Proses Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi PKO Penentuan Kualitas Minyak .1 Kadar Minyak

Untuk memisahkan biji sawit dari hasil lumatan TBS, maka perlu pengadukan 25 – 30 menit. Setelah lumatan buah bersih dari biji sawit dilakukan pemerasan untuk mengambil minyak dari masa adukan. f. Pemurnian dan Penjernihan Minyak Sawit Minyak sawit yang keluar dai tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikel – pertikel dari temperung dan serabut serta 40 – 45 air. Minyak sawit yang masih kasar kemudian dialirkan ke tangki minyak kasar Crude Oil Tank. Dan setelah melalui pemurnian atau klarifikasi yang bertahap, maka akan dihasilkan minyak sawit mentah Crude Palm Oil . Proses penjernihan dilakukan untuk menurunkan kandungan air didalam minyak. Minyak ini dapat ditampung ditangki – tangki penampungan dan siap dipasarkan atau mengalami pengolahan minyak sawit murni.

2.5 Proses Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi PKO

Biji sawit yang telah dipisahkan pada poses pengadukan, diolah lebih lanjut untuk diambil minyaknya. Sebelum dipecah, biji – biji dikeringkan dalam silo, minimal 14 jam dengan sirkulasi udara kering pada 50 o C. Akibat proses penegringan ini, inti sawit akan mengerut sehingga memudahkan pemisahan inti sawit dari temperungnya. Biji – biji sawit yang sudah kering kemudian dibawa ke alat pemecah biji. Pemisahan inti dari tempurung berdasarkan perbedaan berat jenis BJ antara inti sawit dan tempurung. Dalam hal ini, inti dan tempurung dipisahkan oleh aliran air yang diputar dalam sebuah tabung. Atau dapat juga dengan mengapungkan biji – biji yang telah pecah dalam larutan lempung yang mempunyai BJ 1,16. Dalam keadaan ini inti akan terpisah dengan tempurung, inti Universitas Sumatera Utara sawit mengapung sedangkan tempurungnya tenggelam. Proses selanjutnya adalah pencucian inti sawit dan tempurung sampai bersih. Untuk menghindari kerusakan akibat mikroorganisme, maka inti sawit harus segera dikeringkan dengan suhu 80 o C. Setelah kering, inti sawit dapat dipak atau diolah lebih lanjut yaitu ekstraksi sehingga dihasilkan minyak inti sawit Palm Kernal Oil,PKO. Hasil samping pengolahan minyak inti sawit adalah bungkil inti sawit Palm Ker nel Expeller yang dimanfaatkan untuk pakan ternak. Sedangkan tempurung dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar, sebagai pengeras jalan atau dibuat arang dalam industri bakar aktif.

2.6 Standart Mutu Hasil jadi yang diuji adalah minyak sawit dan inti sawit.

2.6.1 Mutu Minyak Sawit

Mutu minyak sawit yang diperiksa adalah minyak produksi dan minyak yang dikirim. Minyak produksi diambil dari pipa sewaktu pemompaan ke tangki timbun. Sedangkan minyak yang dikirim diambil dari bagian tengah setiap tangki angkut untuk setiap pengiriman. Ada beberapa faktor yang menentukan Standart mutu pada kualitas minyak sawit yaitu kadar asam lemak bebas, kadar air, penentuan dobi dan β- karoten, bilangan iodine value IV. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2 Standart Mutu Minyak Sawit Kandungan SPB Asam lemak bebas 1-2 Kadar air 0,1 Kotoran 0,002 Besi p.p.m 10 Tembaga p.p.m 0,5 Bilangan iod 53 ± 1,5 Karotene p.p.m 500 Tokoferol p.p.m 800 Sumber : Kataren,1986

2.6.2 Mutu Inti Sawit

Mutu inti sawit yang diperiksa adalah inti produksi pada waktu penggonian. Contoh diambil dari setiap goni pada waktu sedang mengisi goni yang kemudian menjadi contoh harian setiap dinas gilir. Data yang diperlukan adalah air, kotoran, inti pecah, kadar minyak, dan asam lemak bebas. Kadar kotoran dalam inti sawit sedikit banyaknya ada hubungannya dengan kehilanagn inti dalam cangkang. Kehilangan inti yang tinggi disertai dengan kotoran inti yang rendah, namun bisa juga keduanya sama – sama tinggi. Dalam hal demikian perlu memeriksa pemeraman biji, putaran pemecah dan lain – lain. Pengujian asam lemak bebas pada waktu pengiriman juga perlu untuk memeriksa apakah sterilasi inti berlangsung baik atau tidak. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.3 Komposisi Biji Inti Sawit Komposisi Jumlah Minyak 47 – 52 Air 6 – 8 Protein 7,5 – 9,0 Selulosa 5 Abu 2 Sumber : Bailey,1950 2.7 Penentuan Kualitas Minyak 2.7.1 Kadar Minyak Penentuan kadar minyak bertujuan untuk mengetahui banyaknya minyak yang terkandung didalam sampel yang diduga mengandung minyak. Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi ini bermacam – macam yaitu :

2.7.1.1 Rendering

Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada semua cara rendering, penggunaan panas adalah suatu hal yang spesifik yang bertujuan untuk menggumpulkan protein pada dinding sel bahan dan untuk memecah dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung didalamnya. Menurut pengerjaannya rendering dibagi dalam dua cara yaitu : Universitas Sumatera Utara a. Wet Rendering Wet Rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang terbuka atau tertutup dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan 40 sampai 60 pound tekanan uap 40-60 psi selama 4 – 6 jam. Bahan yang akan diekstraksi ditempatkan pada ketel yang diperlengkapi dengan alat pengaduk, kemudian air ditambahkan dan campuran tersebut dipanaskan perlahan – lahan sampai suhu 50 o C. Minyak yang terekstraksi akan naik ke atas dan kemudian dipisahkan. b. Dry Rendering Dry Rendering adalah cara rendering tanpa penambahan air selama proses berlangsung. Dry Rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan diperlengkapi dengan steam jacket serta alat pengaduk agitator. Bahan yang diperlengkapi mengandung minyak atau lemak dimasukkan ke dalam ketel tanpa penambahan air. Bahan tadi dipanasi sambil diaduk. Pemanasan dilakukan pada suhu 105 o C -110 o C. Ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan dipisahkan dari ampas yang telah mengendap dan pengambilan minyak dilakukan dari bagian atas ketel.

2.7.1.2 Pengepresan Mekanis Mechanical Expression

Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak, terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk memisahkan minyak dari bahah yang berkadar minyak tinggi 30-70. Pada pengepresan mekanis ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup pembuatan serpih, perajangan dan penggilingan serta pemasakan. Universitas Sumatera Utara Ada dua cara dalam pengepresan mekanis yaitu: a. Pengepresan Hidraulik Hydraulic Pressing Pada cara hydraulic pressing, bahan dipress dengan tekanan sekitar 2000 poundinch 2 . Banyaknya minyak atau lemak yang dapat diekstraksi tergantung dari lamanya pengepresan, tekanan yang dapat digunakan serta kandungan minyak dalam bahan asal. Sedangkan banyaknya minyak yang tersisa pada bungkil bervariasi sekitar 4-6 tergantung dari lamanya bungkil ditekan dibawa tekanan hidraulik. Tahap – tahap yang dilakukan dalam proses pemisahan minyak dengan cara pengepresan dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 2.7.1.2 Skema cara memperoleh minyak dengan pengepresan b. Pengepresan Berulir Expeller Pressing Cara Expeller Pressing memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri dari proses pemasakan. Proses pemasakan berlangsung pada temperatur 115,5 o C dengan tekanan sekitar 2,5-3,5 . Kadar air minyak atau lemak yang dihasilkan mengandung minyak sekitar 4-5 .

2.7.1.3 Ekstraksi Dengan Pelarut Solvent Extraction

Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam pelarut minyak dan lemak. Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan kadar minyak yang rendah sekitar 1 lebih Bahan yang mengadung minyak Perajangan Penggilingan Pemasakan pemanasan Pengepresan Minyak Kasar Ampas bungkil Universitas Sumatera Utara rendah dan mutu minyak kasar yang dihasilkan cenderung menyerupai hasil dengan expeller pressing, karena sebagian fraksi bukan minyak akan ikut terekstraksi. Pelarut minyak atau lemak yang biasa dipergunakan dalam proses ekstraksi dengan pelarut menguap adalah petroleum eter, gasoline, karbon disulfide, karbon tetraklorida, benzene, dan n-heksan. Jumlah pelarut menguap atau hilang tidak boleh lebih dari 5 .

2.8 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Minyak Sawit

Dokumen yang terkait

Penentuan Kadar Air Inti Sawit dengan Menggunakan Alat Moisture Balance dan Kadar Minyak Inti Sawit dengan Ekstraksi Sokletasi di PTPN IV Medan

5 100 47

Analisis Kadar Dan Rendemen Minyak Sawit (CPO) Dan Minyak Inti Sawit (PKO) Dengan Ekstraksi Sokletasi Di PTPN III PKS Rambutan Tebing Tinggi

22 155 52

Analisis Kadar Kandungan Minyak Pada Cangkang, Inti Sawit dan Bungkil IntiSawit Dengan Metode ekstraksi Sokletasi Di PT. SMART Tbk

7 58 52

Penentuan Kadar Minyak Inti Sawit Dengan Ekstraksi Sokletasi Dan Kadar Air Inti Sawit Dengan Menggunakan Alat Moisture Balance Di PT. Multimas Nabati Asahan – Batu Bara

1 13 53

Analisis Kadar Kandungan Minyak Pada Cangkang, Inti Sawit dan Bungkil IntiSawit Dengan Metode ekstraksi Sokletasi Di PT. SMART Tbk

0 0 4

Analisis Kadar Kandungan Minyak Pada Cangkang, Inti Sawit dan Bungkil IntiSawit Dengan Metode ekstraksi Sokletasi Di PT. SMART Tbk

0 0 12

Analisis Kadar Kandungan Minyak Pada Cangkang, Inti Sawit dan Bungkil IntiSawit Dengan Metode ekstraksi Sokletasi Di PT. SMART Tbk

0 0 2

Analisis Kadar Kandungan Minyak Pada Cangkang, Inti Sawit dan Bungkil IntiSawit Dengan Metode ekstraksi Sokletasi Di PT. SMART Tbk

0 0 1

Penentuan Kadar Minyak Inti Sawit Dengan Ekstraksi Sokletasi Dan Kadar Air Inti Sawit Dengan Menggunakan Alat Moisture Balance Di PT. Multimas Nabati Asahan – Batu Bara

0 0 9

Penentuan Kadar Minyak Inti Sawit Dengan Ekstraksi Sokletasi Dan Kadar Air Inti Sawit Dengan Menggunakan Alat Moisture Balance Di PT. Multimas Nabati Asahan – Batu Bara

0 0 2