inti sawit kering, dan kadar inti pecah. Inti sawit pecah yang basah akan menjadi tempat bikan mikroorganisme jamur.
Pada suhu tinggi inti sawit dapat mengalami perubahan warna. Minyak akan berwarna gelap dan lebih sulit dipucatkan. Suhu tertinggi pada pengolahan minyak sawit adalah pada
perebusan, yaitu sekitar 130
O
C. Suhu kerja maksimum dibatasi tinggi untuk menghindari terlalu banyak inti yang berubah warna. Berondolan dan buah yang lebih tipis daging buahnya atau
lebih tipis cangkangnya adalah lebih peka terhadap suhu tinggi tersebut. Mangoen soekarjo,2003
Faktor – faktor yang mempengaruhi mutu adalah air dan kotoran, sasam lemak bebas,
bilangan peroksida dan daya pemucatan. Faktor – faktor lain adalah titik cair, kandungan
gliserida padat, Refining Lose, Plasticity dan Spreadability, sifat transfaran, kandungan logam berat dan bilangan penyabunan.
Mutu minyak dan bungkil inti sawit terutama tergantung pada mutu inti sawitnya sendiri. Minyak sawit yang baik, berkadar asam lemak bebas yang rendah dan berwarna kuning terang
serta mudah di pucatkan. Bungkil inti sawit diinginkan berwarna relative terang dan nilai gizi serta kandungan asam aminonya tidak berubah.
2.4 Pengolahan Kelapa Sawit
Pada dasarnya ada dua macam hasil olahan pengolahan kelapa sawit yaitu minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah dan minyak inti sawit yang dihasilkan dari
ekstaksi inti sawit.
Universitas Sumatera Utara
Tahap – tahap pengolahan buah kelapa sawit adalah :
a. Pengangkutan TBS ke pabrik
Tandan buah segar hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah lebih lanjut. Pada buah yang tidak segera diolah, maka kandungan ALBnya semakin
meningkat. Untuk menghindari hal tersebut, maksimal 8 jam setelah panen, TBS harus segera diolah. Sesampai TBS di pabrik, segera dilakukan penimbangan.
b. Penimbangan
Penimbangan dilakukan di atas jembatan timbang jika diangkut dengan kendaraan truk atau traktor gandengan. Penimbangan dilakukan sebelum pmbongkaran dan
pemuatannya ke dalam keranjang rebusan. c.
Perebusan TBS Buah besrta lorinya kemudian direbus dalam suatu tempat perebusan sterilizer atau
dalam ketel rebus. Perebusan dilakukan dengan mengalirkan uap panas selama 1 jam atau tergantung pada besarnya tekanan uap yang digunakan adalah 2,5 atmosfer
dengan suhu uap 125
o
C. Perebusan yang terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak dan pemucatan kernel. Sebaliknya perebusan dalam wakt yang terlalu singkat
menyebabkan semakin banyak buah yang tidak rontok dari tandannya. Dalam perebusan digunakan sistem 3 puncak trippel peak.
1. Puncak I
Menggunakan tekanan 1,2 bar dan pada suhu 125
o
C. Dimana waktu untuk mencapai puncak ini adalah sekitar 13 menit. Kemungkinan buah yang masak
hingga lapisan kedua saja.
Universitas Sumatera Utara
2. Puncak II
Menggunakan tekanan 2,2 bar dan pada suhu 125
o
C. Waktu untuk mencapai puncak ini adalah sekitar 12 menit. Diharapkan buah masak hingga pada lapisan
kelima. 3.
Puncak III Menggunakan tekanan 2,8 bar pada suhu 140
o
C. Puncak ketiga ini berlangsung selama 45 menit. Tujuannya agar lepasnya inti dari cangkang.
Tujuan perebusan adalah : 1.
Merusak enzim lipase yang menstimular pembentukan ALB 2.
Mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti dari cangkang 3.
Memperlunak daging buah sehingga memudahkan proses pemerasan 4.
Untuk mengkoagulasikan mengendapkan protein sehingga memudahkan pemisahan minyak.
d. Perontokan dan Pelumatan Buah
Setelah perebusan lori – lori yang berisi TBS ditarik keluar dan diangkat dengan alat
Hoisting Crane. Hoisting Crane akan membalikkan TBS ke atas mesin perontok buah
thresher. Dari thresher, buah – buah yang telah rontok dibawa ke mesin pelumat.
Untuk lebih memudahkan penghancuran daging buah dan pelepasan biji selama proses pelumatan TBS dipanasi diuapi. Tandan buah kosong yang sudah tidak
mengandung buah diangkut ke tempat pembakaran dan digunakan sebagai bahan bakar, dapat juga digunakan sebagai bahan mulsa penutup tanah
e. Pemerasan atau Ekstaksi Minyak Sawit
Universitas Sumatera Utara
Untuk memisahkan biji sawit dari hasil lumatan TBS, maka perlu pengadukan 25 –
30 menit. Setelah lumatan buah bersih dari biji sawit dilakukan pemerasan untuk mengambil minyak dari masa adukan.
f. Pemurnian dan Penjernihan Minyak Sawit
Minyak sawit yang keluar dai tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikel
– pertikel dari temperung dan serabut serta 40
– 45 air. Minyak sawit yang masih kasar kemudian dialirkan ke tangki minyak kasar Crude Oil Tank. Dan setelah melalui pemurnian
atau klarifikasi yang bertahap, maka akan dihasilkan minyak sawit mentah Crude Palm Oil
. Proses penjernihan dilakukan untuk menurunkan kandungan air didalam minyak. Minyak ini dapat ditampung ditangki
– tangki penampungan dan siap dipasarkan atau mengalami pengolahan minyak sawit murni.
2.5 Proses Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi PKO