Kewajiban keterbukaan terhadap fakta material harus ditegakkan agar ketiga tujuan sebagaimana yang disebutkan diatas dapat tercapai.
D. Ketentuan Fakta Material Dalam Perundang Undangan di Indonesia
Informasi atau fakta Material menurut UU nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal pasal 1 angka 7 adalah informasi atau fakta penting yang relevan mengenai
peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga Efek pada Bursa Efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau Pihak lain yang
berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut. Berdasarkan penjelasan UU nomor 8 tahun 1995 pasal 1 angka 7 ini, Informasi atau Fakta Material adalah
antara lain informasi mengenai;
55
1. Penggabungan usaha merger, pengambilalihan acquisition, peleburan
usaha consolidation atau pembentukan usaha patungan; 2.
Pemecahan saham atau pembagian dividen saham stock dividend; 3.
Pendapatan dan dividen yang luar biasa sifatnya; 4.
Perolehan atau kehilangan kontrak penting; 5.
Produk atau penemuan baru yang berarti; 6.
Perubahan tahun buku perusahaan; dan 7.
Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen. Kemudian ketetuan dalam UU no. 8 Tahun 1995 tersebut dijabarkan lebih
lanjut dalam salah satu peraturan pelaksanaannya, yaitu lewat Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-86PM1996 tentang Keterbukaan Informasi Yang Harus
Segera Diumumkan Kepada Masyarakat Publik. Antara lain ditentukan bahwa
55
Indonesia, Undang-Undang nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal pasal 1 angka 7
Universitas Sumatera Utara
apabila terjadi kejadian atau fakta material, maka haruslah melaporkan kepada Bapepam dan mengumumkannya kepada masyarakat selambat lambatnya pada
hari kerja ke dua setelah kejadian tersebut.
56
Dalam keputusan ketua Bapepam tersebut No. 86Pm1996 kembali diberikan contoh yang lebih terperinci tentang informasi atau kejadian material
yang diperkirakan dapat mempengaruhi nilai efek dari perusahaan tersebut atau keputusan investasi modal. Contoh contoh informasi atau fakta material tersebut
adalah sebagai berikut:
57
1. Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, pembentukan
usaha patungan; 2.
Pemecahan saham atau pembagian dividen saham; 3.
Pendapatan dari dividen yang luar biasa sifatnya; 4.
Perolehan atau kehilangan kontrak penting; 5.
Produk atau penemuan baru yang berarti; 6.
Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen; 7.
Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran Efek yang bersifat utang;
8. Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang
mateial jumlahnya; 9.
Pembelian, atau kerugian penjualan aktiva yang material; 10.
Perselisihan tenaga kerja yang relatif penting;
56
Zulfi Chairi, SH op cit hal 19
57
Keputusan Ketua Bapepam Nomor : Kep-86PM1996 Tanggal : 24 Januari 1996 Tentang Keterbukaan Informasi Yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik
Universitas Sumatera Utara
11. Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan, dan atau Direktur dan
Komisaris perusahaan; 12.
Pengajuan tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain; 13.
Penggantian Akuntan yang mengaudit perusahaan; 14.
Penggantian Wali Amanat; 15.
Perubahan tahun fiskal perusahaan. Disamping hal hal yang telah disebutkan diatas, maka menurut UU no 8
Tahun 1995 Tentang Pasar Modal serta berbagai Perundang undangan lainnya, masih banyak kejadian atau hal lain yang mesti dilaporkan atau bahkan
diumumkan kepada masyarakat. Beberapa di antara kewajiban menyampaikan laporan insidentil khusus adalah
sebagai berikut:
58
a. Laporan karena benturan kepentingan.
Yang dimaksud dengan benturan kepentingan di sini adalah adanya kepentingan ekonomis yang berbeda antara perusahaan
dengan pribadi direktur, komisaris, atau pemegang saham utama perusahaan. Perundang undangan mensyaratkan agar
umumnya transaksi yang mempunyai benturan kepentingan tersebut harus disampaikan kepada Bapepam no. Kep-
84PM1996. Bahkan dalam hal terjadinya benturan kepentingan dalam bentuk yang secara populer dikenal dengan
istilah “akuisisi internal” maka di samping harus memenuhi
58
Zulfi Chairi, SH op cit hal 20
Universitas Sumatera Utara
berbagai persyaratan lainnya, dipersyaratkan pula agar pengumuman akan diselenggrakan rapat umum pemegang
saham RUPS mesti dilakukan lewat dua surat kabar yang beredar secara nasional
b. Laporan Realisasi Penggunaan Dana
Karena dana hasil dari listing emiten diperoleh dari masyarakat investor publik maka masyarakat tetap
berkepentingan agar dana tersebut dipergunakan sesuai dengan yang semula dijanjikan oleh emiten. Untuk it sebagai
pengawasannya, maka emiten wajib menyampaikan laporan realisasi penggunaan dana hasil penawaran umum tersebut
kepada Bapepam selama sisa dana tersebut dilakukan secara bertahap setiap tiga bulan sekali, yaitu bulan Maret, Juni.
September, dan Desember yang dalam hal ini disampaikan kepada Bapepam selambat lambatnya pada tanggal 15 bulan
berikutnya c.
Keterbukaan Informasi Dalam Hal terjadinya Tender Offer Menurut pasal 83 UU. No 8 tahun 1995, maka pihak yang
melakukan penawaran tender untuk membeli efek pada perusahaan terbuka wajib mengikuti ketentuan mengenai
keterbukaan kewajaran, dan pelaporan sebagaimana ditetapkan oleh perundang undangan.
Universitas Sumatera Utara
d. Keterbukaan Informasi dalam Hal terjadinya Merger, Akuisisi,
dan Konsolidasi Merger penggabungan, akuisisi pengambilalihan, dan
konsolidasi peleburan merupakan suatu topik bergengsi sekaligus krusial dalam hukum perseroan. Karena itu UU No. 8
tahun 1995 tentang Pasar Modal vide Pasal 84 menghendaki agar setiap merger, akuisisi, dan konsolidasi wajib mengikuti
ketentuan mengenai keterbukaan, kewajaran, dan pelaporan. Disamping itu ketentuan keterbukaan untuk hal tersebut seperti
yang ada dalam UU No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas juga dianggap berlaku, antara lain menyangkut
dengan kewajiban mengumumkan dalam surat kabar. e.
Laporan Oleh Pemegang Saham tertentu Setidak-tidaknya ada dua kelompok pemegang saham yang
oleh perundang undangan diharuskan untuk menyampaikan laporannya kepada Bapepam, yang salinan dan laporan tersebut
harus tersedia untuk dilihat oleh publik. f.
Laporan oleh Pihak-Pihak Lainnya Disamping pihak-pihak seperti telah disebutkan di atas,
maka masih banyak pihak pihak lain yang oleh perundang undangan diharuskan melakukan disclosure, antara lain lewat
kewajiban melakukan pelaporannya kepada Bapepam. Pasal 85 UU No. 8 Tahun 1995 dengan tegas membebankan kewajiban
Universitas Sumatera Utara
menyampaikan laporan nerkala dan insidentil kepada Bapepam Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa Dana, perusahaan Efek, Penasihat Investasi, Biro Administrasi Efek, Bank Kustodian,
Wali Amanat, dan pihak pihak lainnya yang telah memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran dari Bapepam.
Dari penjelasan diatas, maka dapat dilihat, di Indonesia, fakta material dalam peraturan Peraturan Perundang Undangan yang ada, merupakan fakta yang
harus segera disampaikan kepada publik masyarakat, berdasarkan prinsip keterbukaan dalam pasar modal pasal 1 ayat 25 Undang Undang nomor 8 tahun
1995, yang menyatakan prinsip keterbukaan dalam Pasar Modal adalah pedoman umum yang mensyaratkan Emiten, Perusahaan Publik, dan Pihak lain yang tunduk
pada Undang Undang ini untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi Material mengenai usahanya atau efeknya
yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap Efek dimaksud dan atau harga dari efek tersebut, karena fakta tersebut bersifat material yaitu dapat
mempengaruhi keputusan investor pemegang saham yang dalam hal ini adalah masyarakat.
Dalam Perundang Undangan di Indonesia, penyalahgunaan atas fakta material dan kewajiban keterbukaan, akan dikenakan sanksi baik sanksi
administratif, pidana maupun perdata berdasarkan yang diatur dalam Undang Undang Pasar Modal nomor 8 tahun 1995. Pasal 102 Undang Undang nomor 8
tahun 1995 tentang Pasar Modal menentukan kewenangan Bapepam untuk
Universitas Sumatera Utara
memberikan sanksi administratif atas pelanggaran Undang-Undang Pasar Modal tersebut. Sedangkan pasal 104 dan pasal 107 Undang Undang Pasar Modal
menentukan pemberian sanksi pidana bagi pihak yang melakukan perbuatan yang menyesatkan dalam bentuk misrepresentation dan omission, serta insider trading.
Pasal 111 Undang Undang Pasar Modal tersebut menentukan pula sanksi perdata berupa pertanggung jawaban ganti kerugian.
59
59
Ibid hal 21
Universitas Sumatera Utara
BAB III PENGATURAN MERGER PERUSAHAAN PUBLIK DALAM HUKUM
PASAR MODAL DI INDONESIA A.
Pengertian dan Definisi Merger
Dalam dunia bisnis khususnya bidang bisnis korporasi, istilah merger merupakan istilah yang tidak asing lagi. F.T Davis Jr. , seorang praktisi hukum di
suatu Firma Hukum Atlanta, Amerika Serikat, menyatakan bahwa merger merupakan transaksi hukum korporasi yang paling canggih, dan dalam praktek,
merger merupakan reorganisasi tipe A. Sementara Punaram et.al. yang dikutip oleh Peter J. Buckley dan Pervez N. Ghauri mengungkapkan hal senada, yaitu
bahwa merger dan akuisisi merupakan demonstrasi visi dan strategi yang paling dramatis dalam dunia korporasi corporate world di mana dengan satu gerakan
saja, merger dan akuisisi dapat mengubah usaha perusahaan, karir para manajer, dan meningkatkan nilai pemegang saham. W.G. Byrnes dan B.K. Chesterton yang
melihat dari sisi kualitas keputusan mengatakan bahwa merger pada dasarnya merupakan salah satu bentuk “keputusan manajemen puncak” top management
yang tipikal khas di samping akuisisi, investasi modal yang besar, divesifikasi, peluncuran produk baru, atau penanaman modal patungan joint venture.
60
Merger juga dikelompokkan sebagai salah satu bagian dari restrukturisasi perusahaan corporate restructuring di samping perubahan dalam struktur
60
Cornelius Simanjuntak, SH., MH, Hukum Merger Perseroan Terbatas, Teori dan Praktek, PT Citra Aditya Bakti,Bandung 2004 hal 1
Universitas Sumatera Utara
permodalan, operasional atau kepemilikan yang dilakukan di luar kegiatan usaha yang normal.
Istilah merger tidak hanya dikenal oleh pelaku usaha, yaitu mereka yang secara langsung mengoperasikan jalannya perusahaan termasuk para manajer
perusahaan, tetapi juga sudah sangat dikenal oleh pihak pihak termasuk institusi institusi yang membantu pelaku usaha tersebut dalam menjalankan kegiatan
usahanya khususnya kegiatan pelaku usaha dalam merestrukturisasi perusahaannya. Pihak pihak tersebut, antara lain, Konsultan hukum, Akuntan,
Perusahaan Penilai, Notaris, Konsultan Pajak.
61
Guna memberikan gambaran yang jelas tentang merger dan transaksi merger, suatu pemahaman tentang pengertian definisi atau batasan, merger yang
bersumber dari literatur referensi asing maupun yang bersumber dari peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia sangat diperlukan sebelum
memahami substansi, mana, dan kompleksitas dari transaksi merger yang bersangkutan. Pemahaman yang akurat tentang substansi dan makna merger
tersebut menjadi sangat relevan dan absah mengingat terminologi merger di suatu pihak dan akuisisi di pihak lain sangat erat terkait dan bahkan tidak jarang
dipergunakan secara tukar menukar, namun pada dasarnya hasil struktur perusahaan antara merger dan akuisisi sangat berbeda.
62
Secara tepat kerancuan pemakaian istilah merger dan akuisisi tersebut dipaparkan oleh Garry D. Smith
61
Ibid hal 2
62
Ibid hal 2
Universitas Sumatera Utara
dengan pendapat mereka yang dikutip sebagai berikut,
63
“ Altough the terms acquisition and merger are closely related and sometimes used interchangeably,
the resulting company structure should be distinguished’. Lebih lanjut Garry D. Smith mengatakan bahwa merger sering merupakan hasil dari beberapa
perusahaan yang menyetujui untuk mengombinasikan dan menciptakan suatu nama dan identitas baru, mengeluarkan saham baru, mengimplementasikan suatu
struktur organisasi yang baru, dan membuat beberapa perubahan lainnya, yang rumusan teks aslinya yang dikutip sebagai berikut,
64
“Mergers are often the result of firms mutually agreeing to combine and create a new name and identity, issue
new stock, implement a new organizational structure, and make other changes”. Berbeda dengan pendapat umum para sarjana termasuk ahli keuangan, bisnis,
dan hukum yang melihat hasil produk akhir merger dan akuisisi berbeda, Ricky W.Griffin dan Ronald J. Ebert yang lebih melihat sisi realitas hasil produk akhir
merger dan akuisisi mengatakan bahwa sekalipun banyak peristiwa secara umum public disebut sebagai merger, dalam realitasnya peristiwa peristiwa tersebut
adalah akuisisi. Alasannya, satu dari perusahaan perusahaan yang ada akan selalu merupakan pihak pengendali lebih dari setengah pemilikan dari perusahaan hasil
kombinasi merger. Contohnya ketika Dimler-Benz dan Chrysler bergabung membuat Daimler Chrysler, secara umum disebut sebagai merger, padahal
sebenarnya Daimler yang mengakuisisi Chrysler.
65
63
Gary D. Smith, Bussiness Strategy and Policy, 2
nd
edition, Houghton, Mifflin
Company, Boston. 1988, hal 159
64
Ibid hal 159
65
Cornelius Simanjuntak, SH., MH op cit hal 3
Universitas Sumatera Utara
Defenisi merger begitu bervariasi dengan narasi kalimat yang panjang ataupun singkat, namun secara substansi kesemuanya mengandung pengertian yang sama,
yaitu kombinasi bergabungnya dua perusahaan atau lebih di mana perusahaan yang mengakuisisi akan mempertahankan identitasnya dan perusahaan lainnya
akan bubar.
66
Kenyataan ini juga ditegaskan oleh Brian Coyle dengan batasan definisi merger yang dkutip sebagai berikut
67
“Merger can be defined in broad as well as narrow term. In its broadest definition, a merger can refer to any take over of a
company by another, when the bussiness of each company are brought together as one. A more narrow definition is the coming together of two companies of roughly
equal size, pooling their sources into a single bussiness” Black’s Laws Dictionary memberikan batasan definisi merger sebagai
berikut,
68
“The fusion or absorption of one thing into another; generally spoken of a case where one of the subjects is of less dignity or importance than the other.
Here the less important ceases to have an independent existence”. “Corporations. Merger is an amalgamation of two corporations pursuant to statutory provision
in which one of the corporations survives and the other dissapears. The absorption of one company by another, the former losing its legal identity and
latter ratining its own name and identity and acquiring assets, liabilities,
66
Ibid hal 4
67
Brian Coyle, Corporate Finance, Merger Aqcuisitions, CIB Publishing, United Kingdom, 2000 hal 2
68
Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, op cit hal 988
Universitas Sumatera Utara
franchisees, and powers of former, and absorbed company ceasing to exist as separate business entity.”
Selain yang bisa didapatkan dari literatur dan pendapat pendapat asing, di Indonesia sendiri, khususnya dalam Perundang Undangan di Indonesia, ada juga
memberikan pengertian atau definisi dari merger. Undang-Undang nomor 1 tahun 1995 tanggal 7 Maret 1995 tentang Perseroan
Terbatas Lembaran Negara Nomor 13 Tahun 1995, Tambahan Berita Negara Nomor 3587 menggunakan istilah “Penggabungan”, namun esensi pengertian
penggabungan tersebut dapat dilihat dari Pasal 102 ayat 1 Undang-Undang Perseroan Terbatas yang menyatakan bahwa satu perseroan atau lebih dapat
menggabungkan diri menjadi satu dengan perseroan yang telah ada. Definisi Penggabungan tersebut kemudian dimuat secara khusus dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 tanggal 24 Februari 1998 mengenai Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas, yang bunyi
lengkapnya dikutip sebagai berikut,
69
“Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan
perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar.”
Khusus bagi perseroan terbatas yang bergerak dalam lapangan usaha perbankan, Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999 tentang Merger,
69
Himpunan Peraturan Perundang – Undangan Republik Indonesia Tahun 1995, Jakarta,
CV Eko Jaya,Cetakan ke-1, 1998, hal 381
Universitas Sumatera Utara
Konsolidasi, dan Akuisisi Bank Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 61 tahun 1999, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3840 istilah
yang digunakan adalah merger, dengan definisi yang dikutip sebagai berikut,
70
“Merger adalah penggabungan dari dua bank atau lebih, dengan cara tetap mempetahankan berdirinya salah satu bank dan membubarkan bank-bank lainnya
tanpa melikuidasi terlebih dahulu” Peraturan pasar modal sendiri memakai istilah “Penggabungan Usaha” dimana
Peraturan Nomor IX.G.1 tentang penggabungan usaha atau peleburan usaha perusahaan publik atau emiten yang termasuk dalam lampiran keputusan Badan
Pengawas Pasar Modal Bapepam Nomor Kep-52PM1997 tanggal 26 Desember 1997 memberikan definisi penggabungan usaha sebagai berikut, “Penggabungan
usaha adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu Perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya
perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar”. Dari banyaknya pengertian pengertian serta definisi mengenai merger diatas,
maka dapat dilihat, pada intinya, merger adalah suatu peristiwa yang memiliki rincian sebagai berikut:
71
1. Adanya perbuatan hukum;
2. Adanya dua perseroan atau lebih;
70
Himpunan Peraturan Perundang Undangan Republik Indonesia Tahun 1999, Jakarta, CV Eko Jaya, Cetakan ke-1, 1999 hal 80
71
Cornelius Simanjuntak, SH, MH op cit al 8
Universitas Sumatera Utara
3. Adanya tujuan yang sama yaitu salah satu perseroan akan menggabungkan
diri dengan perseroan yang menerima penggabungan; 4.
Adanya keputusan yang sama,yaitu perseroan yang menggabungkan diri akan bubar.
Khusus bagi merger perusahaan publik, ketentuan ketentuannya mengacu kepada Peraturan Nomor IX.G.1 tentang penggabungan usaha atau peleburan
usaha perusahaan publik atau emiten yang termasuk dalam lampiran keputusan Badan Pengawas Pasar Modal Bapepam Nomor Kep-52PM1997 tanggal 26
Desember 1997. Namun apabila diperhatikan definisi mengenai merger yang diberikan dalam peraturan tersebut, seperti yang telah disebutkan di atas,
memiliki makna serta substansi yang seragam dengan definisi merger yang disebutkan dalam peraturan atau pun pendapat sarjana lainnya.
Bedasarkan penjelasan diatas, proses penggabungan atau merger, terbagi dalam beberapa jenis merger, antara lain:
72
1. Merger Horizontal
Merger Horizontal merupakan penggabungan dua atau lebih perusahaan yang bergerak dalam industri yang sama dengan tujuan
mengurangi persaingan atau untuk meningkatkan efisiensi melalui penggabungan aktivitas produksi, pemasaran, distribusi, riset dan
pengembangan dan fasilitas administrasi. Dampak dari merger horizontal
72
Pustakabakul.blogspot.com
Universitas Sumatera Utara
adalah semakin terkonsentrasinya struktur pasar pada industri tersebut. Contohnya: merger antara Bank of Tokyo dengan Mitsubishi Bank.
2. Merger Vertikal
Terjadi apabila suatu perusahaan membeli perusahaan perusahaan hulunya seperti perusahaan pemasoknya, dan atau perusahaan hilirnya,
seperti perusahaan distribusinya yang langsung menjual produknya ke pelanggan. Dengan demikian merger vertikal merupakan penggabungan
atau pengintegrasian dua tahapan produksi atau distribusi. Keuntungan dari jenis merger seperti ini adalah terjaminnya pemasokan bahan baku,
penekanan biaya transaksi, terciptanya koordinasi yang lebih baik, dan mempersulit kemungkinan masuknya perusahaan pesaing yang baru.
Contoh : merger antara PT Gudang Garam dengan PT Surya Pamenang sebagai perusahaan kertas.
3. Merger Konglomerat
Merupakan penggabungan dua atau lebih perusahaan yang masing masing bergerak dalam industri yang terkait. Merger konglomerat terjadi
apabila sebuah perusahaan mendiversifikasi bidang bisnisnya dalam memasuki bidang bisnis yang berbeda sama sekali dengan bisnis semula.
Apabila merger konglomerat dilakukan secara terus menerus oleh perusahaan, maka terbentuklah sebuah konglomerasi. Contoh : merger
antara Viks Richardson farmasi dengan Procter and Gamble Consumer goods.
Universitas Sumatera Utara
4. Merger Ekstensi Pasar
Merupakan Penggabungan dua atau lebih perusahaan untuk memperluas area pasar. Adapun tujuan utamanya adalah untuk
memperkuat jaringan pemasaran bagi produk masing masing perusahaan. Biasanya merger ekstensi pasar dilakukan oleh perusahaan perusahaan
lintas negara, dalam rangka ekspansi dan penetrasi pasar serta untk mengatasi keterbatasan ekspor karena kurang memberikan fleksibilitas
penyediaan produk terhadap konsumen luar negeri. Contoh: merger antara Daimler Benz Jerman dengan Chrysler Amerika Selatan.
5. Merger Ekstensi Produk
Merupakan penggabungan dua atau lebih perusahaan sejenis atau dalam industri yang sama tetapi tidak memproduksi produk yang sama
maupun tidak ada keterkaitan supplier. Penggabungan usaha ini dilakukan untuk memperluas lini produk masing masing perusahaan setelah merger,
perusahaan akan menawarkan lebih banyak jenis dan lini produk sehingga akan dapat menjangkau konsumen yang lebih luas. Merger ekstensi
produk ini dilakukan dengan memanfaatkan kekuatan departemen riset dan pengembangan masing masing untuk mendapat sinergi melalui efektifitas
riset sehingga lebih produktif dalam inovasi. Contoh: merger antara perusahaan farmasi Upjohn Amerika Serikat dengan Pharmacia
Swedia.
Universitas Sumatera Utara
B. Ketentuan dan Persyaratan Merger Bagi Perusahaan Publik