Alat Pengumulan Data Analisis Data

3. Bahan Hukum Tersier Data tersier yaitu data yang memberikan petunjuk dan juga penjelasan terhadap data primer dan data sekunder yang berupa kamus, ensiklopedia, majalah, surat kabar dan jurnal-jurnal, laporan-laporan ilmiah yang akan dianalisis dengan tujuan untuk memahami lebih dalam penelitian ini. 3.Teknik Pengumpulan data a. Library Research penelitian kepustakaan, yakni mempelajari buku-buku, perundang-undangan, pendapat para sarjana, serta juga bahan-bahan perkuliahan, yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. b. Field Research penelitian lapangan yaitu dengan mengadakan wawancara dengan pihak-pihak yang berwenang yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

4. Alat Pengumulan Data

Alat pengumpulan data mana yang akan dipergunakan suatu penelitian hokum, senantiasa tergantung pada ruang lingkung dan tujuan penelitian hukum yang akan dilakukan yaitu: 45 a. Studi dokumentasi atau studi kepustakaan. Untuk memperoleh data sekunder, maka perlu dilakukan studi dokumentasi yaitu, dengan cara mempelajari peraturan-peraturan, teori-teori, buku-buku, hasil 45 Ibid, hal 66 Universitas Sumatera Utara daripada penelitian, dan dokumentasi-dokumentasi lain yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. b. Wawancara Wawancara yang dilakukan secara langsung dan mendalam, terarah dan sistematis yang ditujukan kepada narasumber, untuk mengumpulkna bahan penelitian berupa data-data kebenaran secara konkrit dan jelas melalui bantuan narasumber yang terkait dalam penelitian ini, antara lain: 1. Kasubsi PGT Kantor Pertanahan Kabupaten Mandailing Natal : Bapak Hidayatsyah 2. Kepala Bidang Usaha Tani Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mandailing Natal : Bapak Panasien Nasution, SP. MM 3. Direktur PT MAL : Bapak Drs. H. Rustam Honein, MBA 4. Kapala Desa Sikapas Kecamatan Muara Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal : Bapak Zul Ilmi Harahap 5. Bapak Camat Kecamatn Muara Batang Gadis 6. Tokoh Mayarakat.

5. Analisis Data

Semua data yang telah diperoleh dari bahan perpustaan serta data yang diperoleh dilapangan dianalisis kualitatif. Metode analisa yang dipakai adalah metode deduktif. Melalui metode deduktif, data sekunder yang telah diuraikan dalam tinjauan Universitas Sumatera Utara pustaka secara komparatif akan menjadikan pedoman dan dilihat pelaksanaannya dalam Keberadaan PT MAL di desa Sikapas Mandailing Natal Data yang terkumpul disusun secara sistematis kemudian dianalisis secara kualitatif yang menjelaskan sesuatu yang didapat dalam teori dan hasil penelitian, sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai jawaban dari segala permasalahan dalam penulisan tesis ini. Universitas Sumatera Utara

BAB II PROSEDUR PEROLEHAN HAK GUNA USAHA PT MADINA

AGROLESTARI DI DESA SIKAPAS KABUPATEN MANDAILING NATAL

A. Gambaran Umum PT Madina Agrolestari

PT. Madina Agrolestari PT MAL adalah Perusahaan yang berbadan hukum yang kegiatan usahanya antara lain bergerak dibidang perkebunan. Berkedudukan di Jakarta, yang didirikan berdasarkan Akta yang dibuat di hadapan Henry Tjong, Sarjana Hukum, Notaris di Medan tanggal 30 Agustus 2004 Nomor 56. Akta Perubahan tanggal 3 November 2004 Nomor 05 yang disahkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi manusia Republik Indonesia tanggal 23 November 2004 Nomor C-28541ht.01.01.th.2004, terakhir diubah berdasarkan Akta Berita Acara Rapat yang dibuat di hadapan Cipto Soenaryo, Sarjana Hukum, Notaris di Medan tanggal 11 Desember 2007 Nomor 5 yang telah disetujui berdasarkan Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Tanggal 22 Februari 2008 Nomor AHU-08823.AH.01.02. Tahun 2008, dan didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Perusahaan Kodya Jakarta Pusat tanggal 16 Mei 2006 Nomor TDP.09.05.1.51.53698. Tanah untuk lokasi pembangunan perkebunan kelapa sawit PT. Madina Agrolestari terletak di Desa Sikapas Kecamatan Muara Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal yang berada di Kawasan Budidaya Non Kehutanan KBNK. PT. MAL ingin memamfaatkan lahan tersebut untuk perkebunan kelapa sawit. Lokasi Universitas Sumatera Utara tersebut sesuai dengan areal pengembangan pertanian dari Rencana Struktur Tata Ruang Wilayah Propinsi RTRWP Sumatera Utara 2003-2018 Perda No. 7 Tahun 2003, areal yang dimohonkan terletak dikawasan budidaya perkebunan besar. Disamping itu lokasi proyek tersebut sesuai juga dengan Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten RTRWK Mandailing Natal Perda No. 14 Tahun 2002, areal yang dimohonkan berada pada areal budidaya perkebunan. Lokasi pembangunan perkebunan kelapa sawit milik PT. MAL meliputi areal seluas + 6.500 hektar, sesuai dengan pertimbangan teknis ketersediaan lahan untuk usaha perkebunan dari Dinas Kehutanan Kabupaten Mandailing Natal atas nama PT. MAL Nomor : 522115Dishut2007 Tanggal 26 Juni 2007. terletak di Desa Sikapas Kecamatan Muara Batang Gadis, Kabupaten Mandailing Natal. PT. Madina Agrolestari berkantor cabang di Medan, jalan Diponegoro Nomor 51, pertama kali melakukan permohonan izin lokasi pembangunan pembukaan lahan perkebunan sawit kepada Bupati Mandailing Natal pada tanggal 16 Juni 2004.

B. Kondisi Umum Fisik Lingkungan di Lokasi

1. Gambaran Wilayah 1. Lokasi Lokasi proyek pembangunan perkebunan kelapa sawit terletak di Desa Sikapas dan Batu Mundam, Kecamatan Muara Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal, namun dalam hal ini lokasi penelitian penulis memfokuskan pada satu desa yaitu Desa Sikapas Kecamatan Mandailing Natal Kabupaten Mandailing Natal. Universitas Sumatera Utara Kecamatan Muara Batang Gadis terdiri dari 17 desakelurahan, antara lain: 1. Rantau Panjang 2. Manuncang 3. Lubuk Kapundung 4. Huta Imbaru 5. Panunggulan 6. Tabuyung 7. Psr II Singkuang 8. Singkuang I 9. Sikapas 10. Batu Mundam 11. Tagilang Julu 12. Sale Baru 13. Suka Rame 14. Lubuk Kapundung 15. UPT Tabuyung 16. UPT Singkuang II 17. UPT Sngkuang I Sumber : Proyek Proposal Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit PT. MAL Secara administrasi Desa Sikapas Kecamatan Muara Batang Gadis mempunyai batas-batas sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Sebelah Utara : Kab. Tapanuli Selatan 2. Sebelah Selatan : Kec. Natal 3. Sebelah Barat : Samudera Indonesia 4. Sebelah Timur : Kab. Tapanuli Selatan, Kec. Siabu Sumber: Badan Pusat Statistik, KSK Kec. Muara Batang Gadis Sementara itu, Batas-Batas Wilayah Administrasi Proyek Pembangunan PT. MAL adalah: 1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan KUD Batu Mundam Sejahtera. 2. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan perkebunan PT. Madina Agro Lestari 3. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Hutan Negara HPT 4. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Lahan masyarakat Desa Sikapas dan Jalan Pantai Barat Sumber : Proyek Proposal Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit PT. MAL Universitas Sumatera Utara a. Jumlah Penduduk Tabel 1 Jumlah Penduduk dan KK di desa Sekitar dan kecamatan NO KELOMPOK PENDUDUK DESA SIKAPAS KECAMATAN MUARA BATANG GADIS 1 Laki-Laki 458 7.546 2 Perempuan 420 7.530 Jumlah Penduduk 878 15.076 Jumlah KK 316 4.059 Sumber: Badan Pusat Statistik, KSK Kec. Muara Batang Gadis, 2010 Tabel 2 Kepadatan Penduduk di desa Sikapas dan Kecamatan N o Wilayah Administrasi Penduduk jiwa Luas Wilayah ha Kepadatan Penduduk jiwakm 2 Rasio terhadap total 1 Desa Sikapas 878 16.852,43 5 11,15 2 Kec. Muara Batang Gadis 15.076 151.078,00 9 100 Sumber : Badan Statistik, KSK Kec. Muara Batang Gadis, 2010 Penduduk di desa ini hampir seluruhnya petani dan pada umumnya bermata pencaharian dari pertanian tanaman pangan dan perkebunan. Selain petani hanya penduduk ada yang sebagai nelayan dan sedikit yang menjadi pegawai negri sipil dan pedagang. Universitas Sumatera Utara Pola pertanian masyarakat di sekitar lokasi perkebunan umumnya dalah pola pertanian tanaman pangan di lahan kering dan sawah serta perkebunan rakyat. Selain padi, tanaman pangan lainnya yang ditanam oleh masyarakat adalah palawija, buah- buahan dan sayuran. Keterangan tabel tersebut diatas, dapat di lihat bahwa, hampir 80 masyarakat Desa Sikapas mengantungkan kehidupannya sehari-hari pada sektor kehutanan, dengan bercocok tanaman yang telah mereka lakukan secara turun temurun. 2. Riwayat Tanah Tanah untuk lokasi pembangunan perkebunan kelapa sawit PT MAL DI Desa Sikapas Kecamatan Muara Batang Gadis Kabupaten mandailing Natal berada di kawasan Budidaya Non Kehutanan KBNK . PT MAL ingin memamfaatkan lahan tersebut untuk perkebunan kelapa sawit tersebut sesuai dengan areal pengembangan pertanian dari Rencana Struktur Tata Ruang Propinsi Sumatera Utara Perda No. 7 Tahun 2003 Disamping itu lokasi proyek sesuai dengan Peta Dasar Pengembangan Wilayah Perkebunan Atas dasar pertimbangan tersebut pemanfaatan sumber daya alam dan usaha pelestariannya maka areal tersebut lebih layak bila diperuntukkan bagi pengembangan tanaman perkebunan yang fungsi hidrologinya sama dengan tanaman hutan. Universitas Sumatera Utara 3. Iklim dan Keadaan Tanah a. Topografi Keadaan topografi wilayah PT. Madina Agrolestari datar berada sekitar ± 15 meter dari permukaan laut. b. Curah Hujan Data curah hujan tahunan berdasarkan data curah hujan Mandailing Natal menunjukkan bahwa lokasi proyek memiliki curah hujan berkisar 1000 sampai 2000 mmtahun dan tidak terdapat bulan kering. Jumlah hari hujan rata-rata 13,4 haribulan. Dari data curah hujan tersebut, menurut Koppen daerah proyek diklasifikasikan sebagai tipe D dan E menurut Schmitd dan Ferguson karena merata sepanjang tahun dengan periode kering sangat pendek. Kelembaban udara rata-rata 80 menunjukkan tingkat kelembaban yang cukup tinggi. Suhu udara maksimum 32º celcius serta suhu udara minimum 23º celcius. Lama penyiraman berkisar antara 6-8 jamhari. Kelapa sawit tumbuh dengan baik pada wilayah yang cukup curah hujannya, berkisar 2000-3000 mmtahun dengan penyebaran yang merata sepanjang tahun. Temperatur yang dikehendaki 24º celcius sampai 30º celcius. Lama penyinaran tidak kurang dari 5 jamhari dan bulan tertentu 7 jamhari. Kelembaban udara antara 80-85 Sumber Mata Air. Universitas Sumatera Utara c. Keadaan Tanah 1. Jenis Tanah Jenis tanah yang dijumpai pada areal pengembangan adalah tanah gambut organosolhistosol dengan ketebalan gambut bervariasi 2-3 meter, tanah mineral dan marginal. Pembentukan tanah gambut ini berasal bahan organic berupa daunranting atau bahan lain dari tumbuhan yang gugur yang mengalami proses pelapukan. Bahan organic ini sangat peka terhadap bahaya kebakaran terutama pada musim kemarau. Jenis tanah gambut tersebut perlu perlakuan khusus baik pada saat pembukaan lahan dan pemeliharaan tanama dengan memperhatikan aspek-aspek pengawetan konservasi tanah. 2. Kemampuan Tanah Tingkat kesuburan tanah pada lokasi proyek cukup baik tetapi dari batuan induk yang relatif porous meyebabkan terjadinya proses pencucian. Seluruh areal PT MAL memiliki kedalaman efektif diperkirakan 60-90 cm atau lebih, tekstur halus, tergenang periodik, dan kemungkinan terjadi erosi.

C. Kondisi Umum Pengembangan Wilayah di Sekitar Lokasi

1. Program Lingkungan Hidup Areal Konservasi Sempadan Sungai 46 a. Mempertahankan Daerah Aliran Sungai DAS sungai Marait dan sunagi Siriam 50 Meter kanan alur sungai; 46 Progres Kerja PT Madina Agrolestari, Priode 31 Mei 2010 Universitas Sumatera Utara b. Tegakan kayu pada 50 meter kiri dan kanan tidak dilakukan penumbangan; c. Daerah tepi sungai yang tidak ada tegakan kayu dilakukan penanaman Mohoni; d. Daerah perbukitan terjal dan batu tidak diolah dan dijadikan areal konservasi; e. Melakukan penanaman penahan longsor dengan Vertivera gress; f. Penanaman pencegah penyakit hama ulat api dengan Tornerra subulate; g. Untuk menjaga lingkungan daerah dilakukan system irigasi untuk mengatur air di areal lokasi dengan memakai program konsultan PT. KPM Karya Pratama Mandiri; h. Untuk lingkungan dalam analisa AMDAL Aanalisis Dampak Lingkungan memakai konsultan dari peneliti Lingkungan Hidup USU dan hasil sudah keluar serta izin dari BAPEDALDA no. 6602056BPDL-MN2008. 2. Keberadaan Pembangunan Sarana sekitar Lokasi 47 a. Jalan : 90.240 Meter b. Jembatan antar blok : 42 unit c. Jembatan Akses Sungai Marait : 1 Unit penghubung Desa Sikapas dengan Desa sebelah 3. Administrasi Kebun 48 a. Izin Lokasi No. 525.25427K2007 b. Izin Usaha Perkebunan Inti No. 525432K2007 c. Izin Lokasi Plasma No. 525.25428K2007 47 Progres Kerja PT Madina Agrolestari, Priode 31 Mei 2010 48 Progres Kerja PT Madina Agrolestari, Priode 31 Mei 2010 Universitas Sumatera Utara d. Izin Lokasi Perkebunan Plasma No. 525.25433K2007 e. Rekomendasi Teknik Land Clearing No. 522216Dishut2008 f. Izin Pemanfaatan Kayu No. 5221016HUTBUNK2010 g. Izin Pendaratan Alat No. 522.2129012010 h. Izin Lingkungan HidupAMDAL No. 6602056BPDL-MN2008 Kabupaten Mandailing Natal resmi terbentuk pada tanggal 23 Nopember 1998 berdasarkan Undang-undang Nomor 12 tahun 1998 tanggal 23 Nopember 1998 Tentang Pembentukan Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Mandailing Natal. Selanjutnya Kabupaten Mandailing Natal diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Syarwan Hamid pada tanggal 9 Maret 1999 di Kantor Gubernur Sumatera Utara Medan dan pejabat Bupati Mandailing Natal pada masa itu adalah H. Amru Daulay, SH. 49 Visi Kabupaten Mandailing Natal: “terwujudnya pembangunan masyarakat MADINA yang maju, mandiri, sejahtera dan berwawasan lingkungan tahun 2010” Misi Kabupaten Mandailing Natal : 1. Mewujudkan pembangunan masyrakat MADINA yang maju tahun 2010 2. Mewujudkan pembangunan masyrakat MADINA yang mandiri tahun 2010 3. Mewujudkan pembangunan masyrakat MADINA yang sejahtera tahun 2010 4. Mewujudkan pembangunan masyrakat MADINA yang berwawasan lingkungan tahun 2010 Pemanfaatan lahan di Kabupaten Mandailing Natal, yang paling banyak memanfaatkan lahan adalah pengusaha HPH yaitu seluas 81.278 hektar. Lahan lainnya adalah 48.476 hektar, hutan rakyat 46.557 hektar, rawa-rawa 48.476 49 www.madina.go.id , Selayang Pandang Kabupaten Mandailing Natal, diakses 10 Maret 2011 Universitas Sumatera Utara hektar, persawahan 21.126 hektar, perladangan, kebuan dan tambak 44.545 hektar, pemukiman dan perkantoran 15.618 hektar dan lain-lain 85.884 hektar. 50 Sebagai salah satu Kabupaten baru, berupaya untuk mengejar ketertinggalannya dengan menyusun program dan skala prioritas dengan sasaran diberbagai sektor dan wilayah. Hal ini jelas terlihat dalam visi dan misi Kabupaten Mandailing Natal tahun 2010, yang di prioritaskan dalam pemabangunan khususnya dalam bidang Pertanian, yaitu diarahkan dalam rangka upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, dengan memanfaatkan semua potensi Sumber Daya Alam dan kekayaan lainnya. Dengan prioritas pembangunan tersebut Bupati Mandailing Natal dalam ini telah mengeluarkan beberapa izin lokasi. Hasil wawancara penulis kepada Kasubsi PGT Kantor Pertanahan Kabupaten Mandailing Natal, diperoleh beberapa data jumlah hektar masing-masing perusahaan yang telah dikeluarkan izinnya diantaranya; 51 1. PT.Haidir di Batahan, 4000.Ha, 2. PT.MAL di Muara Batanggadis dengan luas izin diperkirakan 6000.Ha. 3. PT.Madina Alam Lestari di Batahan dan Muara Batangadis dengan luas 4000.Ha, 4. PT. Anugrah Langkat Makmur20000.Ha, 5. PT. Agro Bina Mandiri 2000.Ha, 6. PT.Spalar Jaya kartika di lokasi Natal dan Linggabayu 11.500 Ha, 50 Basyral Hamidy Harahap, Madina membangun masyarakat yang Madani, suatu studi perbandingan, Pemda Kab. Madina, Penyabungan, 2004, hal 23 51 Wawancara Kasubsi PGT Kantor Pertanahan Kabupaten Mandailing Natal, Bapak Hidayatsyah, tanggal 25 Maret 2011 Universitas Sumatera Utara 7. PT.Rendi Pratama Raya di Muara Batanggadis 4000.Ha. 8. Koperasi Universitas Sumatera Utara, yang sama sekali tidak dikelola. Usaha perkebunan sudah sejak lama memberikan andil dan menjadi salah satu andalan dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut diyakini masih akan tetap bertahan dimasa-masa mendatang, terutama komoditas perkebunan yang terbukti mampu bertahan di masa-masa krisis seperti sekarang ini. Disamping itu komoditas perkebunan selalu dapat diusahakan dengan tetap menjaga kelestarian sumber daya alam terutama tanah dan air. Sebagai komoditas yang dapat diusahakan secara berkesinambungan produksinya, jenis usaha perkebunan memberikan andil besar dalam penyedian bahan baku induustri dalam negeri serta keperluan pemenuhan ekspor ke manca negara, oleh karenanya secara umum prooyek pembangunan kelapa sawit yang dikelolah oleh PT. MAL yang mengajukan permohonan di tahun 2004 bertujuan : 52 1. Mendaya-gunakan sumberdaya yang ada secara efisien dan efektif yang akan memberikan keuntungan bagi Pemerintah Daerah dan Perusahaan dengan tidak melupakan fungsi sosial kemasyarakatan disekitar lokasi proyek. 2. Membantu pencapaian target ekspor hasil-hasil pertanian sebagai komoditas non migas melalui peningkatan produksi dan perbaikan mutu, di dalamnya terkait pula kepentingan beberapa manfaat yang akan diperoleh seperti perluasan lapangan pekerjaan dan pendatang maupun masyarakat di sekitar lokasi proyek 3. Memberikan pemahaman tekhnologi dan manajemen pengelolaan perkebunan terutama kepada petani disekitar lokasi proyek melalui pembinaan kepada petani, khususnya petani yang mengembangkan tanaman sejenis dengan yang dikembangkan oleh proyek. 4. Menjaga dan melestarikan lingkungan, terutama fungsi tanah, air dan vegetasi. Untuk maksud tersebut maka proyek perkebunan kelapa sawit yang direncanakan 52 Proyek Proposal Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit PT. MAL Universitas Sumatera Utara akan menerapkan tekhnologi tepat guna serta berupaya menghindari akibat- akibat negatif dari proyek, antara lain melakukan rehabilitasi, pengawetan,perencanaan dan pendayagunaan lahan secara optimum. 5. Memberi keuntungan kepada Negara pada umumnya dan Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal serta Propinsi Sumatera Utara pada khususnya melalui pajak dan lainnya. 6. Membantu Pemerintah daerah melakukan penataan lingkungan dan mendorong pola pertanian menetap. Adapun misi PT MAL ini dinyatakan sebagai berikut : 1. Ikut membangun ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dilingkungan kebun PT MAL dan ekonomi masyarakat umumnya. 2. Mendukung pelaksanaan program pemerintah dalam rangka pengentasan kemiskinan dan peningkatan perekonomian rakyat melalui pengembangan pembangunan kebun kelapa sawit di Kecamatan Muara Batang Gadis, Kabupaten Mandailing Natal; 3.. Ikut membangun agribisnis di Mandailing Natal pada umumnya. 4.. Mendukung dan menumbuh kembangkan peran koperasi sebagai pengembang masyarakat perkebunan di pedesaan dan penyelenggara beberapa kegiatan usaha alternatif. Jadi pendirian PT. MAL dalam pemanfaatan lahan perkebunan di di sektor perkebunan adalah sebagai pendukung pertumbuhan perekonomian Nasional dan membantu pemerintah mengurangi pengangguran dalam hal pekerjaan sehingga kesejahteraan masyarakat sekitar berkesinambungan, terutama pada masyarakat desa Sikapas Kecamatan Muara Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal yang berada di sekitar proyek pembangunan Perkebunan Sawit PT. Masina Agrolestari. Universitas Sumatera Utara D. Perolehan Tanah Bagi Kegiatan Perusahaan Pembangunan Perkebunan 1. Perolehan Tanah Menurut Hukum Tanah Nasional

a. Asas-Asas Perolehan Tanah

Penguasaan dan penggunaan tanah oleh siapapun serta untuk keperluan apapun harus ada landasan haknya. Oleh karenanya Undang Undang Pokok Agraria menyediakan berbagai jenis hak atas tanah untuk memenuhi berbagai keperluan 53 Meskipun Undang Undang Pokok Agraria menyediakan berbagai jenis hak atas tanah untuk memenuhi berbagai kebutuhan, haruslah diingat bahwa penguasaan atas tanah-tanah tersebut tidak bersifat mutlak. Pemilikan dan penguasaan tanah oleh . Misalnya saja disediakan tanah dengan status Hak Milik sebagai sarana untuk membangun rumah tinggal bagi Warga Negara Indonesia. Jika di desa, selain untuk bangunan rumah tinggal, tanah Hak Milik juga diperuntukkan bagi pertanian dalam skala kecil. Tanah-tanah dengan status Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai, disediakan sebagai sarana untuk kegiatan usaha kegiatan usaha di bidang pertanian dalam arti luas, disediakan tanah Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai. Di samping untuk kegiatan usaha, tanah dengan status Hak Pakai juga disediakan sebagai sarana untuk membangun rumah tinggal bagi orang asing, kegiatan-kegiatan khusus seperti membangun kantor-kantor instansi pemerintah, rumah ibadah, kantor ataupun rumah tinggal bagi para diplomat asing, dan keperluan-keperluan khusus lainnya, Sebagai sarana untuk membangun sesuatu yang diperlukan bagi kepentingan umum, disediakan tanah dengan status Hak Pengelolaan, bisa juga Hak Pakai. 53 Irene Eka Sihombing, op,cit, hal 53 Universitas Sumatera Utara siapapun dibatasi dengan adanya kepentingan orang lain antar individu, kepentingan bersama, dan kepentingan negara. Sehubungan dengan hal itu, dituntut penguasaan dan penggunaan tanah secara wajar dan bertanggung jawab, di samping bahwa dalam setiap hak atas tanah yang dipunyaai seseorang diletakkan pula kewajiban tertentu. Ada pertanggungjawaban individu terhadap masyarakat melalui terpenuhinya kepentingan bersamakepentingan umum, karena manusia tidak dapat berkembang sepenuhnya apabila berada di luar keanggootaan suatu masyarakat mengenai hal ini lihat juga pasal 6 UUPA. 54 Cara berpikir yang serba berpasangan ini belakangan mulai diperkenalkan di Amerika Serikat. Gregory Alexander dari Cornell University pada tahun 1991 mengemukakan peeemikirannya yang disebut sebagai post-modern dialectic of property, yang beruusaha menepis pandangan individualistic semata dalam hubungan manusia dengan tanah self regarding vision, dengan menawarkan communitarian visio of property sebagai alternatifff. Jika di Amerika Serikat pada tahun 1991 baru diperkenalkan konsep communitarian visio of propert, Hukum Tanah Nasional yang didasarkan pada hukum Adat sudah memperkenaalkan konsepsi komunalistik religius sejak tahun1960, yaitu saat diundangkannya UUPA. Sifat komunalistik religious dari konseepsi hukum Tanah Nasional ditunjukkan oleh Pasal 1 ayat 2 yang menyatakan bahwa seeluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dalam wilayah 54 Sehubungan dengan Pasal 6 UUPA yang menyatakan “semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial” Universitas Sumatera Utara Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah bumi, air dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional. 55 Kalau dalam Hukum Adat tanah Ulayat merupakan tanah bersama warga masyarakat adat yang bersangkutan, dalam rangka Hukum Tanah Nasional semua tanah dalam wilayah Negara kita adalah tanah bersama rakyat Indonesia, yang telah bersatu menjadi bangsa Indonesia. Unsur religius dari konsepsi ini ditunjukkan oleh pernyataan bahwa bumi, air dan ruang angkasa Indonesia termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada Bangsa Indonesia. Dalam rangka Hukum Tanah Nasional, dimungkinkan Warga Negara Indonesia masing-masing menguasai bagian-bagian dari tanah bersama tersebut secara individual, dengan hak-hak atas tanah yang bersifat pribadi, sekaligus mengandung unsur kebersamaan . 56 Tanah dan Pembangunan adalah dua unsur yang satu dengan lainnya berkaitan, Dengan perkataan lain tak ada pembangunan tanpa tanah. Akibat diperlukannya tanah untuk pembangunan, muncul istilah penggusuran. Istilah ini muncul untuk menggambarkan terjadinya penyimpangan perolehan tanah untuk memenuhi berbagai keperluan, termasuk pembangunan, dalam Hukum Tanah Nasional terdapat asas-asas yang berlaku mengenai penguasaaan tanah dan 55 Irene Eka Sihombing, op,cit,hal 55 56 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanannya, Djambatan, Jakarta, 2003, hal 206-207 Universitas Sumatera Utara perlindungan hukum bagi pemegang hak atas tanah. Adapun asas-asas tersebut adalah: 57 1. Bahwa penguasaan dan peggunaan tanah oleh siapapun dan untuk keperluan apapun, harus dilandasi hak atas tanah yang disediakan oleh Hukum Tanah Nasional; 2. Bahwa penguasaan dan penggunaan tanah tanpa ada landasan haknya illegal tidak dibenarkan, bahkan diancam dengan sanksi pidana; 3. Bahwa penguasaan dan penggunaan tanah yang berlandaskan hak yang disediakan Oleh Hukum Tanah Nasional, dilindungi oleh hukum terhadap gangguan-gangguan dari pihak manapun, baik oleh sesama anggota masyarakat maupun oleh pihak penguasa sekalipun, jika gangguan tersebut tidak ada landasan hukumnya. 4. Bahwa oleh Hukum disediakan berbagaisarana hukum untuk menanggulangi gangguan yang ada yaitu: a. Gangguan oleh sesama anggota masyarakat: gugatan perdata melalui Pengadilan Negeri atau meminta perlindungan kepada BupatiWalikotamadya menurut UU no.51 Prp Tahun 1960; b. Gangguan oleh Penguasa: gugatan melalui pengadilan Umum atau Pengadilan Tata Usaha Negara. 5. Bahwa dalam keadaan biasa, diperlukan oleh siapapun dan untuk keperluan apapun juga untuk proyek-proyek kepentingan umum perolehan tanah yang dihaki seseorang harus melalui musyawarah untuk mencapai kesepakatan, baik mengenai penyerahan tanahnya kepada pihak yang memmerlukan maupun mengenai imbalannya yang merupakan hak pemegang hak atas tanah yang bersangkutan untuk menerimanya. 6. Bahwa sehubungan apa yang tersebut di atas, dalam keadaan biasa, untuk memperoleh tanah yang diperlukan tidak dibenarkan adanya paksaan dalam bentuk apapun dan oleh pihak siapapun kepada pemegang haknya, untuk menyerahkan tanah kepunyaannya dan atau menerima imbalan yang tidak disetujuinya, termasuk juga penggunaan lembaga “ penawaran pembayaran yang diikuti dengan konsinyasi pada Pengadilan Negeri” seperti yang diatur dalam pasal 1404 kitab Undang Undang hukum Perdata. 7. Bahwa dalam keadaan yang memaksa, jika tanah yang bersangkutan diperlukan untuk penyelenggaraan kepentingan umum, dan tidak mungkin menggunakan tanah yang lain, sedang musyawarah yang diadakan tidak berhasil memperoleh kesepakatan, dapat dilakukan pengambilan secara paksa, dalam arti tidak memerlukan persetujuan pemegang haknya, dengan menggunakan acara “ pencabutan hak” yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961. 57 Irene Eka Sihombing, op,cit, hal 56-58 Universitas Sumatera Utara 8. Bahwa dalam perolehan atau pengambilan tanah, baik atas dasar kepakatan bersama maupun melalui pencabutan hak, pemegang haknya berhak memperoleh imbalan atau ganti kerugian, yang bukan hanya meliputi tanahnya, bangunan, dan tanaman pemegang hak, melainkan juga kerugian-kerugian lainyang dideritanya sebagai akibat penyerahan tanah yang bersangkutan. 9. Bahwa bentuk dan jumlah imbalan atau ganti kerugian tersebut, juga jika tanahnya diperlukan untuk kepentingan umum dan dilakukan pencabutan hak, haruslah sedemikian rupa, hingga bekas pemegang haknya tidak mengalami kemunduran, baik dalam bidang sosial maupun tingkat ekonominya. Apabila asas-asas perolehan tanah ini ditaati, maka seharusnya kegiatan perolehan tanah untuk berbagai kegiatan termasuk pembangunan dapat berjalan dengan baik.

b. Tata Cara Perolehan Tanah

Hukum tanah nasional menyebutkan berbagai jenis perolehan tanah, yaitu: 1. Primer a. Pembukaan hutan; b. Pemberian hak baru oleh negara. 2. Sekunder a. Pewarisan; b. Pemindahan hak; c. Pemberian hak baru oleh pemilik tanah. 3. Perubahan hak; 4. Hapusnya hak: a. Jangka waktu berakhir; b. Pelepasanpembebasan hak; c. Pembatalan hak; Universitas Sumatera Utara d. Pencabutan hak. Sehubungan dengan hal tersebut dalam Hukum Tanah Nasional disediakan berbagai cara perolehan tanah yang diperlukan, yang ketentuan-ketentuannya disusun dalam suatu system, yang didasarkan atas kenyataan status tanah yang tersedia: 1. Tanah Negara 2. Tanah Hak Hak Milik, Hak GunanUsaha, Hak Guna bangunan, Hak pakai. Apabila yang tersedia tanah hak, apakah; a. Pemegang hak atas tanahnya bersedia menyerahkan atau memindahkan hak atas tanahnya; b. Apabila pemegang haknya bersedia menyerahkan atau memindahkan haknya, apakah pihak yang memerlukan tanah tersebut calon peeemegaang hak: 1 Memenuhi syarat untuk menjadi pemegang hak atas tanah yang bersangkutan, ataukah 2 Tidak memenuhi syarat untuk menjadi pemegang hak atas tanah yang bersangkutan c. Pemegang hak atas tanahnya tidak bersedia menyerahkan atau memindahkan hak atas tanahnya. 3. Tanah Hak Pengelolaan. Berdasarkan kriteria tersebut disusun sistem perolehan tanah baik untuk keperluan pribadi, bisnisusaha, maupun kegiatan khusus ataupun kepentingan umum. Untuk menentukan tata cara perolehan tanah yang disediakan dalam Hukum Tanah Nasional, terlebih dahulu perlu memperhatikan beberapa hal yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Proyeknya, yaitu apa yang dikembangkandibangun di atas tanah yang di peroleh. Tanah yang tersedia itu akan digunakan untuk keperluan pribadi, kegiatan usaha bisnis, atau keperluan khusus lainnya. 2. Lokasinya, yaitu letak proyek yang bersangkutan, Untuk itu perlu diketahui terlebih dahulu Rencana Tata Ruang Wilayah Kota. Apabila untuk keperluan bisnisproyek trtentu perlu dimohon ijin Prinsip dan ijin Lokasi peraturan Menteri Negara AgrariaKepala BPN No. 21999 Tentang Ijin Lokasi. 3. Tanah yang tersedia, yaitu segi fisik dan segi yuridisnya. Perlu dianalisis data fisik dan data yuridis bidang tanah yang ditawarkan atau akan diperoleh berdasarkan dokumen kepemilikannya, yaitu: a. Segi fisik tanah Letaknya, batas-batasnya dan luasnya. Apabila telah bersertipikat, data fisik dapat dibaca pada Surat Ukur yang memuat keterangan tentang data fisiknya. b. Segi yuridisnya 1. Jenis haknya 2. Pemegang haknya 3. Hak-hak pihak ketiga, apabila dibebani Hak Tanggungan, bararti sebagai jaminan pelunasan kredit yang diperoleh dari Bank tertentu. Atau dibebani dengan hak atas tanah HGB, Hak pakai atau Hak Sewa yang diberikan di atas tanah Hak Milik. Universitas Sumatera Utara 4. Terjadinya pewarisan karena hukum dikuasai oleh para ahli waris pemegang hak 5. Perbuatan hukum yang terjadi, misalnya diperoleh melalui jual beli, hibah, tukar menukar, atau bentuk pemindahan hak lainnya. Data yuridis dapat dibaca pada Salinan Buku Tanah, yang merupakan bagian Sertipikat. 4. Kesediaan pemegang hak melepaskan hak atas tanahnya; 5. Status hukum calon pemegang hak atas tanah.

2. Perolehan Lahan Perkebunan yang dilakukan oleh PT. Madina Agrolestari