PENGUATAN KEBIJAKAN PEMERINTAH
F. PENGUATAN KEBIJAKAN PEMERINTAH
Undang-undang partai politik memberi kewenangan pemerintah untuk membuat kebijakan pelaksanaan bantuan keuangan partai politik. Baik UU No. 2/1999, UU No. 31/2002 maupun UU No. 2/2008 tidak hanya memberikan kewenangan pemerintah untuk mengatur mekanisme dan prosedur pengelolaan bantuan keuangan partai politik, melainkan juga besaran bantuan keuangan, peruntukan, bahkan penerapan sanksi administrasi. Namun kewenangan pengaturan pelaksanaan bantuan keuangan partai politik selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal oleh pemerintah, sehingga instrumen ini masih jauh dari tujuan diadakannya bantuan keuangan: yakni menjaga kemandirian partai politik dalam memperjuangkan kepentingan rakyat.
Sebagai undang-undang perubahan atas UU No. 2/2008, UU No. 2/2011 masih memberi kewenangan besar kepada pemerintah untuk mengatur pelaksanaan bantuan keuangan partai politik. Sesudah tiga undang- undang dilewatkan begitu saja, kini saatnya pemerintah memaksimalkan penggunaan kewenangan tersebut, mengingat perilaku partai politik belum menunjukkan diri sebagai organisasi penjaga demokrasi dan konstitusi yang konsisten, padahal posisi dan fungsinya sangat dominan dalam sistem politik dan ketatanegaraan.
Jika diperhatikan perkembangan politik satu dasawarsa era reformasi ini, tampak partai politik semakan oligarkis, elitis, dan personalistis. akibatnya, mereka semakin menjauhi nilai-nilai perjuangan rakyat. Sumber masalahnya sudah bisa dipetakan: penguatan pemilu sebagai institusi demokrasi telah menjadikan partai politik sebagai mesin pendulang suara, sehingga partai politik membutuhkan dana banyak; dana tersebut dibelanjakan tidak hanya untuk kampanye pemilu tetapi juga untuk menggerakkan organsasi sepanjang tahun. Di satu pihak, hal itu membut pengurus partai politik berburu dana illegal; di lain pihak, mereka terpaksa
Pemilu Jurnal & Demokrasi
menerima sumbangan dari para pemilik uang yang menuntut imbalan. Kemandirian partai politik dalam memperjuangkan kepentingan rakyat pun jauh dari harapan.
Tentu saja kondisi tersebut tidak boleh dibiarkan. Selagi kepercayaan masyarakat kepada partai politik belum habis, maka usaha-usaha untuk mengembalikan partai politik sebagai organisasi perjuangan rakyat, harus dilakukan secara intensif. Dalam hal ini bantuan keuangan partai politik bisa menjadi salah satu intrumen yang pemanfaatannya bisa dimaksimalkan oleh pemerintah.
Pertama, pemerintah perlu meningkatkan besaran bantuan keuangan partai politik agar bantuan ini benar-benar berdampak pada upaya menjaga kemandirian partai politik dalam memperjuangkan kepentingan rakyat. Jumlah bantuan keuangan partai politik yang hanya 1,3% dari total kebutuhan dana partai politik tingkat nasional per tahun, jelas tidak berarti apa-apa bagi upaya menjaga kemandirian partai politik, sebab partai politik masih menggantungkan keuangannya dari para penyumbang. Dari sisi anggaran negara, ruang untuk meningkatkan bantuan keuangan juga masih terbuka lebar, karena total bantuan keuangan kepada 9 partai politik pemilik kursi di DPR hanya 0,0007% dari aPBN; dan total seluruh kebutuhan 9 partai politik dalam setahun hanya 0,05% dari aPBN. Secara bertahap bantuan keuangan partai politik bisa dinaikkan sampai 30% dari kebutuhan partai politik per tahun.
Kedua, peningkatan bantuan keuangan partai politik bisa digunakan pemerintah untuk mendorong implementasi prinsip transparansi dan akuntabilitas keuangan partai politik. Selama ini partai politik tidak transparan dan akuntabel dalam tata kelola keuangan partai politik, karena mereka harus menyembunyikan penggunaan dana illegal dan sumbangan pemilik uang yang menunut imbalan. Tata kelola seperti ini tidak hanya menyuburkan korupsi politik, tetapi juga mengancam masa depan demokrasi. Sebab, manakala rakyat sudah tidak percaya dengan partai politik, maka demokrasi terancam runtuh karena penopangnya jatuh. Bantuan keuangan yang signifikan bisa mencegah hal itu: pertama, partai politik akan bersungguh-sungguh mengelola penggunaan dana negara; kedua, BPK juga tidak hanya sambil lalu dalam memeriksa penggunaan dana negara karena jumlahnya signifikan.
KEBIJAKAN BANTUAN KEUANGAN PARTAI POLITIK: REVIEW TERHADAP PP NO. 5/2009 DALAM RANGKA PENYUSUNAN PERATURAN PEMERINTAH BARU BERDASAR UU NO. 2/2011
Ketiga, bantuan keuangan yang besarannya signifikan dari total belanja partai politik, akan membuat partai politik merasa rugi juga tidak memanfaatkannya. Dalam kondisi demikian, sanksi administrasi berupa penundaan pencairan atau peniadaan bantuan keuangan bagi partai politik yang tidak menyampaikan laporan pertanggunjawaban penggunaan bantuan keuangan, akan efektif. Sanksi ini juga bisa dikenakan bagi partai politik yang tidak menyampaikan laporan keuangan partai politik tahunan sebagaimana diwajibakan oleh undang-undang. Namun sebelum sampai penjatuhan sanksi, pemerintah harus memastikan bahwa mekanisme, prosedur dan jadwal waktu pengajuan, pencairan dan penyusunan laporan pertanggunajwaban, tidak menyulitkan partai politik. apabila hal itu sudah bisa dipenuhi pemerintah, maka ancaman penjatuhan sanksi akan dapat mendorong partai politik untuk berlaku transparan dan kuntabel dalam pengelolaan keuangan partai politik.