bahkan masyarakat itu dinamis. Namun demikian kita beranggapan bahwa yang dicari manusia bukanlah perubahan atau dinamika itu sendiri, melainkan
keseimbangan segala sesuatu dalam masyarakat untuk mencapai kebahagian. Pasal 1320 KUHPerdata menyebutkan supaya terjadi suatu persetujuan yang
sah perlu dipenuhi 4 syarat; 1. kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya,
2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan, 3. suatu pokok persoalan tertentu,
4. suatu sebab yang tidak terlarang. Dan pada Pasal 1338 KUHPerdata menyatakan
1. Ditegaskan semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya,
2. persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain kesepakatan kedua belah pihak,
atau karena alasan-alasan yang ditentukan oleh undang-undang,
3. persetujuan hanya dilakukan dengan itikad baik.
Adalah suatu kenyataan bahwa Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka suku, bahasa, adat istiadat, agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Keanekaragaman ini telah terpatri dalam semboyan bangsa kita yaitu “Bhindeka Tunggal Ika”. Keanekaragaman tersebut juga menjadi kekayaan budaya Indonesia
yang terpelihara dengan baik dari diarahkan untuk memajukan buadaya bangsa Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Tanah dalam kehidupan masyarakat dan prinsip penghormatan terhadap hak-hak yang sah atas tanah. Musyawarah yang dilakukan itu harus merupakan
wadah untuk menjelaskan kepada kelompok masyarakat tentang mengapa dan untuk apa tanah itu diambil. Dalam forum musyawarah salah satu hal yang dibicarakan dan
yang terpenting adalah masalah ganti kerugian. Pembayaran ganti kerugian itu adalah bagian dari wujud konkrid pengakuan pengambilan tanah itu. Ganti kerugian itu
sangat baik jika berupa pembangunan fasilitas umum yang dapat dimamfaatkan dan dinikmati seluruh masyarakat setempat.
Dengan musyawarah PT MAL dituntun untuk tetap saling menghargai pendapat atau pandangan satu sama lain dengan kelompok tani. Melalui musyawarah
maka akan tercermin keinginan untuk menselaraskan antara angan-angan dan kenyataan. Disini PT MAL saling memerlukan kerjasama dengan kelompok
mayarakat.
2. Melakukan Revisi Izin Lokasi Yang Telah Di Terbitkan Oleh Bupati Madina Terhadap Kawasan yang Termasuk Hutan dan Terhadap Tumpang
Tindih dengan Perusahaan Lain
Masalah tumpang tindih lahan yang terjadi di Mandailing Natal yang tidak terjadi pada daerah Desa Sikapas, tetapi tumpang tindih ini juga terjadi di beberapa
perkebunan di Mandailing Natal, ketidakjelasan Tata Ruang Provinsi Sumatera Utara dan Penunjukan kawasan Hutan Sumatera Utara ikut memicu terjadi tumpang tindih
lahan perkebunan di Mandiling Natal.
Universitas Sumatera Utara
Izin Lokasi yang dikeluarkan oleh Bupati MADINA pertama kali yang diperoleh oleh PT. MAL, yang mana Izin Lokasi yang diterima pertama kali dengan
Nomor : 525.25124K2005, yang menerangkan: 1.
luas yang diperoleh adalah 6.000 Ha, terletak di daerah Desa Sikapas, yang memicu tumpang tindih dengan PT. DAL
2. Bahwa terhadap lokasi yang dimohonkan berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor SK. 44Menhut-II2005 tanggal 16 Pebruari 2005 yang mmenetapkan status kawasan hutan yang akan dikonversi, namun dalam
hal ini PT. MAL tidak mempunyai Izin Pembukaan kawasan Hutan. Maka dari itu,pada tanggal 25 Juni 2007 Nomor 011MALVI2007 dari PT
MAL, yang berisikan permohonan Revisi Ijin Lokasi atas tanah + 6.500 ha yag terletak di Desa Sikapas. yang mana revisi tersebut diperoleh, suatu keputusan Bupati
dnegan Nomor 525.25427K2007, yang berisikan: 1.
Dilakuakn pemancangan batas sementara kawasan hutan tanggal 24 April 2007, maka arela yang dimohonkan menjadi 6.500 ha, yang berda pada
Kawasan Budidaya Non Kehutanan 2.
Lahan yang diperoleh sesuai dengan pertimbangan teknis ketersedian lahan untuk usaha perkebunan dari Dinas Kehutanan Kabupaten Mandailing Natal
pada tanggal 26 Juni 2007, nomor 522115Dishut2007.
Universitas Sumatera Utara
3 . Memberikan besarnya ganti rugi kepada masyarakat desa Sikapas sebagai
Pemilik hak atas Tanah melalui musyawarah
Musyawarah menurut Pasal 1 ayat 5 Keppres No. 55 Tahun 1993 adalah suatu kegiatan saling mendengar dengan sikap saling menerima pendapat dan
keinginan yang didasarkan atas kesukarelaan antara pihak pemegang hak atas tanah dan pihak yang memerlukan tanah, untuk memperoleh kesepakatan mengenai bentuk
dan besarnya ganti kerugian. Musyawarah merupakan sarana yang paling menentukan berhasil tidaknya
dengan baik pengambilan tanah dalam rangka pelaksaan pengadaan tanah. Tidak akan terelakkan perbedan pendapat antara kedua belah pihak terutama kesediaan si pemilik
unutuk melepaskan tanahnya, apalagi tentang besar dan ganti rugi. PT MAL dalam hal ini mengadakan musyawarah dengan masyarakat setempat agar masyarakat
setempat melepaskan tanah mereka dengan ganti rugi yang layak.. Tidak boleh ada anggapan bahwa pengambilan tanah mereka yang digunakan untuk kepentingan
umum yang lebih luas itu harus ”menghadap” kepada orang-orang masyarakat hukum adat yang pengetahuan dan tingkat kehidupannya yang masih rendah. Disini bukan
persoalan ” orang pandai harus menghadap kepada orang yang rendah pendidikannya, bukan persoalan pejabat menghadap bawahannya bukan persoalan orang atasan
meminta kepada bawahannya”. Jadi musyawarah dilakukan untuk menjelaskan kepada masyarakat disekitar lokasi setempat tentang mengapa dan untuk apa tanah
hak hak itu diambil. Melalui forum musyawarah itu diupayakan secara maksimal
Universitas Sumatera Utara
agar masyarakat yang bersangkutan memberi persetujuan dan rela tanah hak mereka itu diambil.
Sebagaimana diketahui bahwa tanah hak
113
adalah tanah yang diatasnya ada hak seseorangbadan hukum. Tanah itu juga dikuasai oleh negara, tetapi
penguasaannya tidak langsung, sebab ada hak atas tanah dari pihak tertentu diatasnya. Bila hak atas tanah tersebut hapus, maka tanah itu menjadi tanah yang langsung
dikuasai negara.
114
4. Membiarkan Hak atas Tanah tersebut tetap dimiliki Penggarapnya