Masyarakat Indonesia yang menjadi korban praktek-praktek ilegal tersebut diperkirakan berjumlah lebih dari puluhan ribu jiwa dengan total kerugian
mencapai puluhan triliun rupiah.
110
E. Skema Piramid dan Bisnis Berkedok MLM
Skema Piramid pyramid scheme jika ditinjau dari segi kata terdiri dari kata skema dan piramid. Skema merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa
Inggris, yaitu schema yang berarti bagan, rancangan, atau rangka-rangka. Perluasan makna skema dijelaskan dalam kamus A Dictionary of Reading 1981
yaitu suatu rencana terstruktur atau sistem yang konseptual untuk memahami sesuatu.
111
Sedangkan kata piramid berasal dari nama bangunan makam raja-raja mesir kuno fir’aun yang berbentuk limas atau menyerupai bentuk segitiga sama-
kaki.
112
Skema Piramid menurut WFDSA World Federation Of Direct Selling
Association diartikan sebagai berikut: Skema Piramid dalam konteks ini dikaitkan dengan praktek bisnis ilegal,
yang berarti metode bisnis ilegal terstruktur, dimana melibatkan sejumlah orang dan menempatkannya sedemikian rupa sehingga mirip dengan bentuk piramid.
Tujuan penggunaan skema ini adalah untuk mendapat kekayaan atau keuntungan
yang besar dalam waktu singkat dengan cara-cara yang melanggar hukum.
113
Pyramid selling is a fraud. It is a mechanism by which promoters of so- called ‘investment’ or ‘trading’ schemes enrich themselves in a geometric
110
http:bravo9682.wordpress.com20080807, op.cit.
111
http:file.upi.eduDirektoriFPBSJUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA 196012161986032-LILIS_ST._SULISTYANINGSIHTEORI__SKEMA.pdf, diakses tanggal 04
Desember 2011.
112
http:id.wikipedia.orgwikiPiramida, diakses tanggal 04 Desember 2011.
113
http:www.wfdsa.orgindex.cfm20pyramid20schemes_filessubArchive, diakses tanggal 20 September 2011.
Universitas Sumatera Utara
progression through the payments made by recruits to such schemes. Related deceitful schemes have been described in various international
jurisdictions as chain letters, chain selling, money games, referral selling, and investment lotteries.
Artinya, metode penjualan piramid adalah sebuah bentuk penipuan yang dilakukan promotor dalam kegiatan yang disebutnya ‘investasi’ atau ‘perdagangan
bisnis’ dengan tujuan untuk memperkaya diri sendiri. Kekayaan tersebut diperoleh dari pembayaran dana oleh barisan orang yang dibentuk melalui sistem
rekruitmen, dan menempatkannya sedemikian rupa hingga membentuk sebuah piramid. Skema Piramid dalam berbagai yurisdiksi internasional dikenal dalam
praktik surat berantai, penjualan berantai, permainan uang, penjualan bujukan dan investasi perjudian.
Menurut Andrias Harefa, Skema Piramid merupakan sistem bisnis ilegal, dimana keuntungan yang diperoleh sejumlah orang yang berada pada posisi atas
piramid anggota lama dibayarkan dari dana sejumlah orang yang berada pada posisi bawah piramid anggota baru.
114
Skema Piramid diartikan pula sebagai sistem investasi palsu yang membayar peserta lama dari uang peserta baru yang direkrutnya, bukan dari laba
yang riil. Skema ini ditakdirkan untuk runtuh, sebab pendapatan jika ada, akan kurang untuk pembayaran para peserta. Keilegalan Skema Piramid terletak pada
timbulnya kerugian nasabah pada level terbawah atas hilangnya sejumlah uang yang diinvestasikan ke dalam bisnis tersebut.
115
114
Andrias Harefa, op.cit., hlm. 84.
115
http:www.jurnalmedan.co.id, op.cit.
Universitas Sumatera Utara
Skema Piramid berasal dari Skema Ponzi yang dimodifikasi. Kedua Skema apabila digambarkan akan mirip bentuk piramid, karena keuntungan yang
dijanjikan pada para peserta diperoleh dari sejumlah dana yang dibayarkan oleh peserta baru. Posisi peserta baru yang jumlahnya lebih banyak ditempatkan di
bagian bawah piramid, sebaliknya posisi peserta lama yang jumlahnya lebih sedikit ditempatkan di bagian atas piramid, sedangkan promotor atau founder
pendiri dari skema ini berada pada posisi paling atas puncak piramid. Setiap dana yang ditempatkan dalam skema akan disisihkan lebih banyak untuk
promotor dan sisanya untuk diputar pada peserta yang berada dibawahnya.
116
Skema Piramid meskipun terkait erat dengan Skema Ponzi, keduanya masih dapat dibedakan. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Debra A Valentine,
bahwa “A Ponzi Scheme is closely related to a Pyramid because it revolves around continuous recruiting, but in a Ponzi scheme the promoter generally has
no product to sell and pays no commission to investors who recruit new members. Instead, the promoter collects payments from a stream of people, promising them
all the same high rate of return on a short-term investment”.
117
Penjelasan tersebut dikuatkan pula Andrias Harefa sebagai berikut:
118
Skema Ponzi sebenarnya berbentuk piramida, tetapi juga mempunyai beberapa perbedaan penting dengan skema piramida. Persyaratan Skema
Ponzi adalah dengan promosi akan adanya awal, atau seolah-olah ada, suatu peluang investasi yang riil. Seringkali hal ini melibatkan
pembangunan sumber daya yang bernilai tinggi seperti minyak bumi, gas alam, mineral, pertambangan, real estate, dan sebagainya, dan apa yang
dipromosikan sering memang benar-benar ada. Sang promotor memiliki sebuah pertambangan, atau mempunyai investasi di bidang properti,
namun jika sumber daya itu memang betul ada, si promotor telah
116
http:speedlineinc.infolive, diakses tanggal 26 September 2011.
117
Debra A Valentine, op.cit.
118
Andrias Harefa, op.cit., hlm. 128-129.
Universitas Sumatera Utara
melipatgandakan nilainya overvalued, di sisi lain, aset dan sumber daya yang menjadi dasar peluang investasi sesungguhnya hanya khayalan
semata si promotor. Skenario berikutnya, promotor mencoba meyakinkan investor bahwa aset tersebut dapat lebih dikembangkan dengan tambahan
modal, dan si promotor akan berbagi keuntungan dengan investor. Hal ini memberikan gambaran bahwa dividen tersebut merupakan keuntungan
yang diperoleh dari suksesnya pengembangan investasi yang dilakukan, padahal yang sesungguhnya terjadi adalah promotor hanya
mengembalikan sebagian uang investor kepada mereka. Langkah ini akan menimbulkan dua hal, pertama para investor awal akan menambah saham
operasinya, kedua akan ada investor baru yang tertarik dengan skema ini. Proses pembayaran dividen terus berlanjut dan semakin banyak investor
baru yang berdatangan sampai penipuan ini terbuka atau promotor diam- diam melarikan diri dengan membawa dana investasi. Sedangkan Skema
Piramida mencakup seseorang yang membuat investasi dengan hak untuk memperoleh kompensasi dalam menemukan dan memperkenalkan
partisipan lain ke dalam skema. Ada saling pengertian yang jelas antarpartisipan bahwa suksesnya peluang yang ada tergantung pada
bergabungnya partisipan-partisipan lain.
Inti dari kedua penjelasan tersebut adalah seorang anggota dalam Skema Ponzi tidak diharuskan untuk merekrut anggota baru, juga tidak dijanjikan komisi
meskipun ia melakukan perekrutan. Setiap orang memperoleh janji keuntungan yang tingkatnya sama, namun yang sungguh-sungguh mendapat keuntungan
hanya orang yang bergabung lebih awal. Sebaliknya, dalam Skema Piramid keuntungan seseorang dikaitkan dengan banyaknya jumlah anggota baru yang
direkrut oleh dirinya dan downline-nya. Semakin banyak downline seseorang, maka keuntungan yang diperoleh akan semakin tinggi. Kedua skema meskipun
berbeda dalam hal besarnya pembagian keuntungan, namun dipastikan akan runtuh dan merugikan banyak orang secara finansial. Hal ini seperti yang
dijelaskan oleh Debra A Valentine, sebagai berikut:
119
Both Ponzi schemes and Pyramids are quite seductive because they may be able to deliver a high rate of return to a few early investors for a short
119
Debra A Valentine, op.cit.
Universitas Sumatera Utara
period of time. Yet, both pyramid and Ponzi schemes are illegal because they inevitably must fall apart. No program can recruit new members
forever. Every pyramid or Ponzi scheme collapses because it cannot expand beyond the size of the earths population. When the scheme
collapses, most investors find themselves at the bottom, unable to recoup their losses.
Istilah lain dari program Skema Piramid adalah praktik penggandaan uang,
money game, arisan berantai, bisnis berkedok MLM, investasi berantai, dll. Skema
Piramid umumnya diterapkan dalam bisnis berkedok MLM, dimana Skema Piramid tersebut disembunyikan dengan menggunakan kedok MLM untuk menipu
masyarakat agar promotor dapat mencapai tujuannya.
120
Bisnis MLM murni dan bisnis berkedok MLM sering kali diidentikkan karena keduanya sama-sama menerapkan sistem perekrutan anggota baru dalam
praktiknya, namun demikian terdapat perbedaan mendasar antara keduanya terkait dengan sistem perekrutan tersebut. Perusahaan MLM murni menggunakan sistem
perekrutan sebagai sarana untuk membangun jaringan pelanggan melalui kinerja mitra usahanya dalam pemasaran produk. Penerapan sistem perekrutan dalam
bisnis MLM murni ditujukan untuk membentuk sebuah organisasi bisnis yang solid dan produktif. Berdasarkan produktivitas dalam penjualan produk kepada
konsumen akhir inilah perusahaan MLM murni memberikan penghasilan yang layak kepada mitra usahanya. Hal tersebut bertolak belakang dalam bisnis
berkedok MLM yang menggunakan biaya pendaftaran peserta yang direkrut sebagai satu-satunya sumber penghasilan. Akibatnya, bukan jaringan pelanggan
atau organisasi penjualan yang hendak dibentuk, tetapi jaringan korban. Bisnis
120
http:bravo9682. wordpress.com20080807, op.cit.
Universitas Sumatera Utara
berkedok MLM dapat bertahan hanya apabila peserta selalu menambah member- member baru atau membuat membernya terus-menerus menanamkan uangnya.
121
Biaya pendaftaran dalam bisnis berkedok MLM merupakan komoditi yang dituju promotor untuk menghimpun keuntungan sebesar-besarnya dari
masyarakat. Biaya tersebut dipatok dalam jumlah yang relatif tinggi, namun jumlah tersebut akan menjadi tidak berarti jika dibandingkan dengan keuntungan
yang dijanjikan. Promotor bisnis berkedok MLM umumnya adalah ahli psikologi kelompok, mereka menciptakan suasana hingar bingar dan antusias dimana terjadi
tekanan kelompok serta janji-janji kemudahan memperoleh uang sehingga menimbulkan kekhawatiran akan hilangnya suatu peluang baik.
122
Seorang mitra usaha dalam perusahaan MLM murni juga dikenakan biaya pendaftaran pada saat awal bergabung, namun jumlahnya relatif kecil dan
umumnya dapat dijangkau oleh semua orang. Biaya tersebut lebih bersifat administratif dan sangat realistis untuk sebuah starter kit katalog produk, kaset,
marketing plan, buku pedoman distributor, sample produk, dan lain-lain, yaitu peralatan yang diberikan perusahaan untuk keperluan mitra usaha dalam
memasarkan produk kepada konsumen.
123
Setiap mitra usaha yang mensponsori anggota baru tidak memperoleh keuntungan sepeser pun dari biaya pendaftaran
yang dikeluarkan oleh anggotanya tersebut. Artinya, biaya pendaftaran dalam bisnis MLM murni bukanlah wadah keuntungan bagi perusahaan itu sendiri.
124
121
Edy Zaqeus, “Membedakan Bisnis DS-MLM dengan Money Game”, loc.cit.
122
http:bizyonline.comskema-piramida-tidak-seindah-janjinya-bagian-kedua, diakses 28 September 2011.
123
http:cutenbeauty.wordpress.com20110425mlm-vs-money-game, diakses 16 Oktober 2011.
124
Andrias Harefa, op.cit., hlm. 88.
Universitas Sumatera Utara
Keuntungan suatu perusahaan MLM diperoleh dari omset penjualan, sedangkan komisi mitra usaha didasarkan atas jasanya dalam menjual produk
kepada konsumen. Setiap mitra usaha dalam perusahaan MLM memiliki peluang yang sama untuk meraih kesuksesan sesuai dengan hasil kerja keras mereka
masing-masing. Hal ini seperti yang pernah dinyatakan oleh Debra A Valentine sebagai berikut:
125
Multilevel marketing programs are known as MLMs, and unlike pyramid or Ponzi schemes, MLMs have a real product to sell. More importantly,
MLMs actually sell their product to members of the general public, without requiring these consumers to pay anything extra or to join the
MLM system. MLMs may pay commissions to a long string of distributors, but these commission are paid for real retail sales, not for new recruits.
Bisnis berkedok MLM pada mulanya diselenggarakan tanpa produk yang jelas, namun dalam perkembangan selanjutnya juga menyertakan produk-produk
tertentu untuk lebih meyakinkan calon anggota, sekaligus untuk menyamarkan Skema Piramidnya. Serangkaian produk disediakan dan diklaim untuk dipasarkan
langsung ke konsumen, namun harga yang ditetapkan untuk produk tersebut terlalu tinggi dan tidak realistis. Produk tersebut sama sekali tidak bisa bersaing
dengan produk sejenis yang dijual dipasaran, sebab harganya tak sebanding dengan mutunya. Bisnis berkedok MLM yang tidak terlalu mudah diidentifikasi
sering menggunakan produk yang biaya produksinya rendah. Produk tersebut diklaim sebagai produk ajaib hasil inovasi atau pengobatan eksotik yang pada
intinya kualitas produk terlalu dilebih-lebihkan oleh promotor, tidak sesuai dengan kualitas asli, bahkan sebenarnya tidak layak untuk dikonsumsi. Produk
dalam bisnis berkedok MLM biasanya diberikan sebagai ganti biaya pendaftaran
125
Debra A Valentine, op.cit.
Universitas Sumatera Utara
yang telah dibayar oleh setiap anggota. Pada kenyataannya modal yang dikeluarkan oleh anggota jauh lebih tinggi dibanding nilai produk, dan dipastikan
tidak ada orang yang bersedia membeli produk tersebut seharga modal yang telah dikeluarkan.
126
Berbeda dengan perusahaan berkedok MLM, perusahaan MLM murni tidak pernah mewajibkan distributornya untuk membeli produk secara berlebihan
dalam jumlah besar, hanya menganjurkan untuk mempertahankan sejumlah stok sesuai dengan kemampuan distributor yang memasarkannya dalam periode
tertentu anjuran ini hanya demi kepentingan si distributor sendiri, agar mudah memasarkan produk dan tidak membuat konsumen yang berminat harus
menunggu lama. Perusahaan MLM murni memberikan jaminan untuk membeli Ilustrasinya, seorang anggota mungkin harus membeli produk
obat-obatan yang dikatakan mujarab tetapi sesungguhnya tidak bermanfaat senilai Rp 2 juta. Ia dipastikan tidak akan berhasil menjual obat tersebut pada orang lain,
sebab tidak rasional sama sekali untuk mengeluarkan uang sebesar Rp 2 juta untuk obat yang belum jelas khasiatnya. Ia juga tidak mungkin mengembalikan
obat tersebut kepada perusahaan untuk meminta kembali uang Rp 2 juta-nya, sebab perusahaan tidak memberikan jaminan untuk membeli kembali dan produk
tersebut memang tidak dapat dipertanggungjawabkan kualitas dan manfaatnya. Satu-satunya cara untuk mengembalikan modal atau mendapat keuntungan yang
lebih besar adalah dengan merekrut banyak peserta baru.
126
http:bizyonline.com, op.cit.
Universitas Sumatera Utara
kembali atau menukar produk yang sulit dipasarkan oleh mitra usaha. Dengan demikian mitra usaha tidak akan dirugikan atas modal yang dikeluarkannya.
127
Perusahaan MLM yang terkemuka seperti CNI atau Amway bahkan lebih mengutamakan kepuasan pelanggan consumer satisfaction dengan
memberi jaminan uang kembali money back guarantee, dimana konsumen dapat mengembalikan atau menukar produk yang telah dibeli dalam waktu tertentu pada
distributor yang memasarkan, apabila produk tersebut ternyata tidak memuaskan. Garansi uang kembali bagi konsumen yang tidak puas, dengan alasan apapun,
menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi terhadap kualitas produk perusahaan. Hal ini menggambarkan bahwa produk-produk yang diperdagangkan dalam bisnis
MLM tidak hanya dapat dijual, tetapi sungguh-sungguh dapat dijual kepada publik.
128
Perusahaan MLM yang sah dan bertanggung jawab dimungkinkan untuk berumur panjang. Perusahaan MLM terkemuka seperti Amway dan CNI telah
beroperasi selama puluhan tahun hingga sekarang karena memang terbukti merupakan usaha yang tidak saja patuh hukum legal, tetapi juga memegang
teguh etika bisnis kode etik dan aturan perilaku yang berlaku secara internasional. Sebaliknya pada perusahaan-perusahaan berkedok MLM
dipastikan berumur singkat. Tidak satupun perusahaan dengan Skema Piramid di dunia ini yang berumur panjang, sebab tidak ada program yang bisa merekrut
anggota selamanya. Kebanyakan dari perusahaan Skema Piramid hanya dapat
127
Andrias Harefa, op.cit., hlm. 91.
128
Ibid., hlm. 167.
Universitas Sumatera Utara
bertahan dalam hitungan hari, minggu, atau bulan, tergantung seberapa jauh penegakan hukum benar-benar dijalankan aparat yang berwenang untuk itu.
129
F. Sistem Kerja Skema Piramid