64,6. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Sogebi 2008 yang menyatakan bahwa sinus maksilaris merupakan lokasi sinus yang paling banyak mendapatkan
kelainan yaitu sebanyak 70,51, sedangkan sinus sfenoidalis merupakan lokasi sinus yang paling jarang terdapat kelainan yaitu 0.
Penelitian case series
oleh Frisdiana 2010 di RS. Santa Elisabeth Medan pada tahun 2006-2010 bahwa rinosinusitis maksilaris merupakan yang paling banyak
diderita oleh pasien yaitu sebesar 94,1. Mangunkusumo
2007 menyatakan bahwa sinus yang paling sering terkena rinosinusitis adalah sinus etmoid dan maksila.
Sinus maksila merupakan sinus yang paling sering terinfeksi, oleh karena merupakan sinus paranasal yang terbesar dan letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar
sinus. Selain itu dasar sinus maksila adalah dasar akar gigi sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis maksila Ballenger, 1997
5.2.7 Distribusi penderita rinosinusitis berdasarkan jumlah sinus yang terlibat
Single rinosinusitis merupakan yang paling banyak diderita oleh pasien- pasien yang datang ke RSUP Haji Adam Malik Medan yaitu sebanyak 64 orang
66,7 lalu diikuti dengan Multisinusitis dengan 28 orang 29,2 dan Pansinusitis yaitu 4 orang 4,2.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian oleh Ogunleye 1999 yang menyatakan di Ibadan, Nigeria, berdasarkan studi retrospektif pada 90 pasien,
didapatkan bahwa yang menderita single rinosinusitis yaitu sekitar 56, multisinusitis 16 dan pansinusitis yaitu 29.
Sogebi 2008 juga menyatakan bahwa sebanyak 73,08 subjek pada penelitiannya menderita single rinosinusitis, 21,79 multisinusitis dan 5,13
pansinusitis. Penelitian yang dilakukan Multazar 2008, juga menyatakan bahwa yang
paling banyak terlibat adalah single rinosinusitis sebesar 87,8 dan paling rendah adalah pansinusitis sebesar 0,4.
Pada penelitian ini yang paling banyak ditemukan adalah single maksilaris yaitu sebanyak 62 orang 64,6. Hal tersebut dikarenakan rongga sinus maksilaris
Universitas Sumatera Utara
merupakan yang terbesar dan letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar sinus. Sehingga hal tersebut menyebabkan sinus maksilaris lebih berpotensi untuk terkena infeksi
dibandingkan organ sinus yang lain.
5.2.8 Distribusi penderita rinosinusitis berdasarkan lama penyakit
Penderita rinosinusitis kronis merupakan yang terbanyak yang diderita oleh pasien di RSUP. Haji Adam Malik pada tahun 2010 dengan pasien sebanyak
75 orang 78,1 sedangkan penderita rinosinusitis akut diderita oleh pasien yaitu sebanyak 9 orang 9,4. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Ogunleye 1999 dalam penelitiannya di Ibadan, Nigeria, bahwa terdapat sekitar 93 pasien rinosinusitis kronis sedangkan hanya 7 pasien rinosinusitis akut.
Namun hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang diadakan di Jerman pada tahun 2001, bahwa angka kejadian rinosinusitis akut sebesar 6,3 juta
orang sedangkan angka kejadian rinosinusitis kronis sebesar 2,6 juta orang. Adanya perbedaan tersebut dapat terjadi dikarenakan gejala Rinosinusitis
akut dianggap gejala yang biasa karena waktu pada saat muncul gejalanya hanya sebentar sehingga orang awam lebih banyak menanggap hal tersebut bukan
merupakan suatu masalah yang berarti dan tidak datang berobat ke rumah sakit.
5.2.9 Distribusi penderita rinosinusitis berdasarkan komplikasi