Penentuan Fakta Material Dalam Kerangka Kewajiban Keterbukaan di

BAB II Penentuan Fakta Material Dalam Kerangka Kewajiban Keterbukaan di

Pasar Modal A. Makna Kewajiban Keterbukaan dalam Pasar Modal Dalam Pasal 1 angka 25 Undang Undang Pasar Modal disebutkan bahwa Prinsip keterbukaan adalah “pedoman umum yang mensyaratkan emiten, perusahaan publik, dan pihak lain yang tunduk pada undang-undang ini untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap efek dimaksud dan atau harga dan efek tersebut”. 13 Prinsip keterbukaan menjadi persoalan inti di pasar modal dan sekaligus merupakan jiwa pasar modal itu sendiri. Keterbukaan tentang fakta material sebagai jiwa pasar modal didasarkan pada keberadaan prinsip keterbukaan yang memungkinkan tersedianya bahan pertimbangan bagi investor, sehingga ia secara rasional dapat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian atau penjualan saham. 14 Karena prinsip keterbukaan adalah jiwa pasar modal itu sendiri, maka perlu dilakukan pengkajian mendalam tentang bagaimana sesungguhnya pelaksanaan dan makna prinsip keterbukaan dan penentuan fakta material di Indonesia. Studi 13 Indonesia, Undang Undang nomor 8 tahun 1995 tentang pasar modal pasal 1 angka 25 14 Bismar Nasution, “Keterbukaan dalam Pasar Modal”:Law Finance Institusional Partnership, Fakultas Hukum Universitas Indonesia,2001 Hal 1 Universitas Sumatera Utara perbandingan dengan Amerika Serikat mengenai hal yang sama dapat dilakukan karena sedikitnya tiga alasan. 15 Pertama, globalisasi ekonomi menimbulkan akibat yang besar sekali pada bidang hukum. Globalisasi ekonomi juga menyebabkan terjadinya globalisasi hukum. Globalisasi hukum terjadi melalui usaha usaha standarisasi hukum, antara lain melalui perjanjian perjanjian internasional, misalnya General Agreement on Tariff and Trade GATT. Globalisasi hukum ini terjadi melalui kontrak-kontrak bisnis internasional. Pengusaha pengusaha negara maju membawa transaksi transaksi baru ke negara negara berkembang, maka partner mereka dari negara negara berkembang menerima model model kontrak bisnis internasional. Persamaan ketentuan ketentuan hukum berbagai negara bisa juga terjadi, karena suatu negara mengikuti model negara lain berkaitan dengan institusi institusi hukum baru untuk mendapatkan akumulasi modal. Misalnya peraturan pasar modal berbagai negara dari “Civil Law” maupun “Common Law” berisikan substansi yang serupa atau tidak banyak berbeda antara satu dengan yang lain. Hal ini disebabkan dana yang mengalir ke pasar pasar negara tersebut tidak lagi terikat benar dengan waktu dan batas batas negara. Mengalirnya dana dana ini diiringi dengan tuntutan ketentuan ketentuan pasar modal yang komperehensif, termasuk tuntutan pelaksanaan prinsip keterbukaan yang semakin kuat. 16 Pemikiran tersebut sejalan dengan pernyataan James A.Kehoe, bahwa internasionalisasi pasar modal telah berkembang sangat cepat. Para investor dapat 15 Ibid hal 1 16 Ibid hal 2 Universitas Sumatera Utara memiliki akses ke pasar mana saja dan setiap saat di dunia dengan munculnya teknologi canggih dibidang komputer dan telekomunikasi, sehingga memungkinkan terjadinya perdagangan global secara terus menerus. Kehoe menambahkan bahwa meningkatnya partisipasi global di pasar sekunder, membuat dunia usaha yang mencari modal dapat memperoleh sumber keuangan di banyak negara dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Namun Kehoe mengingatkan, bahwa salah satu konsekuensi dari internasionalisasi pasar modal adalah meningkatnya jumlah kejahatan pasar modal yang melampaui batas batas negara cross-border. 17 Internasionalisasi pasar modal sejalan dengan kecenderungan arus globalisasi ekonomi yang membawa pasar modal satu negara terkait dengan pasar modal negara lain, sehingga pasar modal berbagai negara berlomba lomba menjadi pasar modal yang efisien. Oleh karena itu diperlukan peraturan pasar modal yang comparable dalam global market. Pada dasarnya perkembangan teknologi, komunikasi dan mobilitas dana- dana telah telah memberikan kontribusi ekonomi yang saling tergantung dalam kerangka pasar internasional. Di pasar modal saat ini sering kali diperdagangkan surat surat yang dikeluarkan oleh penerbit asing dan mungkin dioperasikan oleh pelaku pelaku usaha yang mempunyai kepentingan asing langsung maupun tidak langsung, melakukan bisnis dengan orang – orang yang berada di luar yurisdikasi. Internasionalisasi pasar modal telah menstimulisasi produk produk saham baru berdasarkan saham saham asing, yang 17 Jemes A. Kehoe, “Exporting Insider Trading Laws: The Enforcement of U.S. Insider Trading Laws Internationally, “Emory International Review, Vol.9,1995 hal. 346 dikutip dari Bismar Nasution op cit hal 3 Universitas Sumatera Utara bisa diperdagangkan secara cross-border. Saham yang diperjual-belikan di Bursa Efek Jakarta BEJ juga dapat diperoleh melalui New York Stock Exchange NYSE. 18 Untuk maksud tersebut beberapa negara telah mengadakan pembaharuan Undang Undang Pasar Modal mereka. Misalnya, Federal Securities Exchanges dan Securities Trading Act SEA yang berlaku di Swiss telah mengalami perubahan penting yang mulai efektif berlaku 1 Januari 1995. Tujuan perubahan peraturan ini adalah untuk membuat pasar modalnya efisien, fair, dan jujur dengan cara melakukan keterbukaan, agar dapat memberi jaminan perlindungan investor. Dalam menyambut new era ini, Jerman juga telah memperbaiki “The German Securities Trading Act” pada tahun 1994. Perbaikan peraturan ini bertujuan untuk menciptakan efisiensi peraturan pasar modalnya dengan memberikan penekanan peraturan pasar modalnya dengan memberikan penekanan pengaturan pada prinsip keterbukaan. 19 The Netherlands telah membuat peraturan pasar modal yang baru “Wet Toezicht Effectenverkeer” pada 7 Maret 1991 dan mulai berlaku 15 Juni 1992. 20 Dalam rangka pembaharuan Undang- undang Pasar Modal maka peraturan pasar modal Amerika Serikat Securities Act 1934 telah menjadi pusat perhatian, beberapa negara mengambil pola peraturan pasar modal Amerika Serikat dalam rangka menciptakan pasar yang efisien, khususnya mengenai pengaturan prinsip 18 Bismar Nasution Op cit Hal 3 19 Harmut Krause, “The German Securities Trading Act 1994; A Ban on Insider Trading and an issuer’s Affirmative Duty to Disclose Material Nonpublic Information, “The International Lawyer” Vol 30 no.3, Fall 1996, hal 555- 587. Dikutip dari Bismar Nasution op cit hal 4 20 Bismar Nasution Op cit hal 4 Universitas Sumatera Utara keterbukaan, antara lain Brazil telah mengadopsi peraturan prinsip keterbukaan tersebut. Jepang juga telah melakukan perubahan peraturan pasar modalnya yang pada mulanya mengambil pola pengaturan pasar modal Amerika Serikat. 21 Untuk membuat Undang- Undang Pasar Modal Indonesia comparable dengan undang undang pasar modal negara negara maju, maka Undang-Undang Pasar Modal Indonesia yang sekarang ada perlu dikaji, khususnya mengenai prinsip keterbukaan. Kajian ini sekaligus sebagai jawaban atas tuduhan investor asing bahwa tingkat kualitas keterbukaan perusahaan-perusahaan nasional sangat rendah. Upaya mengatasi masalah prinsip keterbukaan bertujuan untuk memfungsikan arus informasi ke pasar dan menciptakan informasi yang akurat. Dengan ini pelaku pasar dapat melakukan market dicipline berdasarkan keterbukaan informasi. 22 Alasan kedua, memperbandingkan peraturan pasar modal Indonesia dengan Amerika Serikat, adalah karena pengaturan pasar modal di Amerika Serikat, adalah karena pengaturan pasar modal di Amerika Serikat telah teruji melalui perjalanan yang panjang sejak tahun 1933, tepatnya setelah Kongres pertama kalinya membuat Securities Act 1933 dan disetujui sebagai undang undang tanggal 26 Mei 1993. Pada mulanya pengaturan Pasar Modal di Amerika Serikat tersebut dilatarbelakangi pemikiran perlunya anti fraud melalui prinsip keterbukaan yang berasal dari doktrin Franklin D. Roosevelt, Presiden Amerika Serikat, saat pasar modal mengalami kejatuhan pada Oktober 1929. Presiden 21 Ibid hal 4 22 Ibid hal 4-5 Universitas Sumatera Utara Roosevelt menyampaikan pesan kepada Mahkamah Agung dan Kongres mengenai suatu filosofi yang mendasar dalam proposal securities laws dengan doktrin perubahan peraturan kuno caveat emptor 23 menjadi caveat vendor. 24 . Doktrin ini telah menjadi filosofi dan sekaligus tujuan utama Securities Act 1933 yang mengatur penyediaan informasi fakta material dan untuk mencegah perbuatan curang dalam penjualan saham. Filosofi pengaturan Securities Act 1933 yang selanjutnya diperluas pengaturannya oleh Securities Exchange Act 1934 mengenai kewajiban prinsip keterbukaan dan anti fraud dalam pembelian dan penjualan saham di pasar modal pada saat lahirnya adalah untuk menanggapi jatuhnya pasar modal Oktober 1929, yang mengakibatkan krisis keuangan dan great depression, yang pada mulanya kejadian ini berasal dari gagalnya bank dan pialang yang meminjamkan uang untuk membeli saham pada masa great depression. 25 Ketiga, sampai tahun 1987 Pasar Modal Amerika Serikat lebih maju atau telah berkembang dibandingkan dengan negara – negara lain. Karena sejak tahun 1700 secara informal kegiatan jual beli saham sudah dilakukan di New-York, Amerika Serikat. Pada tahun 1792, secara resmi dibentuk lembaga bursa di New York oleh 24 pialang yang menjadi cikal-cikal NYSE. Sekarang Pasar Modal Amerika Serikat terus maju atau berkembang, disusul Pasar Modal Jepang. 26 23 Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, Sixth Edition, St Paul, Minn: West Publishing Co, 1990 Hal 222 24 Ibid hal 222 25 Bismar Nasution op cit hal 6 26 Ibid hal 7 Universitas Sumatera Utara Dilihat dari majunya Pasar Modal Amerika Serikat, dan banyaknya negara negara yang menjadikan Undang Undang Pasar Modal negara Amerika Serikat Securities Act sebagai model undang undang bagi negaranya sendiri, penekanan prinsip keterbukaan yang dilaksanakan Amerika Serikat pastilah memegang peran penting terhadap kesuksesan Pasar Modalnya. Jika dilihat Undang Undang Pasar Modal nomor 8 tahun 1995 di Indonesia dan dibandingkan dengan Securities Act, kedua Undang Undang ini memiliki substansi yang mirip dan sama sama menjunjung pentingnya prinsip keterbukaan dalam pelaksanaan Pasar Modal. Dari hal ini, dapat disimpulkan pentingnya prinsip keterbukaan di Amerika Serikat, tidak kalah petingnya dengan Prinsip keterbukaan yang harus dilaksanakan dalam Pasar modal Indonesia. Sesuai dengan pembahasan sub bab ini, maka setidak tidaknya ada tiga fungsi dan makna prinsip keterbukaan dalam pasar modal. Pertama, prinsip keterbukaan berfungsi untuk memelihara kepercayaan publik terhadap pasar. Tidak adanya keterbukaan dalam pasar modal membuat investor tidak percaya terhadap mekanisme pasar. Sebab prinsip keterbukaan mempunyai peranan penting bagi investor sebelum mengambil keputusan untuk melakukan investasi karena melalui keterbukaan bisa terbentuk suatu penilaian judgement terhadap investasi, sehingga investor secara optimal dapat menentukan pilihan terhadap portofolio mereka. Makin jelas informasi perusahaan, maka keinginan investor untuk melakukan investasi makin tinggi. Sebaliknya ketiadaan atau kekurangan seta ketertutupan informasi dapat menimbulkan ketidakpastian bagi investor, dan Universitas Sumatera Utara konsekuensinya menimbulkan ketidakpercayaan investor dalam melakukan investasi melalui pasar modal. 27 Kedua, prinsip keterbukaan berfungsi untuk menciptakan mekanisme pasar yang efisien. Filosofi ini didasarkan pada konstruksi pemberian informasi sacara penuh sehingga menciptakan pasar modal yang efisien, yaitu harga saham sepenuhnya merupakan refleksi dari seluruh informasi yang tersedia. 28 Dengan demikian prinsip keterbukaan dapat berperan dalam meningkatkan supply informasi yang benar, agar dapat ditetapkan harga pasar yang akurat. Halm ini menjadi penting karena berkaitan dengan pasar modal sebagai lembaga keuangan yang beroperasi berdasarkan informasi. Tanpa informasi peserta pasar tidak dapat mengevaluasi produk produk lembaga keuangan. Kalau informasi mengenai saham sedikit, maka investor yang melakukan investasi relatif kecil. Bisa juga terjadi bahwa suatu saham yang kualitasnya baik akan tetapi mempunyai harga yang rendah dari semestinya. Hal ini dapat terjadi apabila informasi mengenai saham tersebut tidak tersedia secara luas dan akurat. Dengan perkataan lain, informasi saham yang mutunya rendah dapat mengakibatkan harga saham itu menjadi lebih rendah dari semestinya. Karena itu, untuk menjual saham pada pasar primer dan pasar sekunder, manajemen perusahaan harus menjaga pasar. Artinya semua informasi yang relevan mengenai apa yang ada dan akan ada 27 Frank H. Easterbrook dan Daniel R. Fischel,1, The Economic Structure of Corporate Law Cambridge, Massachusetts, London: Harvar university Press, hal 1996 hal 296 dikutip dari Bismar Nasution op cit hal 8 28 Bismar Nasution op cit hal 8 Universitas Sumatera Utara harus dikemukakan. Jika tidak mereka akan kehilangan kesempatan menjual sahamnya. 29 Ketiga, prinsip keterbukaan penting untuk mencegah penipuan fraud. Sangat baik untuk dipahami ungkapan yang pernah diungkapkan Barry A.K. Rider: “sun light is the best disinfectant and electric light the best policeman”. Dengan kata lain, Rider menyatakan bahwa :”more disclosure will inevitably discourage wrongdoing and abuse”. 30 Selanjutnya dia menyatakan bahwa dalam pasar keuangan pendapat tersebut tidak perlu lagi dibuktikan, tetapi lebih banyak bergantung pada informasi apa yang harus diungkapkan dan kepada siapa informasi itu disampaikan. 31 Fungsi prinsip keterbukaan untuk mencegah terjadinya penipuan ini adalah pendapat yang paling tua. 32 Prinsip keterbukaan telah menjadi fokus sentral dari pasar modal, dan Undang Undang Pasar Modal Indonesia juga mengatur pelaksanaan prinsip keterbukaan sehingga investor dan pelaku-pelaku bursa lainnya mempunyai informasi yang cukup dan akurat untuk pengambilan keputusan. 33

B. Pengertian Fakta Material dalam Pasar Modal