C. Pengaturan Preliminary Merger Negotiation dalam Peraturan di
Indonesia
Melihat kembali Pasal 1 ayat 7 Undang-Undang Pasar Modal maka masalah yang paling utama dalam pelaksanaan keterbukaan adalah sulitnya menentukan
standar fakta materil, sebab Undang-Undang Pasar Modal tidak cukup menentukan apa yang menjadi standar fakta materil dalam prinsip keterbukaan.
Apabila standar fakta material telah cukup dan dapat dipahami, maka dengan mudah pula memahami hal-hal yang berkaitan dengan pelanggaran prinsip
keterbukaan.
110
Secara normatif, di dalam Undang- Undang Pasar Modal Indonesia, tidak ada diatur hal hal yang berkaitan dengan preliminary merger negotiation ataupun
pembicaraan awal merger perusahaan publik. Yang diatur dalam Undang-Undang di Indonesia, cenderung mengarah kepada persyaratan dan ketentuan, tata cara
dari merger, beserta permasalahan permasalahan yang dapat terjadi setelah merger dilaksanakan. Di dalam Undang-Undang Pasar Modal pun tidak ada disebutkan
hal hal mengenai pembicaraan awal maupun preliminary merger negotiation ini. Namun secara eksplisit, apabila dilihat dari ketentuan pasal 1 ayat 7 yang
berbunyi,
111
“Informasi atau Fakta Material adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi
harga Efek pada Bursa Efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau Pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut”, dari
110
Agung Yuriandi op cit
111
Indonesia, Undang Undang nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pasal 1 ayat 7
Universitas Sumatera Utara
pengertian ini dapat kita rinci, syarat suatu peristiwa dikatakan sebagai fakta material adalah:
1. Suatu fakta atau kejadian;
2. Mempengaruhi harga Efek pada Bursa efek;
3. Mempengaruhi keputusan Pemodal, Calon Pemodal, ataupun pihak lain.
Apabila dikaitkan dengan kasus BCA dan Bank Danamon yang dikabarkan oleh Direktur Bank Danamon yang akan melakukan merger pada tahun 1997, yang
mengakibatkan harga saham Bank Danamon naik 36,
112
hal ini membuktikan bahwa pembicaraan awal yang disampaikan tersebut telah mempengaruhi Harga
Efek pada Bursa efek, dan selanjutnya pasti akan mempengaruhi keputusan pemodal ataupun calon pemodal.
Dari penjelasan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa, secara eksplisit, di dalam Undang-Undang Pasar Modal pasal 1 ayat 7 yang menjelaskan kriteria
suatu peristiwa dikatakan sebagai fakta material, preliminary merger negotiation sudah termasuk sebagai fakta material yang seharusnya dianggap material oleh
Emiten dan harus disampaikan kepada masyarakat. Namun, karena tidak ada disebutkan secara nyata ataupun normatif dalam
Undang-Undang atau peraturan Indonesia, pelaksanaan penyampaian fakta material berdasarkan prinsip keterbukaan dalam Pasar Modal hanya sebatas
setelah merger memasuki proses persetujuan komisaris dan RUPS. Dengan kata lain, Emiten di Indonesia, berpendapat, apabila pembicaraan awal merger
112
Republika op cit hal 13 dikutip dari Bismar Nasution op cit hal 240
Universitas Sumatera Utara
perusahaan publik telah disampaikan kepada masyarakat, walaupun telah mempengaruhi harga Efek, namun nantinya tidak jadi dilaksanakan, maka hal
tersebut tidak termasuk dalam misleading statement atau fraud dan tidak dapat dikenakan sanksi apapun.
Dua contoh nyata yang memperlihatkan Emiten menganggap pembicaraan awal merger yang sudah disampaikan yang tidak jadi terlaksana bukan merupakan
misleading information adalah Kasus Bank Danamon dan BCA, seperti yang dinyatakan di atas, yang sampai sekarang tidak melakukan merger, dan kasus
TelkomFlexi dan Esia yang pernah mempublikasikan akan melakukan merger, sebagaimana dikatakan oleh Direktur Corporate Services PT Bakrie Telecom,
dikutip dari tempo.co, ia mengatakan “Sampai sekarang belum ada hal material yang harus kami laporkan. Masih tahap awal” namun sampai sekarang kedua
perusahaan ini juga tidak merger. Pernyaataan di atas adalah bukti bahwa anggapan terhadap pembicaraan awal merger perusahaan publik dianggap tidak
materil oleh Emiten di Indonesia.
113
Tidak disebutkannya secara normatif ketentuan preliminary merger negotiation perusahaan publik dalam Undang Undang Pasar Modal, namun secara
eksplisit pembicaraan awal merger perusahaan publik memenuhi kriteria fakta material sesuai pasal 1 ayat 7 Undang Undang Pasar Modal menyebabkan
pengertian yang berbeda beda terhadap setiap orang yang membaca Undang Undang Pasar Modal. Disamping itu, pentingnya mendapatkan kepastian
mengenai pembicaraan awal merger perusahaan publik merupakan fakta material
113
www.tempo.co
Universitas Sumatera Utara
tersebut sesuai dengan tuntutan pelaksanaan prinsip keterbukaan tentang merger. Mengingat merger secara jelas dan normatif dikatakan sebagai fakta material
dalam Undang Undang Pasar Modal.
114
D. Perbandingan Peraturan di Indonesia dengan Peraturan Mengenai