Pola Hidup Dan Perilaku masyarakat Mollo

41 tinggal di hutan, batu-batu karang, mata air, pohon-pohon besar dan gunung-gunung. Masyarakat Dawan percaya pada Pah Nitu yaitu arwah-arwah orang yang sudah meninggal dunia. Arwah-arwah ini memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena mereka seringkali dijadikan penghubung atau perantara antara manusia dengan Uis Neno. Mereka percaya juga pada Uis Leu yakni raja yang kudus, Tuhan yang haram, yang biasanya dikaitkan dengan Uis Neno. 17

3.4 Pola Hidup Dan Perilaku masyarakat Mollo

Masyarakat Mollo adalah masyakat yang tinggal di sekitar kawasan Gunung Mutis. Masyakat Mollo hidup berkelompok berdasarkan Kanaf Marga. Setiap marga memiliki adat istiadatnya masing-masing dan setiap marga juga memiliki tempat-tempat sakralnya masing- masing. Orang Mollo biasanya juga sering disebut Atoin Meto Manusia Timor. Orang Atoni biasanya hidup di daerah pedalaman yang bersifat amat kering. Masyarakat Mollo umumnya bekerja sebagai petani. Oleh karena itu, hidup mereka sangat tergantung dari alam. Alam dapat membawa kebahagiaan dan kesejahteraan bagi manusia dan juga bisa mendatangkan malapetaka. Hal ini tergantung bagaimana manusia mengusahakannya. 18 Iklim wilayah Timor dipengaruhi oleh letak geografi wilayah timor yang berdekatan dengan benua Australia sehingga mempunyai perbedaan dengan iklim di wilayah Indonesia lainnya, letak geografi ini mempengaruhi iklim di wilayah Timor yang sangat kering. Suhu udara di wilayah Timor pada saat musim kemarau sangat panas sehingga sebagian wilayah Timor mengalami kekeringan. Pada saat, musim penghujan, curah hujan sangat banyak dan mengakibatkan cuaca sangat dingin dan lembab hal ini mengakibatkan gagal panen oleh 17 Bapak Yakobus Toi, tanggal 4 januari 2017, jam 15.00 WITA 18 Bapak Yakobus Toi, tanggal 4 januari 2017, jam 15.00 WITA 42 karena tanaman terendam air. Curah hujan di pulau Timor tidak merata dan tidak menentu sehingga cuaca dan musim tidak menentu. 19 Keadaan tanahnya berupa tanah liat berpori yang mengandung kapur. Tanah jenis ini tidak mendukung vegatasi penutup, pada musim hujan, keadaan tanah banyak mengandung air, dan akan mengembang ketika volume air hujan bertambah besar. Pada saat musim kemarau, tanah menjadi sangat keras. Komposisi tanah dari batu kapur dan tanah liat sangat berpengaruh terhadap adanya sumber air. Masalah sumber air ini yang menimbulkan bentuk pemukiman dan usaha pertanian yang berpusat di daerah pugunungan dan pengembangan usaha tani lahan kering yang didominasi jagung dan palawija. Dataran pulau Timor didominasi oleh lapisan tanah liat yang biasanya kurang cocok untuk digunakan sebagai lahan pertanian. Oleh sebab itu, masyarakat setempat memanfaatkan tanah kawasan dataran tinggi yang komposisi tanahnya lebih sesuai untuk kegiatan tani, yaitu campuran antara batu kapur dan tanah liat. Secara historis, penduduk mempraktekan sistem usaha tani perladangan berpindah dengan teknologi tebas dan bakar. Dengan demikian pemukiman berpusat pada lereng-lereng pegunungan, di lereng-lereng bukit batu dan Gunung Mutis inilah masyarakat Mollo membuka lahan pertanian, sehingga masyarakat sangat bergantung pada alam Gunung Mutis dan gunung-gunung batu yang berada di wilayah Mollo. 20 Selain itu salah satu penghasilan terbesar dari Gunung Mutis adalah lebah madu. Penghasilan lebah madu ini merupakan sumber ekonomi yang juga sangat menonjol bagi sebagian besar penduduk masyarakat Mollo. Bagi masyarakat Mollo panen madu tidak hanya merupakan rutinitas mata pencarian saja akan tetapi panen madu bagi sebagian masyarakat setempat merupakan tradisi leluhur yang terus mereka jaga. Bagi masyarakat Olin-fobia, panen madu hutan adalah kegiatan sakral yang melibatkan kombinasi dari ritual adat dan 19 H. G Schuler Nordholt, The Political System of The Atoni of Timor, For Distributor And Circulation In Indonesia Only, 1971, hal 28 20 Bapak Yakobus Toi, tanggal 4 januari 2017, jam 15.00 WITA 43 agama. Kedua marga besar ini merupakan penduduk asli Mollo yang mendiami wilayah tersebut dan menjaga alam Gunung Mutis. Dalam pemanfaatan lebah madu oleh masyarakat setempat, dibagi kepemilikannya melalui marga yang ada, sehingga setiap marga yang ada mempunyai wilayal-wilayah tersendiri untuk mengambil madu hutan, hal ini dilakukan untuk tidak terjadi konflik dalam mengambil hasil lebah madu. Dikatakan demikian karena untuk melakukan panen madu hutan mereka harus melakukan prosesi ritual karena mereka mengambil madu dari tempat yang dianggap sakral pula yakni Gunung Mutis. Gunung Mutis dianggap sakral oleh karena menurut masyarakat Mollo, mutis adalah sumber kehidupan bagi sebagian besar masyarakat Mollo. 21 Untuk menjaga keharmonisan dengan alam, masyarakat Mollo memiliki berbagai tradisi lisan. Tradisi-tradisi lisan tersebut umumnya berkaitan erat dengan bahasa-bahasa ritual dan upacara formal dalam masyarakat tersebut. Kehidupan masyarakat Mollo memiliki hubungan yang erat antara ritus dan mitos pertanian, yang juga berhubungan erat dengan keyakinan religius tradisional. Kehidupan masyarakat Mollo selalu diwarnai oleh berbagai ritus primitif dalam setiap kegiatan hidup mereka. Masyarakat Mollo meyakini bahwa ada penguasa tertinggi yang mengatur seluruh kehidupan mereka, baik kehidupan sosial mereka maupun alam dimana mereka tinggal dan hidup didalamnya. Dalam upaya menjaga kawasan Gunung Mutis masyarakat Mollo juga menata kawasannya berdasarkan peranan dan fungsinya serta melakukan kegiatanpengelolaan dan perlindungan sumberdaya alam, sebagai upaya mempertahankan kelestarian sumberdaya alam yang ada. Kawasan hutan Mutis dibagi menjadi 3 yaitu kawasan hutan larangan, padang penggembalaan, dan perkampungan. 22 Kawasan larangan dengan ekosistem hutan alam yang masih alami yang dianggap keramat bagi masyarakat Mollo. Kawasan larangan meliputi kawasan hutan ampupu hingga puncak Gunung Mutis. Seluruh bagian kawasan larangan masuk didalam kawasan Gunung 21 Bapak Yakobus Toi, tanggal 4 januari 2017, jam 15.00 WITA 22 Bapak Yakobus Toi, tanggal 4 januari 2017, jam 15.00 WITA 44 Mutis. Kawasan larangan merupakan tempat pelaksanaan ritual yang didalamnya terdapat Faut kanaf-Oe kanaf dari sebagian fam marga. Fautkanaf-Oekanaf adalah batu yang dimiliki setiap marga yang digunakan sebagai tempat upacara terhadap leluhur mereka. Kawasan tersebut disakralkan oleh sukunya dan disegani oleh suku-suku lain karena diyakini memiliki kekuatan gaib yang dapat membawa rejeki atau sebaliknya dapat menimbulkan malapetaka. Tempat-tempat sakral yang dimiliki oleh masyarakat Mollo sebagian terletak di dalam dan diperbatasan kawasan larangan. 23 Semua bentuk kehidupan di dalam kawasan larangan tidak boleh diambil dan semua pelaksanaan kegiatan harus melalui persetujuan ketua adat. Larangan menebang pohon di hutan Gunung Muits larangan diberlakukan sangat keras. Sesuai isi peraturan yang dibuat oleh raja dan tokoh adat, masyarakat Mollo tidak diperbolehkan untuk mengeksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan baik dalam hal penebangan pohon, pemanenan hasil hutan maupun perburuan satwa liar, sehingga hutan Gunung Mutis terlindungi dari penebangan liar dan perburuan liar. Larangan akan dicabut, setelah dipandang menurut kriteria obyektif, hasil telah memenuhi syarat panen yang diawali dengan upacara adat. Aturan adat dan pandangan masyarakat mengenai hutan Gunung Mutis menjadikan mereka sebagai pelindung hutan Gunung Mutis. Pada dasarnya makna dari aturan adat adalah menjaga dan melestarikan hutan dan Gunung dan perlindungan sumberdaya alam. Oleh karena itu, dengan adanya peraturan adat mampu memelihara, memanfaatkan sekaligus melestarikan hutan, dan sawah lengkap dengan flora dan fauna yang ada di dalamnya yang dimiliki secara komunal. Disisi lain, masyarakat juga percaya bahwa alamlah yang akan menghukum mereka jika mengeksploitasi sumberdaya secara berlebihan. 24 mengatakan 23 Bapak Mateos Anin, tanggal 5 januari 2017 24 Bapak Yakobus Toi , tanggal 5 januari 2017 45 bahwa sanksi mampu menciptakan rasa takut untuk melakukan pelanggaran bagi suatu masyarakat. 25 Selain itu ada kawasan padang penggembalaan berada di luar Nais –Tala’ dimana lahan tersebut berupa hutan tanaman. Sebagian dari kawasan ini masuk kedalam kawasan Cagar Alam. Pada lahan ini berdasarkan peraturan adat, masyarakat dapat memanfaatkan kayu bakar, madu, tali hutan, dan lain-lain tanpa merusak alam. Padang penggembalaan sebelumnya merupakan lahan terbuka yang diijinkan oleh pemerintah untuk ditanami tanaman kehutanan seperti kemiri dan cemara di lahan ini juga terdapat tanaman hias seperti anggrek, kaktus dan lainnya. Untuk kawasan perkampungan, Kawasan pemukiman masyarakat Mollo berada di luar kawasan padang penggembalaan yang merupakan kawasan kampung dan ladang masyarakat Mollo. Kawasan kampung memiliki rumah-rumah adat masyarakat Mollo yang diberi nama Lopo serta pekarangan rumah yang ditanami dengan berbagai tanaman hias yang didapat dari hutan. Selain itu kawasan ladang yang berada di sekitar rumah mereka juga ditanami dengan tanaman-tanaman musiman. 26

3.5 Gambaran umum Gunung Mutis