Sikap Masyarakat Terhadap Pajak

mengorbankan sesuatu. Semua yang dinikmati oleh seseorang akan dibayar sendiri oleh yang bersangkutan, atau bisa pula bebannya dialihkan kepada orang lain. Misalnya, seseorang yang mengendarai sepeda motor pada suatu kota yang belum pernah disinggahi sebelumnya dapat melewati jalan raya yang cukup baik yang dibangun pemerintah, tanpa harus membayar sejumlah biaya sama sekali. Walaupun orang tersebut tidak mengeluarkan biaya atau pengorbanan untuk ikut serta membangun jalan tersebut, tetapi Ia dapat menikmatinya secara gratis. Tanpa disadarinya sebenarnya jalan tersebut dibiayai oleh sekelompok masyarakat lain yang membayar pajak kepada pemerintah, yang mungkin tidak mendapat manfaat langsung dari pembangunan jalan tersebut.

C. Sikap Masyarakat Terhadap Pajak

Tingkat kepatuhan Wajib Pajak yang tinggi merupakan kondisi yang diinginkan oleh pemerintah. Hanya saja kondisi ini tidak selalu dapat diwujudkan, mengingat setiap anggota masyarakat memiliki persepsi yang berbeda tentang pajak. Buat sebagian besar masyarakat membayar pajak merupakan beban yang senantiasa harus dihindari, agar tidak mengurangi kekayaannya. Sehubungan dengan sifat dan sikap masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya ini, menurut pengamat Herbert Kelman 1966, seorang pakar psikologi sosial, dalam bukunya “Problems in social psychology” tahun 1966, menyatakan bahwa terdapat 3 tiga perilaku orang yang membayar pajak, yaitu: Universitas Sumatera Utara 1 Compliance attitude. 2 Identification attitude. 3 Internalization attitude. Compliance attitude merupakan suatu kondisi di mana orang membayar pajak karena takut dihukum apabila menyembunyikan pajak atau tidak membayar pajak. Pada tingkatan ini orang membayar pajak bukan didasarkan atas kesadaran akan pentingnya pajak bagi negara dan bagi dirinya sendiri. Akan tetapi lebih didorong oleh rasa takut, sehingga sikap ini tidak membangun dalam sistem perpajakan. Hal ini berarti apabila suatu saat peraturan yang mengatur tentang pemungutan pajak agak lemah, atau kurangnya pengawasan atau pemerintah tidak tegas melakukan peraturan yang ada, maka masyarakat akan berusaha menyembunyikan atau menyeludupkan atau tidak membayar pajak. Identification attitude merupakan suatu kondisi dimana orang membayar pajak karena didorong oleh rasa senang dan rasa hormat kepada petugas pemerintah, khususnya petugas pajak. sikap ini lebih menonjolkan akan adanya pelayanan dan kinerja yang dimiliki oleh aparat pemerintah terlebih lagi petugas pajak, sehingga belum termasuk yang ideal dalam sistem perpajaknan. Karena apabila suatu saat aparat pemerintah tidak menunjukan kinerja sebagaimana semestiya, maka masyarakat akan dapat urung niatnya untuk membayar pajak. Internalization attitude merupakan suatu kondisi dimana orang membayar pajak karena kesadaran bahwa pajak itu berguna bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat luas. Sikap inilah yang sangat ideal untuk dimiliki oleh masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Terlebih lagi bagi negara yang menganut self Universitas Sumatera Utara assessment system. Karena pembayaran pajak yang dilakukan didasarkan atas dorongan diri dalam diri masyarakat, serta mampu melihat secara luas akan fungsi dan kegunaan pajak secara maksimal. Salah satu dari ketiga di atas pastilah dimiliki oleh setiap masyarakat pembayar pajak. Namun sikap manapun yang dimiliki, umumnya belum terlepas dari masalah berikut: adanya kesalahan dalam menerapkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku serta adanya kesalahan dalam penghitungan pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak. Untuk itu, apabila Wajib Pajak ternyata salah dalam menghitung dan menetapkan sendiri yang harus diikuti dengan pelaporan besarnya jumlah pajak yang terutang, pihak Direktorat Jenderal Pajak melalui kantor pelayanan pajak akan mengeluarkan ketetapan tentang berapa jumlah pajak yang sebenarnya.

D. Perlawanan terhadap pajak