1994 juga mengatakan bahwa rinosinusitis kronis lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.
Penelitian yang dilakukan oleh Lindbaek 1997 di Norwegia menyatakan bahwa dari 1.053 subjek yang didiagnosa menderita rinosinusitis, didapatkan
bahwa perempuan sebanyak 69 sedangkan laki-laki sebanyak 31. Varonen 2003 pada penelitiannya menyatakan bahwa dari total 150
pasien rinosinusitis yang dimasukkan kedalam penelitiannya, terdapat 105 perempuan 70 dan 45 laki-laki 30.
Chen 2009 dalam penelitiannya di Kanada menyatakan bahwa dari 73.364 subjek rinosinusitis yang diteliti, didapatkan prevalensi rinosinusitis
tertinggi pada wanita yaitu sebesar 5,7 sedangkan laki-laki yaitu 3,4. Manor 2010 dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa dari 137
pasien rinosinusitis, terdapat bahwa perempuan sebanyak 83 orang sedangkan laki-laki 54 orang.
Penelitian secara case series oleh Multazar 2008 juga menyatakan bahwa
proporsi penderita rinosinusitis lebih banyak dijumpai pada jenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 57,09 sedangkan laki-laki sebanyak 42,91
.
Banyaknya penderita rinosinusitis perempuan pada penelitian ini kemungkinan karena perempuan lebih peduli dengan keluhan sakit sehingga
perempuan yang lebih banyak dan lebih cepat berobat ke rumah sakit. Selain itu
European Position Paper on Rinosinusitis and Nasal Polyps pada tahun 2007
menyatakan beberapa teori bahwa adanya efek hormonal dari estrogen, progesteron dan placental growth hormon pada mukosa nasal dan pembuluh darah. Philpott
2008 dalam penelitiannya menyatakan bahwa dari 25 orang pasien wanita yang menderita rhinitis, sebanyak 24 orang ditemukan adanya estrogen pada biopsi nasal
pasien tersebut.
5.2.3 Distribusi penderita rinosinusitis berdasarkan pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
Pada penelitian ini ditemukan bahwa jumlah sampel dengan pekerjaan
sebagai ibu rumah tangga merupakan yang terbanyak yang dijumpai yaitu 21 orang 21,9.
Hal tersebut mungkin disebabkan karena Ibu Rumah Tangga sering dihadapkan kepada pekerjaan-pekerjaan rumah tangga seperti sering terpapar asap
atau debu yang dapat memacu terjadinya aeroalergen yang akhirnya dapat meningkatkan kejadian rinosinusitis. Ibu rumah tangga juga mempunyai lebih banyak
waktu yang fleksibel sehingga frekwensi ibu rumah tangga untuk berobat ke dokter lebih sering. Selain itu adanya penelitian-penelitian lain yang menyatakan bahwa
rinosinusitis memang lebih banyak diderita oleh perempuan dibandingkan laki-laki. Pada penelitian saya ditemukan bahwa rinosinusitis juga banyak diderita oleh
pekerja baik sebagai pegawai negeri, pegawai swasta, wiraswasta, petani, nelayan dan tukang yaitu sebanyak 51 orang. Hal tersebut sejalan dengan penelitian case series
oleh Pujiwati 2006 terhadap 80 orang pekerja, dimana yang menderita rinosinusitis akibat kerja sebanyak 35 orang 43,8.
Tingginya kejadian rinosinusitis pada pekerja mungkin dapat diakibatkan oleh terpaparnya polutan atau zat-zat iritan yang berpotensi untuk terjadinya rinosinusitis.
Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Mangunkusumo 2007, bahwa
apabila terpapar terus menerus oleh lingkungan yang berpolusi, udara dingin dan kering
serta kebiasaan merokok yang lama, hal tersebut akan menyebabkan perubahan
mukosa dan merusak silia.
5.2.4 Distribusi penderita rinosinusitis berdasarkan tingkat pendidikan
Pada penelitian ini, pasien dengan tingkat pendidikan sarjana lebih banyak menderita rinosinusitis yaitu sebanyak 34 orang 35,4. Sedangkan pasien yang
belum tamat SD merupakan yang paling sedikit menderita rinosinusitis yaitu 2 orang 2,1. Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian Pujiwati 2006, bahwa
terdapat sekitar 82,5 penderita rinosinusitis terdapat pada pasien dengan pendidikan sedang SMA, pendidikan rendah SD dan SMP sekitar 13,8 dan
pendidikan tinggi Sarjana sekitar 3,8.
Hal tersebut mungkin dapat terjadi dikarenakan pasien dengan tingkat pendidikan SMA atau Sarjana biasanya lebih peduli pada kesehatannya dan juga
Universitas Sumatera Utara
langsung memeriksakan diri ke dokter apabila terdapat keluhan pada kesehatannya. Sehingga pada penelitian ini, lebih banyak pasien rinosinusitis dengan tingkat
pendidikan Sarjana yang tercatat di rekam medis RSUP. Haji. Adam Malik medan pada tahun 2010.
5.2.5 Distribusi penderita rinosinusitis berdasarkan keluhan utama