sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenalkan jenis sawit “Deli Dura”.
Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di pantai Timur Sumatera Deli dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian
didirikan di Marihat terkenal sebagai AVROS, Sumatera Utara dan di Rantau Panjang , Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di
ladang Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih Dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit basar-besaran baru di mulai tahun 1911. Hingga
menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan pemasok utama minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang, produksi merosok hingga tinggal seperlima dari angka tahun
1940. Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program Bumil buruh-militer
yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian di ambil alih Malaya lalu Malaysia. Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan
dengan sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi
alternatif. Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor hingga sekarang
masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12 m, dan merupakan kelapa sawit tertua di Asia Tenggara yang berasal dari Afrika.
2.1.2 Jenis – Jenis Kelapa Sawit
Ada beberapa jenis varietas kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas – varietas itu dapat
dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah atau berdasarkan warna kulit buahnya.
Universitas Sumatera Utara
Pembagian varietas berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal lima varietas kelapa sawit, yaitu :
a. Dura
Tempurung cukup tebal sekitar antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relative tipis dengan persentase daging buah
terhadap buah bervariasi antara 35-50. Kernel daging biji biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah.
b. Pisifera
Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hamper tidak ada, tetapi daging buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging biji
sangat tipis. Jenis Perifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain. Dalam penyilangan dipakai sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang
antara Pisifera dengan Dura akan menghasilkan varietas Tenera. c.
Tenera Varietas ini mempunyai sifat
– sifat yang berasal dari kedua induknya yaitu Pisifera dan Dura. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5 - 4 mm dan
terdapat lingkaran serabut disekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi antara 60
– 96. d.
Macro carya Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm sedang daging buahnya tipis sekali.
e. Diwikka - wakka
Varietas ini mempunyai cirri khas dengan adanya dua lapisan daging buah. Diwikka –
wakka dibedakan menjadi diwikka-wakkadura, diwikka wakkapisifera, diwikka-
Universitas Sumatera Utara
wakkatenera. Rendeman minyak tertinggi terdapat pada varietas Tenera yaitu sekitar 22 -24, sedangkan pada varietas Dura antara 16
– 18.
Gambar 2.1.2 Jenis- Jenis Kelapa Sawit Pembagian varietas berdasarkan warna kulit buah, dikenal 3 varietas yaitu :
a. Nigrescens
Buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi jingga kehitam-hitaman pada waktu masak. Varietas ini banyak ditanam di perkebunan.
b. Virescens
Pada waktu muda buahnya berwarna hijau dan ketika masak warna buah berubah menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap hijau. Varietas ini jarang dijumpai
dilapangan. c.
Albescens Pada waktu muda buah berwarna keputih
– putihan, sedangkan setelah masak menjadi kekuning
– kuningan dan ujungnyan berwarna ungu kehitaman. Varietas ini juga jarang dijumpai
2.2 Minyak Kelapa Sawit