpulannya, antara perusahaan sebagai unit penghasil dan penyedia produk dengan organisasi distributor dan konsumen akhir merupakan subsistem yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan dalam proses kerja sistem MLM untuk mencapai tujuan dari masing-masing subsistem tersebut. Komisi dalam sistem MLM berkaitan dengan penghasilan yang diperoleh mitra usaha atas jasanya dalam penjualan produk perusahaan kepada konsumen akhir. Besarnya komisi seorang distributor ditentukan dari target penjualan yang dilakukannya sendiri dan yang dilakukan oleh 76 Mark Yarnell Rene Reid Yarnell, op.cit., hlm. 207. 77 Andrias Harefa, op.cit., hlm. 194. 78 Pindi Kisata, op.cit., hlm. 26-27. Universitas Sumatera Utara jaringannya. Komisi tersebut berupa potongan harga, bonus, atau insentif yang ditetapkan perusahaan secara berjenjang sesuai dengan nilai penjualan biasanya disebut volume point, business point, volume grup yang diberitahukan kepada setiap mitra usaha sejak mereka mendaftar menjadi anggota. 79 Keuntungan eceran adalah keuntungan dasar yang dapat diperoleh oleh mitra usaha melalui perbedaan antara harga distributor dengan harga eceran yang ditujukan pada konsumen. Masing-masing dari harga tersebut ditetapkan oleh perusahaan. Ilustrasinya, misalkan harga distributor yang ditetapkan suatu perusahaan MLM untuk produk XYZ adalah Rp 100 ribu, sedangkan harga konsumennya Rp 120 ribu, maka seorang distributor akan mendapat keuntungan eceran sebesar Rp 20 ribu dari hasil penjualan langsung produk XYZ ke konsumen. Disamping itu, perusahaan juga akan memberikan diskon apabila seorang distributor membeli produk dalam jumlah tertentu, misalkan produk XYZ seharga Rp 100 ribu tadi jika dibeli sebanyak 5 buah akan diberi diskon sebesar 3, dengan demikian distributor akan memperoleh diskon sebesar 3 x Rp 500 ribu = Rp 15 ribu, sehingga total keuntungan yang diperolehnya dari penjualan langsung 5 buah produk XYZ ke konsumen adalah keuntungan eceran ditambah diskon, yaitu Rp 20 ribu x 5 + Rp 15 ribu = Rp 115 ribu. 80 79 Andrias Harefa, op.cit., hlm. 3. 80 Amway Buku I, op.cit., hlm. 19. Universitas Sumatera Utara Keuntungan distributor selain dari penjualan eceran, juga dapat diperoleh melalui prestasi penjualan yang dilakukan oleh kelompoknya volume grup. Perusahaan akan memberi komisi kepada setiap mitra usaha yang anggota jaringannya telah berhasil menjual produk dalam jumlah tertentu pada suatu periode kepada konsumen akhir. Komisi ini ditetapkan perusahaan dalam bentuk tabel prosentase yang dicantumkan dalam marketing plan. Hal yang perlu ditekankan disini adalah bahwa komisi tersebut didasarkan atas prestasi seorang mitra usaha dalam hal penjualan produk kepada konsumen akhir. Seorang mitra usaha yang sukses membangun, melatih, dan membantu kelompoknya dalam memasarkan produk kepada konsumen akhir dianggap berjasa bagi perusahaan, sehingga atas kerja kerasnya tersebut perusahaan memberi imbalan yang sesuai baginya. 81 Mitra usaha juga diberi kesempatan untuk meraih imbalan bonus lainnya seperti pin, kesempatan bertamasya ke mancanegara, rumah, mobil mewah, ataupun penghargaan-penghargaan lainnya. Pemberian bonus tersebut diberikan apabila seorang mitra mencapai jenjang ranking tertentu. Jenjang peringkat dalam suatu perusahaan MLM bervariasi, namun umumnya berkisar 7-8 peringkat dari yang paling rendah biasanya disebut distributor, distributor langsung, dll sampai yang paling tinggi biasanya disebut Diamond Distributor, President’s Team, Crown Agency Manager, dll. Jenjang ini tidak banyak berbeda dengan jenjang karier di 81 Ibid. hlm. 21. Universitas Sumatera Utara perusahaan konvensional dari karyawan, supervisor, manajer, general manager, deputi director, direktur sampai presiden direktur. Perbedaannya dalam sistem MLM adalah dalam hal kemungkinan untuk mencapai posisi puncak relatif lebih terbuka, sebab jumlahnya tidak harus satu −seperti halnya presiden direktur dalam perusahaan konvensional. 82 Bonus yang didasarkan atas jenjang tertentu dalam sistem MLM masih berkaitan dengan prestasi penjualan business point seorang mitra usaha dalam periode tertentu, namun prestasi tersebut harus dapat dipertahankan olehnya dalam beberapa periode secara berturut-turut. Dengan kata lain, untuk mencapai jenjang kesuksesan tersebut, seorang mitra usaha memerlukan kerja yang lebih keras dan cerdas lagi dalam hal keterampilan komunikasi termasuk penguasaan bahasa asing, penguasaan teknologi, wawasan yang lebih luas, serta kepedulian yang lebih mendalam terhadap kebutuhan anggota jaringan dan masyarakat sekitarnya. 83 Mitra usaha sebagai people business dalam sistem MLM adalah sistem duplikasi orang. Seseorang akan berhasil dalam bisnis ini bukan saja karena ia berhasil mengembangkan dirinya, tetapi ia juga harus berhasil mendidik downliners di dalam garis sponsorisasinya vertikal agar dapat berkembang bersama-sama dengannya. 84 82 Andrias Harefa, op.cit., hlm. 191. 83 Ibid., hlm. 196 84 Ibid., hlm. 183-184. Sekalipun awalnya bisnis MLM bisa dijalankan sebagai usaha paruh waktu, namun bagi mereka yang memiliki komitmen kuat untuk sukses dalam bisnis ini harus menginvestasikan waktu dan dirinya sendiri untuk mendidik dan melatih Universitas Sumatera Utara kelompoknya yang masih baru belajar. Ia perlu mengusahakan sinergi dalam kelompoknya agar hasil yang diperoleh lebih baik bila dilakukan secara tim daripada dilakukan sendiri. 85

D. Sejarah Skema Piramid dan Bisnis Berkedok MLM