Partisipan 5 (W. L)
5. Partisipan 5 (W. L)
Selama dua tahun bermahasiswa di Salatiga, frekuensi makan partisipan 5 (W.L) adalah sebanyak 2 kali setiap harinya, yaitu disiang hari dan dimalam hari. Partisipan menjelaskan bahwa partisipan memilih makan disiang hari karena sering bangun kesiangan, dan bila ada kuliah pagi, partisipan tidak pernah sarapan sebelum berangkat kuliah, selain itu menurut partisipan makan siang akan membuat partisipan merasa kenyang dan bisa menghemat uang makan dengan makan 2 kali sehari. Partisipan makan siang di setiap jam 12.00 – 13.00 dan makan malam sekitar jam 19.00 – 20.00 setiap harinya.
Jenis makanan yang dikonsumsi partisipan selama di Salatiga adalah nasi sebagai makanan pokok yang berbeda dengan makanan pokok sebelumnya selama di Papua yaitu ubi jalar, keladi ataupun jagung. Partisipan mengatakan sangat jarang mengkonsumsi ubi jalar, keladi maupun jagung, yang sebelumnya selama di Papua menjadi makanan pokok partisipan. Ubi jalar hanya dikonsumsi bila Jenis makanan yang dikonsumsi partisipan selama di Salatiga adalah nasi sebagai makanan pokok yang berbeda dengan makanan pokok sebelumnya selama di Papua yaitu ubi jalar, keladi ataupun jagung. Partisipan mengatakan sangat jarang mengkonsumsi ubi jalar, keladi maupun jagung, yang sebelumnya selama di Papua menjadi makanan pokok partisipan. Ubi jalar hanya dikonsumsi bila
Jenis sayuran yang biasanya dikonsumsi partisipan selama di Salatiga yaitu kangkung, kol, sayur sop, buncis, kacang panjang, bayam, labu siam, terong, daun ubi, dan sayur daun pepaya. Sayuran yang dikonsumsi biasanya dimasak sendiri namun terkadang dibeli juga di warung- warung makan. Selain itu partisipan juga mengkonsumsi ayam goreng, ikan goreng, nasi goreng, daging babi, daging anjing, daging kambing, tempe, tahu, telur, bakso, soto, mie ayam, cap jay, dan berbagai jenis gorengan,mie goreng, mie instan. Partisipan juga mengkonsumsi papeda selama bermahasiswa di Salatiga, bila ada mahasiswa lain yang membawa dari Papua sebagai oleh-oleh, ataupun sering dikonsumsi ketika ada perayaan syukuran mahasiswa Papua lainnya seperti syukuran wisuda, ulang tahun dan sebagainya. Kemudian buah-buahan yang dikonsumsi partisipan selama bermahasiswa di Salatiga adalah pisang, rambutan, mangga, semangka, jambu biji, nangka, kedondong, ketimun, kelapa, dan apel.
Porsi makan partisipan untuk 1 kali makan adalah kurang lebih 1 porsi, dengan nasi, sayur dan lauk sebanyak 400 gram untuk 1 porsi makan.
Terdapat beberapa jenis makanan yang sebelumnya dikonsumsi partisipan selama di Papua, namun tidak lagi dikonsumsi partisipan selama di Salatiga, yaitu daun labu siam, daun labu kuning, daun petatas, buah merah, kelapa hutan, serta kuskus. Hal ini karena tidak tersediannya jenis makanan tersebut, serta tidak dijual di pasar. Selain itu beberapa makanan terasa asing bagi partisipan dan partisipan memilih untuk tidak mengkonsumsinya, seperti tumpang koyor, sate, tahu bacem serta tempe bacem, kemudian tahu campur, dan gado-gado. Partisipan mengatakan belum pernah mencoba mengkonsumsi makanan khas Salatiga, bahkan partisipan tidak tahu apa jenis makanan khas Salatiga.
Sama dengan partisipan lainnya, bagi partisipan makanan yang dijumpai selama di Salatiga terasa manis, dan tidak begitu disukai oleh partisipan. Namun karena partisipan lebih sering makan di kontrakan maka partisipan tidak begitu mengeluhkan makanan yang dijumpai dan partisipan menyukai makanan dengan rasa yang asin dan pedas. Selain itu partisipan menyukai daun papaya yang dijual dipasar yang sudah diolah yaitu tidak terasa pahit.
Selama dua tahun bermahasiswa di Salatiga partisipan merasa ada perubahan dalam perilaku makan Selama dua tahun bermahasiswa di Salatiga partisipan merasa ada perubahan dalam perilaku makan
Partisipan juga
merasa harus
menyesuaikan diri dengan makanan yang baru ditemui dilingkungan yang baru di Salatiga, walapun rasanya tidak disukai, partisipan harus beradaptasi dengan makanan tersebut.