Sistem Kerja Skema Piramid

bertahan dalam hitungan hari, minggu, atau bulan, tergantung seberapa jauh penegakan hukum benar-benar dijalankan aparat yang berwenang untuk itu. 129

F. Sistem Kerja Skema Piramid

Skema Piramid adalah metode yang digunakan dalam bisnis ilegal dengan melibatkan pertukaran uang terutama untuk mendaftarkan orang lain ke dalam skema. Bisnis dengan Skema Piramid umumnya tidak menyediakan produk berupa barang danatau jasa untuk ditawarkan. Adakalanya bisnis ini juga menyediakan produk, namun produk tersebut hanya untuk menyamarkan penipuan agar terlihat seperti bisnis yang riil. Sistem kerja Skema Piramid dapat digambarkan seperti contoh dibawah ini: 130 biaya pendaftaran Rp 5 jt Level 1 Rp 1,5 jt x 3 = Rp 4,5 jt Level 2 Rp 300rb x 9 = Rp 2,7 jt Level 3 Rp 300rb x 27 = Rp 8,1 jt Level 4 Rp 300rb x 81 = Rp 24,3 jt 27 27 27 ___________+ Rp 39,6 jt Ilustrasi diatas menggambarkan bahwa setiap peserta harus membayar sebesar Rp 5jt untuk bergabung, dan setiap peserta dapat merekrut beberapa peserta baru. Contoh skema diatas terdiri dari lima level, dan setiap peserta sampai level keempat masing-masing berhasil merekrut 3 downline. Setiap peserta akan dibayar Rp 1,5 jt dari setiap downline yang direkrutnya sendiri, dan akan diberikan bonus Rp 300rb untuk setiap peserta baru yang berhasil direkrut oleh jaringannya. 131 129 Ibid., hlm. 85-86. 130 Debra A Valentine, op.cit. 131 Ibid. Universitas Sumatera Utara Peserta pada level pertama berdasarkan skema diatas terlihat mendapat peluang yang lebih besar untuk memperoleh keuntungan. Promotor pendiri perusahaan Skema Piramid selalu meyakinkan setiap peserta bahwa mereka bisa menduduki level pertama, dan bahwa ia harus mempertimbangkan dirinya berada di bagian atas matriks. Perspektif ini menunjukkan bahwa orang yang berada pada level pertama dapat memperoleh Rp 39,6 jt dari investasi sebesar Rp 5jt, keuntungan ini berarti ada sebesar 792. Tawaran ini sangat menggiurkan dan patut dipertimbangkan. Pertimbangan tersebut menjadi alasan utama mengapa banyak orang memilih untuk bergabung. 132 Analisa selanjutnya dari skema diatas ialah dengan melihat puncak matriks. Puncak matriks diduduki peserta level pertama, tetapi sesungguhnya promotor berada di tempat yang lebih atas dari peserta level pertama. Promotor memandang setiap anggota baru sebagai alat spekulasi keuntungan, dan membayarkan sedikit beban untuk sebagian peserta dari pendapatan yang mengalir padanya. Promotor akan menerima Rp 5jt untuk setiap pendaftaran peserta baru, dan paling banyak ia harus membayar Rp 2,4jt untuk setiap peserta komisi ditambah bonus. Jadi, promotor akan menerima Rp 5jt dari setiap anggota, akan tetapi ia hanya harus membayar Rp 1,5 jt untuk setiap anggota baru yang berhasil direkrut langsung oleh peserta, dan membayar bonus Rp 300rb kepada upline yang jaringannya berhasil merekrut seorang anggota baru. 132 Ibid. Universitas Sumatera Utara Kesimpulannya, promotor akan mengantongi lebih dari setengah jumlah biaya pendaftaran keanggotaan. 133 Analisa selanjutnya jika diasumsikan skema ini ambruk setelah level kelima terisi, maka promotor akan menerima keuntungan sebagai berikut: a. Rp 5jt dari biaya pendaftaran yang dikeluarkan peserta level pertama; b. Rp 10,5jt dari 3 orang peserta level kedua 3 x Rp 5jt dikurangi komisi peserta level pertama 3 x Rp 1,5jt; c. Rp 28,8jt dari 9 orang peserta level ketiga 9 x Rp 5jt dikurangi komisi level kedua 9 x Rp 1,5jt dikurangi bonus level pertama 9 x Rp 300rb; d. Rp 78,3jt dari 27 orang peserta level keempat 27 x Rp 5jt dikurangi komisi level ketiga 27 x Rp 1,5jt dikurangi bonus level kedua 27 x Rp 300rb dikurangi bonus level pertama 27 x Rp 300rb; e. Rp 210,6jt dari 81 orang peserta level kelima 81 x Rp 5jt dikurangi komisi level keempat 81 x Rp 1,5jt dikurangi bonus level ketiga 81 x Rp 300rb dikurangi bonus level kedua 81 x Rp 300rb dikurangi bonus level pertama 81 x Rp 300rb. Total dana yang berhasil mengalir ke promotor adalah Rp. 333,2jt dan dana tersebut diperolehnya hanya dengan merekrut peserta level pertama saja. 134 Analisa selanjutnya adalah dengan melihat dari sudut pandang korban, setelah seluruh Skema Piramid runtuh. Korban pada level kelima paling bawah piramida yang awalnya merasa memiliki peluang untuk menjadi level pertama seketika menyadari bahwa sebenarnya ia berada di bagian bawah. Ia tidak mampu 133 Ibid. 134 Ibid. Universitas Sumatera Utara menemukan orang yang tertarik untuk direkrut sebagai downline-nya. Hitungan matematis menunjukkan bahwa korban terbanyak dari keruntuhan Skema Piramid adalah orang yang berada pada level terbawah, setidaknya 70 anggota berada pada level terbawah tanpa sarana untuk memperoleh keuntungan. Masing-masing dari mereka akan kehilangan Rp 5jt, bahkan sering kali orang yang berada satu tingkat diatas level terbawah piramida tidak dapat mengembalikan modalnya secara utuh. Hal ini semakin menambahkan jumlah korban menjadi sekitar 89 dari anggota Skema Piramid dalam contoh skema diatas ialah 108 orang dari 121 anggota ditakdirkan untuk kehilangan uangnya. 135 Mengenai Skema Piramid diatas, Andrias Harefa pernah mengemukakan tiga hal sebagai berikut: 136 a. Skema ini menempatkan pesertanya sebagai pecundang loser, sejumlah besar pecundang membayar kepada sedikit pemenang winner. Hal ini sangat mirip, bahkan lebih kejam dari permainan judi terutama karena peserta tidak sadar dilibatkan dalam semacam pertaruhan. b. Perusahaan dan peserta yang sadar maupun tidak sadar harus menipu orang yang mereka rekrut, sebab bila sistem ini dijelaskan secara logis dan tuntas, tidak akan banyak orang yang berminat mengikutinya. c. Sistem ini bersifat melawan hukum ilegal dan di banyak negara, pemilik perusahaan dan peserta ditangkap, di denda, dan dipenjara karena menjalankan sistem ini. 135 Ibid. 136 Andrias Harefa, op.cit., hlm. 86. Universitas Sumatera Utara

G. Perspektif Hukum Sistem MLM