Partisipan 4 (M. W)
4. Partisipan 4 (M. W)
Sama dengan partisipan lainnya, partisipan 4 (M.W) sudah berkuliah selama 2 tahun di Salatiga. Selama bermahasiswa di Salatiga frekuensi makan partisipan adalah sebanyak 2 sampai 3 kali setiap harinya. Partisipan mengatakan makan sebanyak 3 kali sehari ketika tersedia banyak makanan di kontrakan, ataupun partisipan masih memiliki uang makan yang cukup, dan bila kehabisan uang makan, ataupun makanan yang tersedia sedikit maka partisipan akan memilih makan sebanyak 2 kali, dan bila masih terasa lapar maka partisipan akan minum kopi sebagai penahan lapar. Partisipan biasanya sarapan pagi sekitar jam 08.30, kemudian makan siang jam 12.00 – 13.00 ataupun bila kelas selesai, dan makan malam sekitar jam
20.00 – 21.00. Selain itu partisipan kadang menikmati snack disore hari sekitar jam 16.00.
Jenis makanan yang dikonsumsi partisipan selama di Salatiga adalah nasi sebagai makanan pokok yang berbeda dengan makanan pokok sebelumnya di Papua yaitu ubi jalar, keladi ataupun jagung. Selama bermahasiswa di Salatiga partisipan jarang mengkonsumsi ubi jalar, keladi dan jagung. Partisipan biasanya lebih sering mengkonsumsi ubi jalar yang dibeli jadi seperti ubi goreng, ataupun partisipan membeli ubi di pasar untuk direbus atau dibakar lalu dikonsumsi.
Jenis sayuran yang biasanya dikonsumsi partisipan selama di Salatiga yaitu sayur sop, buncis, kacang panjang, bayam, kangkung, kol, sawi, labu siam, terong, daun ubi, dan sayur asem. Partisipan menjelaskan bahwa biasanya sayuran yang dikonsumsi tidak selalu dimasak sendiri, kadang partisipan juga membelinya diwarung makan.
Jenis makanan lain yang juga dikonsumsi partisipan selama di Salatiga yaitu ayam goreng, ikan, daging anjing, daging babi, tahu, tempe, telur goreng ataupun telur rebus. Partisipan juga mengkonsumsi berbagai jenis gorengan seperti pisang goreng, tahu isi, tahu bakso, tempe goreng, bakwan dan ubi goreng. Kemudian mie instan, biscuit, soto, Jenis makanan lain yang juga dikonsumsi partisipan selama di Salatiga yaitu ayam goreng, ikan, daging anjing, daging babi, tahu, tempe, telur goreng ataupun telur rebus. Partisipan juga mengkonsumsi berbagai jenis gorengan seperti pisang goreng, tahu isi, tahu bakso, tempe goreng, bakwan dan ubi goreng. Kemudian mie instan, biscuit, soto,
Buah-buahan yang dikonsumsi partisipan selama bermahasiswa di Salatiga adalah pisang, rambutan, mangga, jeruk, semangka, nangka, bengkoang, kedondong, kelapa, apel, manggis, buah naga dan nanas.
Porsi makan partisipan untuk 1 kali makan adalah 1 sampai 1½ porsi, dengan nasi, sayur dan lauk sebanyak 500 gram untuk 1 porsi makan, sedangkan 1½ porsi adalah sebanyak 800 gram untuk 1 kali makan.
Ada beberapa jenis makanan yang sebelumnya dikonsumsi partisipan selama di Papua, namun tidak lagi dikonsumsi partisipan selama di Salatiga, yaitu kuskus, buah merah, kelapa hutan, daun labu siam, daun genemu, serta daun petatas. Hal ini karena tidak tersediannya makanan tersebut, ataupun makanan tersebut tidak dijumpai partisipan selama di Salatiga, dan juga tidak dijual di pasar. Selain itu beberapa makanan terasa asing bagi partisipan dan partisipan memilih untuk tidak mengkonsumsinya, Ada beberapa jenis makanan yang sebelumnya dikonsumsi partisipan selama di Papua, namun tidak lagi dikonsumsi partisipan selama di Salatiga, yaitu kuskus, buah merah, kelapa hutan, daun labu siam, daun genemu, serta daun petatas. Hal ini karena tidak tersediannya makanan tersebut, ataupun makanan tersebut tidak dijumpai partisipan selama di Salatiga, dan juga tidak dijual di pasar. Selain itu beberapa makanan terasa asing bagi partisipan dan partisipan memilih untuk tidak mengkonsumsinya,
Partisipan mengatakan belum pernah mencoba mengkonsumsi makanan khas Salatiga, bahkan partisipan belum tahu apa jenis makanan khas Salatiga. Kesan partisipan terhadap makanan yang dijumpai selama di Salatiga sama halnya dengan partisipan lainnya yaitu rasa masakan yang sangat manis membuat makanan terasa tidak enak, dan partisipan menyukai makanan dengan rasa yang asin dan pedas. Namun bila membeli makan di warung makan, partisipan akan memilih menu makanan yang tidak terasa manis, seperti nasi dan ayam goreng ataupun nasi dan telur goreng, tanpa sayur ataupun dengan sayuran yang rasanya asin ataupun pedas.
Selama dua tahun bermahasiswa di Salatiga partisipan merasa ada perubahan dalam perilaku makan yaitu selama di Papua makanan selalu disiapkan oleh orang tua, namun di Salatiga makanan harus disiapkan sendiri, selain itu makanan diperoleh dengan membeli sehingga sangat penting mengatur keuangan dengan baik. Selama di Papua partisipan mengkonsumsi ubi jalar sebagai makanan pokok, sedangkan selama di Salatiga nasi adalah pengganti makanan pokok. Kemudian yang terakhir partisipan merasa Selama dua tahun bermahasiswa di Salatiga partisipan merasa ada perubahan dalam perilaku makan yaitu selama di Papua makanan selalu disiapkan oleh orang tua, namun di Salatiga makanan harus disiapkan sendiri, selain itu makanan diperoleh dengan membeli sehingga sangat penting mengatur keuangan dengan baik. Selama di Papua partisipan mengkonsumsi ubi jalar sebagai makanan pokok, sedangkan selama di Salatiga nasi adalah pengganti makanan pokok. Kemudian yang terakhir partisipan merasa