Pembangunan infrastruktur isu dan tantangan PengeMBangan KeK di indonesia
61
KAWASAN EKONOMI KHUSUS DAN STRATEGIS DI INDONESIA
Akibatnya, pembangunan
infrastruktur untuk mendukung pembangunan KEK lebih
menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. Tabel 4.6
memberikan gambaran berbagai infrastruktur
yang direncanakan
untuk menunjang perkembangan KEK di delapan
lokasi yang sedang dipersiapkan. Berbagai infrastruktur tersebut akan membutuhkan
pembiayaan yang tinggi. Untuk pembangunan jalur KA Sei Mangkei-Kuala Tanjung, misalnya,
membutuhkan dana sekitar Rp 540 miliar, sementara pembangunan tol Manado-Bitung
diperkirakan membutuhkan dana lebih dari Rp 4 triliun. Hanya sebagian kecil dari biaya tersebut
yang akan disediakan oleh pemerintah daerah
6
.
6 untuk kasus jalan tol Manado-Bitung, pemerintah propinsi Sulawesi utara menyediakan anggaran untuk pembebasan
lahan yang besarannya mencapai Rp 150 miliar.
TABEL 4.6. PRoYEK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG KAWASAN EKoNoMI KHUSUS
Nama KEK Sei Mangkei
Tanjung Lesung
Maloy Batuta Trans Kalimantan
Bitung
Tanjung Api-api
Mandalika
Palu
Morotai
on progressdalam rencana Integrasi Moda Transportasi Darat
Akses Jalan, Kereta Api, Dry Port
Jalan, Tol, Kereta Api, dan Jalur Angkutan
Sungai Danau dan Penyebrangan ASDP
Akses Jalan Akses Jalan, Jalan Tol,
Penyebrangan, dan Kereta Api
Akses Jalan dan Kereta Api
Akses Jalan
Akses Jalan
Akses Jalan Transportasi Laut
Pelabuhan Kuala Tanjung
Pelabuhan Tanjung Priok
Pelabuhan Maloy Internasional
Pelabuhan Hub Internasional
Bitung Pelabuhan Tanjung
Api-Api Pelabuhan Lembar
Baru dan Akses Ferry
Pelabuhan Pantoloan dan Pelabuhan
Penyebrangan Taipa Pelabuhan Daruba
dan Wayabula Transportasi udara
Bandara Banda Kualanamu
Bandara Banten Selatan
- Bandara
Samratulangi Bandara Sultan
Mahmud Badaruddin II
Bandara Internasional
Lombok Bandara Mutiara Sis
Aljufri Palu Bandara Pitu
Morotai Leo Watimmena
Energi PL Biomass Kelapa
Sawit dan PLTU PLTU
PLTU PLTD, PLT
Geothermal, dan PLTU
PLTU dan PLTS
PLTU dan PLTD
PLTU, PLTA, dan PLTD
PLTS dan PLTD
Sumber: Kementerian Perhubungan
62
TABEL 4.7. PRoYEK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG KAWASAN INDUSTRI DI LUAR JAWA
Sumber: Kementerian Perindustrian
Isu kedua yang erat kaitannya dengan isu pertama ialah keterbatasan dana yang tersedia
untuk membangun prasarana dan sarana bahkan dihadapi pula oleh pemerintah pusat.
Tabel 4.7
memberikan gambaran besaran dana yang diperlukan untuk membangun
infrastruktur pendukung di beberapa kawasan industri yang sedang dipromosikan oleh
pemerintah
7
. Wilayah yang terpencil seperti Morotai akan membutuhkan dana yang besar
7 Di samping program KEK, Pemerintahan Presiden joko widodo juga mempromosikan program untuk membangun 14
kawasan industri di berbagai wilayah, di mana sebagian besar berada di kawasan ekonomi khusus, seperti KEK Sei Mangkei
dan KEK Bitung.
Bandara
Jalan
Kereta Api
Pembangkit Listrik
Pelabuhan
Sumber Daya Air Total
Jenis Infrastruktur Nilai Investasi Sejumlah Proyek Strategis
dalam Rp triliun 8.200,00
8.079,74
10.085,00
10.477,06
17.664,00
939,00 55.444,80
• Pengembangan Bandara mutiara Palu • Pengembangan Bandara Eltari Kupang
• Pengembangan Bandara Halu oleo Kendari • Pengembangan Bandara Sam Ratulangi manado
• Pengembangan Bandara Syamsuddin Noor Banjarmasin • Jalan Lingkar Batulicin
• Jalan Palu-Parigi • Jalan Lingkar Kupang
• Jalan Susumuk-Bintuni • Jalur KA manado-Bitung
• Jalur KA Sei mangkei-Bandar Tinggi-Kuala Tanjung • Jalur KA Pasoso-Tanjung Priok
• Pembangunan DDT dan Elektriikasi manggarai-Bekasi-cikarang • Lingkar Luar Kereta Api
• PLTu Kualatanjung, Asahan 3, Pangkalan Susu • PLTu Palu
• PLTA Poso • PLTmG morowali
• PLTu NTT-2 • PLTu Ketapang FTP2
• PLTGmG Pontianak Peaker • PLTu Bengkayang, Parit Baru, Pulau Pisau
• PLTA Konawe • PLTAmH morowali, Bantaeng
• PLTGu Tangguh • Pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung
• Pengembangan Pelabuhan Tanjung Perak • Pengembangan Pelabuhan Pontianak
• Pengembangan Pelabuhan Bitung • Pengembangan Pelabuhan makassar
• Pengembangan Pelabuhan Banjarmasin • Pengembangan Pelabuhan Kupang
• Pengembangan Pelabuhan Halmahera
63
KAWASAN EKONOMI KHUSUS DAN STRATEGIS DI INDONESIA
untuk membangun berbagai prasarana seperti listrik, pelabuhan, lapangan terbang, jalan,
telekomunikasi, dan sebagainya.
Biaya per unit untuk membanguan dan mengelola infrastruktur di daerah terpencil
dengan kepadatan penduduk yang rendah seperti ini diperkirakan akan lebih tinggi
daripada di daerah lain. Kondisi ini diperparah oleh karakteristik Indonesia sebagai negara
kepulauan. Tidak mungkin, misalnya, untuk menghubungkan setiap pulau dengan jaringan
listrik nasional.
Ada wacana untuk melibatkan pihak swasta di dalam pembanguan infrastruktur
melalui pola Kerjasama Pemerintah dan Swasta KPS, tetapi sampai saat ini belum
ada kepastian terkait kerangka peraturan. Memang ada kegiatan usaha yang pihak swasta
enggan masuk karena dari sudut bisnis tidak menguntungkan sehingga selama ini manjadi
monopoli perusahaan milik pemerintah. Dalam skema KPS yang dicanangkan, penyertaan
modal oleh pihak swasta mungkin untuk dilakukan sehingga diharapkan bisa mengatasi
keterbatasan modal pemerintah, khususnya untuk pembangunan infrastruktur. Masih harus
ditunggu kapan wacana ini bisa diwujudkan.
Isu atau tantangan lain yang perlu diwaspadai ialah yang menyangkut lemahnya
koordinasi antara pihak-pihak yang terlibat di dalam pekerjaan pembangunan infrastruktur
tersebut. Untuk mengatasi masalah ini, tampaknya tidak semudah dengan yang
mungkin dibayangkan oleh banyak orang. Ini bisa dilihat dari pengalaman KEK Sei mangkei.
Pembangunan jalur kereta api sepanjang 2,95 km dari Sei Mangkei ke jalur yang sudah ada masih
tersendat karena PT KAI yang bertanggung jawab untuk membangun rel tersebut belum
melakukannya. Demikian pula dengan PT PLN yang diharapkan menyediakan listrik untuk KEK
dianggap gagal unuk memenuhi kewajibannya sesuai waktu. Sebagai akibatnya, perusahaan
Unilever yang sedang membangun pabriknya di sana harus mempergunakan pembangkit
listrik sendiri. Lazimnya jika ada dua pihak yang membuat
perjanjian kerja, khususnya jika kedua belah pihak tersebut adalah badan swasta, hak
dan kewajiban masing-masing pihak telah ditetapkan dalam perjanjian tersebut. Jika
ada salah satu pihak yang ingkar, maka pihak tersebut bisa digugat accountable oleh pihak
lain yang merasa dirugikan. Di Sei Mangkei, hal ini tidak terjadi, mungkin karena semua pihak
yang terlibat adalah badan milik negara. oleh karena itu, tampaknya tidak ada mekanisme
yang bisa dipergunakan oleh pihak BUP Sei Mangkei yang merasa dirugikan untuk
menggugat PT KAI dan PT PLN yang dianggap gagal memenuhi komitmen mereka.