langsung memeriksakan diri ke dokter apabila terdapat keluhan pada kesehatannya. Sehingga pada penelitian ini, lebih banyak pasien rinosinusitis dengan tingkat
pendidikan Sarjana yang tercatat di rekam medis RSUP. Haji. Adam Malik medan pada tahun 2010.
5.2.5 Distribusi penderita rinosinusitis berdasarkan keluhan utama
Keluhan utama yang paling banyak didapatkan pada penelitian ini yaitu
keluhan hidung tersumbat sebanyak 65 orang 67,7. Hal tersebut sejalan
dengan
penelitian case series Kurnia 2002 terhadap 40 penderita rinosinusitis di RSUP H. Adam Malik, Medan bahwa terdapat keluhan utama rinosinusitis yang
terbanyak adalah hidung tersumbat dengan 38 penderita 95.
Penelitian case series yang dilakukan oleh Multazar 2008 juga menunjukkan bahwa
proporsi keluhan utama terbanyak pada penderita rinosinusitis adalah hidung tersumbat
sebesar 75,3. Penelitian case series oleh Frisdiana 2010 di RS. Santa Elisabeth Medan
pada tahun 2006-2010 juga didapati bahwa keluhan utama yang paling banyak ditemukan adalah hidung tersumbat yaitu 63,7.
Hidung tersumbat terjadi karena adanya proses inflamasi, baik karena infeksi sebelum terjadi rinosinusitis ataupun sebagai infeksi sekunder dari rinosinusitis.
Bila terinfeksi organ-organ yang membentuk KOM mengalami oedem, sehingga
mukosa yang berhadapan akan saling bertemu. Hal ini menyebabkan silia tidak dapat bergerak dan juga menyebabkan tersumbatnya ostium sehingga terjadi
penghambatan drainase sinus. Bila tidak sembuh maka sekret yang tertumpuk dalam sinus ini akan menjadi media yang baik untuk tumbuh dan multiplikasi
bakteri dan dapat menyebabkan infeksi sekunder. Casiano,1999; Mangunkusumo E, 2007; Meltzer, 2011
Penyebab lain hidung tersumbat bisa dikarenakan oleh deviasi septum, hipertrofi konka, polip kavum nasi, tumor hidung. Ballenger, 1994
5.2.6 Distribusi proporsi pasien rinosinusitis berdasarkan lokasi
Pada penelitian ini didapatkan bahwa yang menderita rinosinusitis maksilaris merupakan yang terbanyak yang diderita yaitu sebanyak 62 orang
Universitas Sumatera Utara
64,6. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Sogebi 2008 yang menyatakan bahwa sinus maksilaris merupakan lokasi sinus yang paling banyak mendapatkan
kelainan yaitu sebanyak 70,51, sedangkan sinus sfenoidalis merupakan lokasi sinus yang paling jarang terdapat kelainan yaitu 0.
Penelitian case series
oleh Frisdiana 2010 di RS. Santa Elisabeth Medan pada tahun 2006-2010 bahwa rinosinusitis maksilaris merupakan yang paling banyak
diderita oleh pasien yaitu sebesar 94,1. Mangunkusumo
2007 menyatakan bahwa sinus yang paling sering terkena rinosinusitis adalah sinus etmoid dan maksila.
Sinus maksila merupakan sinus yang paling sering terinfeksi, oleh karena merupakan sinus paranasal yang terbesar dan letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar
sinus. Selain itu dasar sinus maksila adalah dasar akar gigi sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis maksila Ballenger, 1997
5.2.7 Distribusi penderita rinosinusitis berdasarkan jumlah sinus yang terlibat