Sejarah Kerajaan Mollo T2 752015020 BAB III

36

3.2 Sejarah Kerajaan Mollo

Suku asli yang tinggal di sekitara Gunung Mutis adalah Suku bangsa Dawan ini seringkali disebut dengan nama yang berbeda- beda. Istilah “Dawan” sebenarnya merupakan sebuah istilah yang diberikan oleh orang Belu di sebelah timur. 3 Menurut Parera, istilah Dawan ini kemungkinan besar ada kaitannya dengan Liurai Sonbai yang pertama, yang bernama Nai Laban. Jadi orang Dawan adalah rakyat dari Nai Laban. Para pedagang dan kaum pendatang dari luar menyebut orang Dawan ini dengan nam a “Atoni”. Istilah ini sebenarnya kurang disukai orang Dawan, 4 karena didasarkan pada kebiasaan memanggil orang lain dengan ucapan “Hoi Atoni” yang berarti “Hai orangteman”.Sekalipun demikian, penyebutan suku Atoni ini diterima pula oleh sebagian penduduknya. Dikatakan bahwa orang Dawan menyebut diri mereka orang Atoni Meto, artinya orang yang berdiam di daratan atau di tempat kering Atoni = orang, Meto = darat atau kering. Ada pula yang menyebut mereka adalah “orang gunung”, sebab menurut sejarah, orang Atoni merupakan penduduk pegunungan yang terpencar. Terpencarnya orang Dawan ini diperkirakan belum lama terjadi, terlihat dari bukti bahwa variasi dialek bahasa Dawan sangat sedikit. Parera menyebutkan bahwa pada umunya orang-orang Dawan mempunyai peradaban yang lebih rendah sehingga tidak bisa menyaingi para pendatang yang memiliki kebudayaan yang sudah lebih maju. Kenyataan ini dibuktikan dengan adanya “pengungsian politik” yang terjadi sekitar abad ke-15, ketika kelompok pendatang yakni orang Belu memenuhi daerah sekitar Gunung Mutis. 5 Kepastian tentang sejarah asal-usul terbentuknya suku Dawan tidak diketahui dengan pasti. 6 Dari berbagai tradisi lisan, diperoleh keterangan bahwa kebanyakan penduduk di daerah NTT mengaku nenek moyang mereka berasal dari seberang lautan. Di Pulau Timor, Van Wouden, menyebutkan tentang luasnya penyebaran mitos tentang Sina 3 ADM Parera, Sejarah Pemerintahan Raja-Raja Timor, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994. Hal 44 4 ADM Parera, Sejarah Pemerintahan Raja-Raja Timor,,, 44 5 ADM Parera, Sejarah Pemerintahan Raja-Raja Timor,,, 47 6 Mubyarto, Tanah Sumber Nilai Hidup, Yogyakarta; Penerbit Kanisius,1991.Hal 134. 37 Mutin Malakkan. Dikisahkan bahwa beberapa ratus tahun yang lalu, empat suku hutun rai hat meninggalkan negerinya Sina Mutin Malakkan menuju ke timur. 7 Di Larantuka-Bauboin yakni suatu tempat di Flores Timur, sebagian dari mereka tinggal. Mereka inilah yang menurunkan raja dan penduduk Pantai Larantuka. 8 Sebagian lainnya meneruskan perjalanannya ke Pulau Timor dan menetap serta membentuk empat kerajaan kecil, yakni: 1 Ai Hale atau Wehali; 2 Sanaleo di gunung Sanaleo; 3 Ai Meku atau Waiwiku; dan 3 Katimu atau Haitimu. Kerajaan-kerajaan ini taat kepada pemimpinnya di Wehali.Konon, wilayah Dawan kemudian dipimpin oleh seorang raja yang disebut Liurai Sonbai. Liurai Sonbai merupakan adik dari Maromak Oan, raja Wewiku Wehale yang berasal dari Sina Mutin Malakkan. 9 Masyarakat Dawan yang tinggal di wilayah Gunung Mutis yaitu masyarakat Mollo. Istilah Mollo berasal dari istilah yang dikenakan pada Gunung Mollo, yang berari kuning emasemas. Kerajaan Mollo merupakan salah satu bagian dari wilayah bekas Kerajaan Oenam. Adapun yang menjadi raja pertamanya adalah To Oematan To Lukemtasa. Pada saat itu To Oematan merupakan fetor Mollo, tapi ketika kerajaan Mollo dibentuk, maka ia langsung diangkat sebagai raja dan menandatangani Korte Verklaring pada 10 Mei 1916. Tetapi sebelumnya To Oematan bersama-sama dengan Usif Nunbena Bait Oematan Bait Kaunan dan Moeb Baki Fobia telah menandatangani ikrar kesetiaan pada Ratu Welhelmina dan dipertuan Gubernur Jenderal Belanda di Batavia pada tanggal 19 April 1907 bertempat di Kapan. 10 Akan tetapi, bilamana sampai kapan Raja To Oematan memerintah di Kerajaan Mollo belum dikatahui dengan pasti. Namun, diperkirakan ia mulai berkuasa sesudah Perang Nefo 7 Unit Pelaksana Teknik Dinas UPTD Arkeologi, Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Provinsi Nusa Tenggara TimorNusa Tengga Timur,sejarah raja-raja Timor dan pulau-pulaunya. Hal 88 8 Yoseph Yapi Taun, Kisah Wato Wele-Lia Nurat dalam dalam tradisi puisi lisan Flores Timur, Inonedia; Yayasan Obar Indonesia. 1997. Hal 4-6 9 Yoseph Yapi Taun, Kisah Wato Wele-Lia Nurat dalam dalam tradisi puisi lisan Flores Timur,,,Hal 6 10 Bapak Mateos Anin, tanggal 5 januari 2017 38 Besak sekitar tahun 1906. Salah satu hal penting dan sangat bermanfaat bagi rakyat Mollo yang dilakukan oleh Raja To Oematan selama masa pemerintahannya adalah didirikannya Sekolah Rakyat Volks School pada tahun 1908 di Nefokoko yang kemudian dipindahkan ke Kapan tahun 1910. Setelah beberapa lama Raja To Oematan memerintah, ia menyerahkan jabatannya kepada juru bahasanya yaitu Lay A Koen Tabelak Oematan atau Wellem Fredik Hendrik Oematan untuk menjalankan tugas sebagai Raja Mollo. Jauh Sebelum itu Pemerintahan Swapraja Mollo berkembang melalui keluarga laki- laki, dan melalui keluraga wanita Oematan yaitu saudara-saudara perempuan dari Oematan Nunbana-Netpala-Tabu Besana. Keluarga Pitay FU AI PIN AI “nyala api” bergelar Tusalakh lutu mutisalak. Keluarga Pitay berkedudukan di Nenas; sudah menjadi masyarakat wilayah Gunung Muits berdasarkan amaf-amafnya Tsun Tun muni yaitu adik bungsu dan saudara perempuan dari pahlawan Noebesi Bnani yang menurunkan Beunsila-Afosila dari Belotan laka fafi tui lala, sebagai penganti kerugian perang, Sonbay menghadiahkan Gunung Mutis kepada Noebesi Banani pahlawan utama dari Oematan. Sama seperti tanah Lupu dimiliki oleh Banani Tunis adik Noebesi Banani bernama Hona Banani dan saudara perempuan iserti Tunis Tunis. Demikian Gunung Mutis dijagai oleh adik bungsu Noibesi Banani bernama Tun Muni. 11 Struktur pemerintahan dalam pemerintahan kerajaan Mollo dapat dilihat susunanya sebagai berikut - Afinit = pendahulu; leluhur - Pah Tuaf = penguasa pemilik wilayah - Mafefa = juru bicara raja atau jubir adat. Adalah penghubung Pah Tuaf dengan amaf, meob, dan ana‟a tobe karena merupakan hubungan tidak langsung. 11 Bapak Dominggua Oematan, tanggal 4 januari 2017, jam 15.00 WITA 39 - Amaf-amaf = marga-marga pendukung utama Pah Tuaf Raja. Dalam satu kelompok amaf terdiri dari delapan marga pendukung, dimana dari delapan marga pendukung terdapat empat marga pendukung yang bertanggungjawab atas kesejahteraan dan kehidupan raja; empat marga pendukung lainnya bertanggungjawab untuk melayani kebutuhan raja. 12 - Meob = pahlawan yang bertanggungjawab atas keamanan dan ketentraman wilayah kerajaan - Ana’ A tobe = yang berwenang dan bertanggungjawab atas kelestarian alamwilayah - Mnais Kuan = tua kampung pemangku adat yang keberadaanya telah disepakati oleh para amaf - Tob To Ana = rakyat biasa atau rakyat pada umumnya yang mendiami wilayah kerajaan Mollo

3.3 Sistem Kepercayaan