Pengaturan Terhadap Perusahaan Publik yang Melakukan Merger

usahanya telah selesai sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

D. Pengaturan Terhadap Perusahaan Publik yang Melakukan Merger

dalam Perundang-Undangan di Indnesia Pengaturan mengenai merger di Indonesia, secara mendasar diatur dalam Undang-Undang nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pengaturan mengenai merger pertama kali diatur dalam Undang Undang ini karena pada dasarnya yang melakukan penggabungan adalah perusahaan, dan Undang – Undang ini mengandung pengertian serta penjelasan yang cukup terperinci mengenai pengertian dari perusahaan beserta organ organnya yang berpengaruh apabila suatu perusahaan hendak melakukan merger. Apabila diperhatikan Ketentuan Umum yang terdapat pada Bab 1 Undang – Undang ini, maka hal hal substansial yang penting dari suatu perusahaan atau perseroan, terdapat di didalamnya. Dikutip dari Pasal 1 ayat 1 Undang- Undang Perseroan Terbatas nomor 40 tahun 2007, Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang- undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Lalu di ayat 2, dinyatakan bahwa Organ dari Perseroan ialah Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi, dan Dewan Komisaris. Pada ayat 7, dinyatakan bahwa Perseroan Terbuka adalah Perseroan publik atau Perseroan yang melakukan penawaran umum saham, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Universitas Sumatera Utara Lalu di pasal 1 ayat 9 Undang- Undang ini memberi definisi dari merger atau penggabungan yaitu perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu Perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan Perseroan lain yang telah ada yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari Perseroan yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada Perseroan yang menerima penggabungan dan selanjutnya status badan hukum Perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum. 84 Lebih lanjut dalam Undang-Undang Peseroan Terbatas ini, diatur mengenai merger pada Bab 8 mengenai Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, dan Pemisahan. Pada Bab 8 Undang – Undang ini tepatnya pada pasal 122 sampai pasal 137, merger diatur secara umum secara bersama sama dengan akuisisi dan konsolidasi. Dan pada pasal 134, dinyatakan bahwa Ketentuan lebih lanjut mengenai Penggabungan, Peleburan, atau Pengambil alihan Perseroan diatur dengan Peraturan Pemerintah. 85 Atas perintah Undang-Undang tersebut maka lahirlah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 tahun 1998 Tentang Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas. Pengabungan di dalam Pasal 1 ayat 1 Peraturan Pemerintah ini didefinisikan sebagai perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri menjadi 84 Indonesia, Undang Undang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 1 ayat 9 85 Indonesia, Undang-Undang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 134 Universitas Sumatera Utara bubar. 86 Dalam pasal 4 sampai pasal 6 dijelaskan syarat syarat dari penggabungan, peleburan dan pengambilalihan, dimana pada pasal 4 ayat 1 menyatakan bahwa Penggabungan, peleburan, pengambilalihan hanya dapat dilakukan dengan memperhatikan kepentingan perseroan, pemegang saham minoritas, dan karyawan perseroan yang bersangkutan, serta kepentingan masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha. Berdasarkan pasal 6 ayat 1 Peraturan Pemerintah ini, Penggabungan atau merger hanya dapat dilakukan dengan Persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham. 87 Rapat Umum Pemegang Saham dilaksanakan setelah dilaksanakannya tata cara Penggabungan sebagaimana diatur dalam Bab 3 Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1998 ini tepatna pada pasal 7 sampai pasal 19. Secara khusus bagi perusahaan publik atau Emiten yang akan melakukan penggabungan, diatur lebih jauh dalam Peraturan Bapepam, yaitu Peraturan Nomor IX.G.1 : Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha Perusahaan Publik atau Emiten didalam lampiran Keputusan Ketua Bapepam nomor Kep- 52PM1997. 88 Peraturan Nomor IX.G.1 : Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha Perusahaan Publik atau Emiten berdasaran Ketua Bapepam nomor Kep 52PM1997 ini mengandung 6 butir aturan yang mengatur secara lebih spesifik mengenai Pengertian, Persyaratan, tata cara, serta susunan Rancangan 86 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 27 tahun 1998 pasal 1 ayat 1 87 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 27 tahun 1988 pasal 6 ayat 1 88 Wawan Zulmawan op cit hal 63 Universitas Sumatera Utara Penggabungan Usaha yang harus dibuat, beserta pengaturan hal hal lain yang dikhususkan bagi Penggabungan atau Peleburan Perusahaan publik. Perusahaan publik juga diberlakukan Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta nomor: Kep- 001BEJ012000 tanggal 4 Januari 2000 tentang Peraturan Pencatatan Efek nomor I-G : Tentang Penggabungan Usaha Atau Peleburan Usaha. Menurut ketentuan ini, setiap penggabungan usaha dimana satu atau lebih pesertanya adalah Perusahaan tercatat, maka saham perusahaan hasil penggabungan usaha tersebut tercatat di Bursa, sesuai ketentuan Peraturan ini. 89 Selain peraturan peraturan yang disebutkan di atas, Dalam Undang Undang tentang Pasar Modal nomor 8 tahun 1995, dalam pasal 1 ayat 7 beserta penjelasannya, menyatakan bahwa merger adalah salah satu fakta material yang harus segera disampaikan kepada publik khususnya dalam merger perusahaan publik. 90 Keharusan disampaikannya fakta material ini terkait dengan kewajiban keterbukaan yang harus dilaksanakan dalam Pasar Modal. Dengan kata lain, dapat disimpulkan dari penjelasan penjelasan di atas, peristiwa merger perusahaan publik, selain harus sesuai dengan persyaratan dan tata cara yang ditentukan oleh Undang Undang Perseroan terbatas, serta Peraturan Peraturan lain yang tercipta atas perintah Undang Undang Perseroan Terbatas, harus juga memenuhi prinsip keterbukaan dalam Pasar Modal karena merger adalah salah satu fakta material yang disebutkan dalam Undang Undang Pasar Modal. 89 Wawan Zulmawan op it hal 77 90 Indonesia, Undang Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Pasal 1 ayat 7 Universitas Sumatera Utara BAB IV KEWAJIBAN PRELIMINARY MERGER NEGOTIATION UNTUK DIINFORMASIKAN DALAM PELAKSANAAN KEWAJIBAN KETERBUKAAN DI PASAR MODAL A. Pengertian dan Letak Preliminary Merger Negotiation dalam Proses Merger Perusahaan Publik Dikutip dari Black’s Law Dictionary, Negotiation is process of submission and consideration of offers until acceptable offer is made and accepted. The deliberation, discussion, or conference upon the terms of a proposed agreement; the act of settling or arranging the terms and condition of a bargain, sale, or other bussiness transation. 91 Sementara preliminary, dikutip dari buku yang sama, adalah Introductory;initiatory;preceding;temporary and provisional. 92 Apabila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, maka Preliminary Merger Negotiation dapat dikatakan sebagai suatu bentuk pembicaraan awal dari peristiwa merger perusahaan. Pembicaraan awal disini dimaksudkan pembicaraan pembicaraan yang dilakukan mengenai akan mergernya suatu perusahaan tertentu dengan perusahaan lain. Dengan kata lain, pembicaraan awal merger atau preliminary merger negotiation terjadi sebelum adanya kepastian suatu perusahaan akan melakukan merger. 91 Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary op cit hal 1036 92 Ibid hal 1180 Universitas Sumatera Utara Untuk melihat dimana letak preliminary merger negotiation dalam merger perusahaan publik, maka haru diketahui dulu sebelumnya, kapan peristiwa merger berlaku. Dikutip dari teaching material Windha. SH.M.Hum Fakultas Hukum USU mengenai Merger, Konsolidasi, Akuisisi, dan Spin off, Merger berlaku apabila: 93 1 Apabila merger mengakibatkan terjadi perubahan anggaran dasar yang essensial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat 2 Undang Undang Perseroan Terbatas, maka merger mulai berlaku sejak perubahan Anggaran Dasar mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia. 2 Jika merger mengakibatkan perubahan Anggaran Dasar yang tidak memerlukan persetujuan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia RI vide pasal 21 ayat 3 Undang Undang Perseroan Terbatas maka merger mulai berlaku sejak perubahan Anggaran Dasar didaftarkan dalam Daftar Perusahaan vide Undang Undang nomor 3 Tahun 1982. 3 Jika tidak terjadi perubahan Anggaran Dasar, sejak ditandatanganinya Akta Penggabungan. Dengan kata lain, preliminary merger negotiation terjadi dalam proses sebelum sah nya terjadi merger seperti ketiga poin yang disebutkan di atas. Ditinjau lebih jauh mengenai kapan tepatnya pembicaraan awal dari proses merger perusahaan publik, apabila dilihat dari pengertian yang diberikan oleh Black’s Law Dictionary di atas, dimana negotiation didefinisikan sebagai 93 Windha.SH.M.Hum, op cit hal 4 Universitas Sumatera Utara pertimbangan dari penawaran yang diberikan sampai keputusan yang jelas disampaikan, dan preliminary sebagai tahap awalan, maka, pembicaraan awal suatu merger perusahaan publik adalah pembicaraan yang terjadi sebelum dilakukannya tahap tahap proses merger sebagaimana yang ditetapkan oleh Undang Undang yang berlaku yaitu: 94 1. Direksi masing-masing Perseroan, setelah memperoleh persetujuan komisaris, wajib menjajaki kelayakan Penggabungan Usaha; 2. Direksi masing-masing Perseroan secara bersama sama wajib menyusun Rancangan Penggabungan Usaha yang telah disetujui komisaris; 3. Dalam hal Penggabungan Usaha akan mengakibatkan perubahan yang material terhadap sifat perseroan, kondisi keuangan atau hal hal lain yang mempengaruhi perseroan, maka keseluruhan dampak dari perubahan tersebut harus dicakup dalam dokumen Rancangan Penggabungan Usaha. 4. Pernyataan Penggabungan Usaha yang berisi Rancangan Penggabungan Usaha beserta dokumen pendukung secara lengkap wajib disampaikan kepada Bapepam paling lambat akhir hari kerja ke-2 kedua setelah diperolehnya persetujuan komisaris. 5. Rancangan Penggabungan Usaha wajib diumumkan ringkasannya kepada masyarakat dalam 2 dua surat kabar harian berbahasa Indonesia satu diantaranya berperedaran nasional paling lambat akhir hari kerja ke-2 kedua setelah diperolehnya persetujuan komisaris, Pengumuman dimaksud memuat informasi bahwa Rancangan Penggabungan Usaha 94 Wawan Zulmawan, op cit hal 63 Universitas Sumatera Utara tersebut belum mendapatkan efektif dari Bapepam dan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham. Pembicaraan awal merger atau Preliminary Merger Negotiation Perusahaan Publik terjadi sebelum tata cara merger diatas dilaksanakan. Dengan kata lain, sebelum Direksi kedua belah pihak atau lebih yang akan melaukan merger, belum mendapatkan persetujuan dari Komisaris dan Rapat Umum Pemegang Saham, namun Direksi dari perusahaan sudah menyampaikan berita tersebut kepada publik, hal itu dapat disebut pembicaraan awal dalam proses merger perusahaan publik atau preliminary merger negotiation. Berdasarkan Undang-Undang Perseroan Terbatas, yang dapat menyampaikan pembicaraan awal proses merger perusahaan publik tersebut hanyalah direksi. Karena, menurut Pasal 1 ayat 5 Undang Undang Perseroan Terbatas nomor 40 tahun 2007, Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. 95 Lebih jauh padal Bab 7 Undang Undang ini, pada bagian kesatu mengenai Direksi pasal 92, dinyatakan bahwa: 96 1. Direksi menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan. 95 Indonesia, Undang Undang nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 1 ayat 5 96 Indonesia, Undang-Undang nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 92 Universitas Sumatera Utara 2. Direksi berwenang menjalankan pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat, dalam batas yang ditentukan dalam undang undang ini danatau anggaran dasar. 3. Direksi Perseroan terdiri atas 1 satu orang Direksi atau lebih. 4. Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan meghimpun danatau mengelola dana masyarakat, Perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat, atau Perseroan Terbuka wajib mempunyai paling sedikit 2 dua orang anggota Direksi. 5. Dalam hal Direksi terdiri atas 2 dua anggota Direksi atau lebih, pembagian tugas dan wewenang pengurusan di antara anggota direksi atau lebih, pembagian tugas dan wewenang pengurusan di antara anggota Direksi ditetapkanberdasarkan keputusan RUPS. 6. Dalam hal RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat 5 tidak menetapkan, pembagian tugas dan wewenang anggota Direksi ditetapkan berdasarkan keputusan Direksi. Dari penjelasan mengenai Direksi diatas, dan dikaitkan dengan Preliminary Merger Negotiation, maka sejauh ini dapat kita simpulkan bahwa Preliminary Merger Negotiation adalah Pembicaraan awal tentang merger perusahaan publik yang diberitahukan oleh Direksi perusahaan yang akan melakukan merger, yang diberitahukan kepada publik, sebelum terdapat persetujuan dari komisaris dan Rapat Umum Pemegang Saham. Dengan kata lain, pembicaraan awal merger hanya sebatas negosiasi antar Direksi dari perusahaan yang akan merger. Universitas Sumatera Utara Direksi dari perusahaan yang direncanakan merger biasanya mengumumkan rencana merger tersebut lewat mass media. 97 Sebagai contoh dapat kita ambil contoh dari diberitakannya oleh Direktur Bank Danamon akan rencana merger dari Bank BCA dan Bank Danamon pada 14 November 1997 lewat harian Republika. 98 Contoh lain adalah diumumkannya Rencana merger Flexi dan Esia pada hari Rabu, 16 Juni 2010 dalam Tempo.co.Bisnis. 99 Jadi, preliminary merger negotiation adalah pembicaraan negosiasi antara direksi perusahaan yang akan melakukan merger, disampaikan oleh salah satu Direksi dari perusahaan yang merencanakan untuk melakukan merger, sebelum dilaksanakannya tahap tahap atau proses proses yang harus dilakukan untuk merger, atau dengan kata lain disampaikan Direksi kepada publik sebelum mendapat persetujuan komisaris, ataupun belum melaksanakan dan mendapat persetujuan dari RUPS, lewat mass media, baik dari media cetak maupun elektronik, dengan tujuan disampaikan kepada publik atau masyarakat.

B. Kedudukan Preliminary Merger Negotiation Dikaitkan Dengan