FAKTOR YANG PENENTU RESIKO TOKSISITAS

5.6. FAKTOR YANG PENENTU RESIKO TOKSISITAS

Zat toksik adalah merupakan zat yang dapat menimbulkan kerja yang merusak dan berbahaya bagi kesehatan. Zat toksik ini lebih dikenal dengan sebutan racun. Dalam prakteknya, senyawa dikatakan sebagai racun bila resiko yang ditimbulkan relatif besar. Ada beberapa faktor yang menentukan. Faktor – faktor tersebut akan dibahas dalam hubungannya dengan tiga fase toksik yaitu: fase eksposisi, fase toksokinetika, dan fase toksodinamika.

5.6.1. Faktor Penentu Resiko pada Fase Eksposisi 5.6..1.a . Dosis Pada Ernst Mutchler ”Dinamika Obat”, 1991,

Penerbit ITB Bandung, disebutkan bahwa ”Semua zat adalah racun dantidak ada zat yang bukan racun; hanya dosislah yang membuat suatu zat bukan racun. Hal ini berarti zat yang potensial belum tentu menyebabkan keracunan. Hampir tiap individu dapat dideteksi sejumlah tertentu zat seperti DDT dan timbal, tetapi zat-zat tersebut tidak menimbulkan reaksi keracunan karena dosis yang ada masih berad dibawah konsentrasi toksik. Setelah dosis berada pada dosis toksik maka zat tersebut dapat menimbulkan kercunan.

Hal yang sebaliknya, jika zat yang digunakan dalam jumlah yang besar maka dapat menimbulkan kerusakan atau keracunan bagi tubuh, bahkan air sekalipun. Karenanya perlunya pengetahuan yang mendasari tentang resiko toksisitas suatu zat. Untuk keamanan pada penggunaan zat kimia perlu ditinjau data pada: - bank data toksikologik dan data zat kimia baru

sesuai dengan Technical Report no. 586 dari WHO dan

- undang-undang tentang ketentuan uji toksisitas zat kimia baru di Amerika Serikat, sebelum diperdagangkan (Toxic Substance Control Act = TOSCA)

Dosis terutama ditentukan oleh: Konsentrasi dan lamanya ekposisi zat. Racun pada konsentrasi yang rendah tetapi terdapat kontak yang lama

dapat menimbulkan efek Tosik yang sama dengan zat yang terpapar pada konsentrasi tinggi dengan waktu kontak yang singkat.

5.6.1.b. Keadaan dan kebersihan tempat kerja dan perorangan

Hal yang penting antara lain adalah penyimpanan zat yang berbahaya seperti zat kimia, termasuk yang digunakan dalam rumah tangga, contohnya deterjen, kosmetika, dan obat. Zat –zat tersebut sebaiknya disimpan ditempat yang aman dan jauh dari jangkauan anak. Karena keteledoran dalam penyimpanan sering menimbulkan keracunan pada anak – anak. Hal yang penting adalah pakaian yang tercemar dibersihkan secara teratur dan ditangani secara terpisah dari pakaian atau benda yang lain.

Higiene kerja seseorang penting artinya terutama dalam hal pembatasan pembentukan debu atau pemaparan zat kimia, meminimalkan kontak antara bahan berbahaya dengan kulit, ataupun anggota tubuh yang lain. Untuk perlunya pengetahuan dan peraturan tentang penggunaan alat-alat kerja, sarung tangan, dan lain secara benar.

Hal yag penting adalah, pengetahuan dan peraturan tersebut harus dilaksanakan dan ditaati.

Keadaan tempat kerja juga mempengaruhi terjadinya ekposisi racun antara lain: ada atau tidaknya ventilasi ruangan; filter pada alat yang menghasilkan debu.

Apabila ruangan tertutup rapat dan tidak terdapat ventilasi, maka tidak ada pergantian udara dalam ruangat tersebut. Bila dalam ruangan terpapar

oleh zat beracun misalnya gas H 2 S, maka konsentrasi H2S akan semakin tinggi dengan bertambahnya waktu, karena gas H2S terkepung dalam ruangan dan tidak ada jalan untuk keluar, misalnya ventilasi. Apabila terdapat makhluk hidup pada ruangan tersebut misalnya manusia maka dapat berakibat fatal (kelumpuhan atau bahkan kematian).

Sedangkan apabila manusia menghirup debu yang terus menerus maka dapat menyebabkan berbagai hal antara lain alergi, atau Infeksi Saluran Pernapasan. Untuk menghindari hal tersebut perlu dilakukan suatu tindakan untuk meminimalkan debu, antara lain dengan Sedangkan apabila manusia menghirup debu yang terus menerus maka dapat menyebabkan berbagai hal antara lain alergi, atau Infeksi Saluran Pernapasan. Untuk menghindari hal tersebut perlu dilakukan suatu tindakan untuk meminimalkan debu, antara lain dengan

Awal kerja efek basa biasanya lebih lambat daripada yang disebabkan oleh asam., meskipun

5.6.1.c. Keadaan Fungsi Organ yang Kontak ada ion basa seperti ion amonium (banyak

Keaadaan fungsi organ yang kontak dengan zat terdapat pada produk rumah tangga seperti toksik akan mempengaruhi eksposisi zat tersebut.

detergen) yang dengan mudah menembus iris. Contohnya pada:

b Keadaan fungsi organ yang berperan pada • Kulit, Absorbsi melalui kulit dipengaruhi oleh

ekskresi dan detoksifikasi

kandungan kelembaban, peredaran darah kulit, dan keadaan setiap lapisan kulit. Apabila

Seperti yang dijelaskan pada biotransformasi dan lapisan permukaan kulit rusak maka fungsi kulit

ekskresi, organ yang berperan penting adalah hati sebagai barier(penghambat) terhadap zat-zat

dan ginjal. Pada organ hati, zat atau xenobiotik yang masuk ke tubuh menjadi berkurang . Hal

didetoksifikasi dan dimetabolisme membentuk ini menyebabkan zat – zat (tidak hanya yang

produk yang mudah diekskresi di ginjal. Pada lipofil saja yang bisa masuk tapi juga yang

ginjal, zat akan diekskresi bersama dengan urine. hidrofil) atau bahkan bakteri dan virus akan

Apabila hati dan / atau ginjal menderita kerusakan, lebih mudah masuk.

maka akan terjadi perlambatan detoksifikasi dan • Saluran pernapasan, Adanya Industrialisai,

ekskresi zat termasuk zat toksik. menyebabkan terjadi polusi terhadap udara. Hal

c. Eksposisi sebelumnya

ini menyebabkan saluran pernapsan menjadi terpejan oleh zat toksik yang berada pada

Apabila telah terjadi eksposisi terhadap zat udara. Kondisi saluran napas dan paru-paru

tertentu (misal: timbal atau insektisida) dan terjadi yang telah mengalami eksposisi sebelumnya

akumulasi zat tersebut dalam tubuh, maka resiko dapat mempengaruhi keadaan organ tersebut

terjadi toksisitas pada kontak berikutnya akan pada pajanan berikutnya atau pajanan yang

lebih besar. Makin besar zat yang tersimpan lebih lama. Contoh: apabila paru-paru telah

dalam tubuh makin besar bahaya toksisitas yang terkena Arsen maka dapat terjadi iritasi lokal

diperoleh.

pada organ tersebut, apabila pajanan terjadi

d Faktor genetik dan keturunan lebih lama maka dapat menyebabkan kanker

paru-paru. Perbedan genetik dan keturunan dapat mempengaruhi proses dalam tubuh.

5.6.2.1 Faktor Penentu Resiko pada Fase Toksikinetika

Misalnya: Metabolisme Isoniazid (obat anti tuberculosis) pada orang jepang dan eskimo

Toksokinetika meliputi proses Absorbsi, Distribusi, berbeda dengan orang eropa timor dan mesir, Metabolisme, Eliminasi (ADME). Faktor –faktor

yang dikaenakan proses N-asetilasi. yang berpengaruh pada proses tersebut seperti

yang dijelaskan pada biotransformasi (bab III) juga Pada orang jepang dan orang eskimo , isoniazid menjadi penentu resiko terjadinya tokisisitas.

masa kerja lebih pendek dan lebih cepat Berikut ini akan dijelaskan beberapa faktor

diekskresikan dalam asetilisoniazid yang tidak diantaranya.

aktif. Sehingga perlu pemakaian dosis lebih besar.

a .Sifat keasaman dari suatu za (pH) dapat Sedangkan pada orang Eropa timur dan mesir, mempengaruhi absorbsi dari suatu zat

terjadi hal yang sebalikya yaitu masa kerja lebih lambat dan lebih lambat diekskresi.

Zat kimia yang dapat mempengaruhi kornea mata antara lain: asam dan basa, asap, detergen. Asam

5.6.3. Faktor Penentu Resiko pada Fase dan basa dengan mudah menembus kornea dan

Toksodinamika

dapat menyebabkan kerusakan baik kecil maupun

a. Perbedaan Kepekaan seseorang besar (yaitu: kerusakan dangkal jaringan yang dapat sembuh dengan mudah sampai keburaman

Faktor yang berpengaruh dalam hal ini adalah: kornea dan perforasi) . Zat asam dapat membakar

• Umur, Contoh: tetrasiklin yang diberikan pada jaringan kornea karena rendahnya pH disamping

anak 1 (satu) tahun dapat menyebabkan warna gigi menjadi coklat

• Jenis Kelamin, Contoh : Nikotin (seperti pada Facultas Farmasi, Universitas Gajah Mada, rokok) dimetabolisis secara berbeda antara

Yogyakarta..2001

laki-laki dan perempuan • Kehamilan, Penggunaan zat pada masa c. Frank C. Lu. Toksikologi dasar: Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko, edisi kedua.

kehamilan dimana terjadi perkembahan janin Universitas Indonesia Press,Yakarta.1985. pada kandungan, dapat mempengaruhi dari

kondisi perkembangan organ yang terbentuk.

d. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/articl Hal ini telah dijelaskan pada sub bab jenis-

e/: teratogenik

jenis respon yaitu pada pembahasan efek

e. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/articl teratogenik.

e/000005.htm: allergic reaction. • Faktor lain, Faktor lain yang berpengaruh

seperti kekurangan gizi makanan,

f. Mutschler, E., Dinamika Obat. Edisi kelima. penggunaan obat-obatan, reaksi sensitifitas

Diterjemahkan oleh Mathilda B. Widianto dan (alergi), dan kesehatan yang menyeluruh.

Anna Setiadi Ranti. Penerbit ITB. Bandung. 1991

b. Perbedaan karena faktor genetika dan keturunan

g. Siswandono dan Bambang Sukardjo. Kimia Medicinal. Airlangga University Press.

Perbedaan individu dalam metabolisme sejumlah

Surabaya.. 2000.