14
di dalam perspektif otonomi daerah dan desentralisasi, 2 aspek kelembagaan, yang
terkait dengan kerjasama dan peran yang dimainkan dari institusi-institusi yang terlibat
dalam pembangunan dan pengelolaan KEK, baik pemerintah maupun swasta, 3 aspek
pembangunan dalam KEK, yang mencakup pendanaan dan pengembangan infrastruktur
dalam kawasan dan akses ke kawasan, 4 aspek penyelenggaraan KEK, yang terkait dengan
kebijakan mengenai insentif iskal maupun non-iskal yang ditawarkan bagi pelaku usaha
dalam kawasan, serta 5 pelajaran yang dapat diambil dari pengalaman pengembangan KEK
di Indonesia di masa lalu, maupun pengalaman sukses KEK di negara lain.
Untuk menyampaikan maksud tersebut, laporan ini akan dibagi ke dalam enam
bagian. Bagian pertama akan memberikan sejumlah tinjauan literatur mengenai latar
belakang dan sejarah pengembangan sejumlah kawasan strategis di dunia. Bagian kedua
akan menjelaskan tentang sejumlah inisiatif pemerintah Indonesia untuk mengembangkan
kawasan strategis di masa lalu. Bagian ketiga akan membahas mengenai strategi promosi
ekspor yang dilakukan pemerintah Indonesia, antara lain dengan mengembangkan Kawasan
Berikat serta Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas KPBPB, terutama di Pulau
Batam. Selain menceritakan latar belakang sejarah implementasi strategi tersebut, bagian
ini akan menganalisis apakah pengembangan KB dan KPBPB telah berhasil mencapai tujuan
mula-mula
untuk meningkatkan
ekspor Indonesia yang berdaya saing tinggi.
Bagian keempat
akan menjelaskan
mengenai pengembangan KEK di Indonesia, mulai dari latar belakang dan tujuan pendirian,
kerangka regulasi, kerangka kelembagaan, serta sejumlah fasilitas yang ditawarkan bagi
pelaku usaha dalam KEK. Bagian ini juga akan melakukan analisis mengenai sejumlah isu
dan tantangan kunci dalam pengembangan KEK di Indonesia serta menawarkan beberapa
alternatif solusi
untuk masing-masing
tantangan. Bagian kelima akan memberikan kisah sukses pengembangan beberapa KEK
di negara lain, yaitu China dan India, dalam mendorong peningkatan investasi dan ekspor,
serta
pembangunan ekonomi
nasional. Akhirnya, bagian keenam akan menyimpulkan
hasil studi ini serta menawarkan rekomendasi bagi pemerintah dalam usaha pengembangan
KEK di Indonesia.
1.2. MeMahaMi Kawasan eKonoMi Khusus
Istilah ‘Kawasan Ekonomi Khusus’ memiliki arti yang cukup luas sebab dapat digunakan
untuk menjelaskan berbagai jenis zona komersial. Pabrik-pabrik di Maquiladora,
Meksiko, dan seluruh kota Shenzhen merupakan KEK, meskipun memiliki perbedaan pada
struktur dan ukuran. Istilah ini sudah cukup banyak diketahui sebagai iterasi modern dari
zona komerasial bebas, yang mana pertama kali berdiri pada tahun 1959 di Shannon, Irlandia.
Menurut World Bank, KEK dalam segala bentuknya terdiri atas, sedikitnya, area
yang secara geograis dibatasi dengan area kepabeanan yang terpisah, dibawahi
oleh sebuah badan pengatur, dan di mana manfaatnya dapat dirasakan oleh mereka yang
berlokasi di dalam kawasan Akinci Crittle, 2008. Dengan kata lain, KEK adalah sebuah
zona di mana pemerintah berharap untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui
peningkatan ekspor dan investasi dengan menyediakan berbagai keunggulan kompetitif
bagi entitas yang memilih untuk berlokasi di dalam zona.
Terdapat tiga jenis KEK yang berbeda-beda: Kawasan Perdagangan Bebas Free Trade Zone,
FTZ, Kawasan Pengolahan Ekspor Export Processing Zones
, EPZ, dan Kawasan Pelabuhan
15
KAWASAN EKONOMI KHUSUS DAN STRATEGIS DI INDONESIA
Bebas Freeports. Perlu diingat bahwa dari sekian banyak literatur yang membahas topik
ini, istilah-istilah tersebut digunakan silih berganti dengan KEK. Meskipun demikian,
nama-nama tersebut menjelaskan sedikit perbedaan yang terletak pada tujuan serta dan
ekspektasi hasil dari setiap zona.
Zona Perdagangan Bebas, yang juga diketahui sebagai Zona Komersial Bebas, adalah sebuah
KEK yang paling banyak berlokasi di pelabuhan global. Zona ini dirancang untuk menyokong
perdagangan, pengiriman, dan ekspor dengan menyediakan area bebas pajak, dan fasilitas
seperti penyimpanan, pergudangan, dan lain- lain. Singapura, sebagai contoh, memiliki enam
Zona Perdagangan Bebas di area pelabuhannya di mana barang-barang dapat disimpan
dan bebas dari biaya, dan di mana prosedur kepabeanan sudah mengalami penyederhanaan
untuk barang-barang yang memasuki atau melewati Singapura.
Zona Pengolahan Ekspor EPZ, sesuai dengan namanya, dirancang untuk mempromosikan
dan memfasilitasi ekspor. Dalam EPZ yang biasa, seluruh zona dialokasikan untuk perusahaan
yang berkaitan dengan ekspor. Zona-zona ini dapat disebut sebagai Kawasan Industri yang
mengindikasikan bahwa mereka dirancang untuk
mempromosikan kegiatan-kegiatan
industri, baik ekspor maupun impor. Kawasan Industri Lat Krabang di Thailand merupakan
salah satu contoh EPZ bentuk baru ini.
Terakhir, Freeports adalah sebuah zona yang lebih besar yang mengakomodasi seluruh jenis
kegiatan, bertentangan dengan model KEK yang hanya menekankan pada ekspor dan kegiatan
yang berkaitan dengan perdagangan lainnya, atau kegiatan yang berpusat pada manufaktur
dan industri produksi. Sama seperti KEK lainnya, Freeports membantu kegiatan yang berkaitan
dengan perdagangan, atau kegiatan manufaktur, tetapi Freeports dapat mempromosikan
turisme, ritel, memperbolehkan masyarakat tinggal secara permanen di dalam zona.
Manfaat serta insentif yang disediakan dalam Freeports tentunya lebih beragam. China
dikenal dengan keberhasilannya menciptakan beberapa Freeports, seperti Kawasan Ekonomi
Khusus Shenzhen. Sementara itu, Batam yang berlokasi di Indonesia, sebuah KEK yang lebih
kecil jika dibandingkan dengan Shenzhen, termasuk kategori KEK jenis ini.
1.3. alasan PeMBentuKan Kawasan eKonoMi Khusus
Dalam semua bentuknya, KEK merupakan sebuah konsekuensi logis pada sebuah era di
mana banyak negara mengimplementasikan kebijakan pertumbuhan yang diarahkan melalui
ekspor. Meskipun demikian, berdasarkan teori ekonomi neoklasik, KEK masih dianggap
sebagai kebijakan terbaik kedua second-best policy
karena, meskipun lebih disukai karena kebijakannya yang protektif, KEK membutuhkan
subsidi sebagai bentuk beneit dan insentif yang
ditawarkan kepada perusahaan, industri, dan investor Cling Letilly, 2001.
Secara umum, dapat dikatakan bahwa KEK merupakan bagian utama dan terpenting
dari kerangka kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui ekspansi industri
ekspor. Alasan dari penerapan kebijakan ini adalah KEK dapat menciptakan industri yang
kompetitif dalam sebuah negara. Industri ini kemudian dapat meluas dan bervariasi. KEK juga
bisa diterapkan sebagai lokasi untuk melakukan eksperimen kebijakan baru yang bersifat pasar
bebas free-market, di mana jika berhasil bisa dijadikan sebagai referensi kebijakan di
daerah lain.
Kedua, KEK sering digunakan sebagai alat untuk mendorong aktivitas ketenagakerjaan.
Banyak dari KEK yang diarahkan untuk menarik industri padat karya. Hal ini dilakukan dengan
menjaga ketersediaan tenaga kerja tidak terampil unskilled labor dengan upah rendah.