kematangan yang tepat yaitu dilihat dari warna kulit buah dan jumlah buah yang rontok pada tiap tandan. Biasanya warna kulit buah yang telah masak adalah merah kehitaman dan bentuk buah
dengan penampang yang bulat dan tempurung tebal. Warna daging buah adalah putih kekuningan di waktu masih muda dan berwarna jingga setelah buah menjadi matang.
Kataren,1986
2.1.1 Sejarah Kelapa Sawit
Kelapa sawit didasarkan atas bukti-bukti fosil, sejarah, dan linguistic yang ada, diyakini berasal dari Afrika Barat. Ditempat asalnya ini kelapa sawit yang pada saat yang lalu dibiarkan
tumbuh liar dihutan-hutan sejak awal telah dikenal sebagai tanaman pangan yang penting. Oleh penduduk setempat, kelapa sawit telah di proses dengan amat sederhana menjadi minyak dan
tuak sawit. Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah colonial Belanda
pada tahun 1848. Ketika itu ada empat bibit kelapa sawit yang di bawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan
dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perintis uasha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet, seorang belgia yang belajar banyak tentang kalapa sawit di
Afrika. Budidaya yang dilakukannya di ikuti oleh K. Schadt yang menandai lahirnya kebun sawit di Indonesia mulai bekembang. Pada masa pendudukan Belanda, perkembangan kelapa sawit
mengalami perkembangan yang cukup pesat. Indonesia menggelar dominasi ekspor Negara Afrika pada waktu itu. Yan Fauzi,2004
Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati akibat Revolusi Industri pertengahan abat ke-19. Dari sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa
Universitas Sumatera Utara
sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenalkan jenis sawit “Deli Dura”.
Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di pantai Timur Sumatera Deli dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian
didirikan di Marihat terkenal sebagai AVROS, Sumatera Utara dan di Rantau Panjang , Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di
ladang Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih Dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit basar-besaran baru di mulai tahun 1911. Hingga
menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan pemasok utama minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang, produksi merosok hingga tinggal seperlima dari angka tahun
1940. Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program Bumil buruh-militer
yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian di ambil alih Malaya lalu Malaysia. Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan
dengan sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi
alternatif. Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor hingga sekarang
masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12 m, dan merupakan kelapa sawit tertua di Asia Tenggara yang berasal dari Afrika.
2.1.2 Jenis – Jenis Kelapa Sawit