MANDULNYA PENEGAKAN HUKUM
D. MANDULNYA PENEGAKAN HUKUM
Selain substansi pengaturan dana kampanye yang banyak melahirkan celah untuk dimanipulasi, maraknya praktek korupsi pemilu juga disebabkan oleh mandulnya penegakan hukum yang dilakukan dalam
PENGATURAN DANA KAMPANYE DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PRAKTEK KORUPSI PEMILU
desain Sentra gakumdu (Sentra Penegakan Hukum Terpadu). Data Bawaslu pada 2011 yang dilansir dalam laporan akhir tahun mereka menunjukkan sedikit banyak jumlah temuan pelanggaran pilkada yang diinventarisir oleh Bawaslu atas masukan Panwaslu dari berbagai daerah.
Selama 2011, Bawaslu telah mengidentifikasi 372 pelanggaran pidana. Dari total pelanggaran pidana tersebut, 367 kasus merupakan pelanggaran yang berhubungan dengan politik uang. Bawaslu sendiri telah menyerahkan semua perkara tersebut kepada Kepolisian. akan tetapi 188 perkara yang dilimpahkan Bawaslu dihentikan oleh Kepolisian. Hanya 16 perkara yang kemudian diteruskan kepada Kejaksaan. Oleh kejaksaan 4 kasus diantaranya dihentikan dan 13 kasus lainnya dilimpahkan ke pengadilan.
Oleh pengadilan, semua perkara tersebut telah diputus. 19 Masalahnya, tidak jelas apakah ke-13 putusan pengadilan menyatakan terjadi praktek politik uang ataukah justru membebaskan pelaku.
Tindak lanjut atas Temuan/Laporan Pelanggaran Pidana
Diteruskan Dihentikan
Putusan ke Polisi
Diteruskan ke
SUMBER: LAPORAN AKHIR TAHUN PENEGAKAN HUKUM BAWASLU, 2011
Jika merujuk pada beberapa informasi di lapangan, pelaku politik uang biasanya hanya diberikan hukuman ringan atau bahkan vonis percobaan yang artinya, pelaku tidak perlu masuk penjara karena perbuatannya. Selain
19 Ibid, Bawaslu, 2011.
Pemilu Jurnal & Demokrasi
itu, penegakan hukum kasus korupsi pemilu, termasuk didalamnya politik uang sulit menjangkau aktor sebenarnya. Sudah tentu pemilik uang tidak akan langsung membagi-bagikan uang tersebut kepada pemilih. Biasanya mereka menggunakan tangan tim sukses, perangkat birokrasi atau bahkan warga biasa untuk menjadi aktor politik uang di lapangan. Oleh sebab itu, proses penegakan hukum kasus politik uang tidak semestinya berhenti pada pelaku lapangan. akan tetapi faktanya, penegakan hukum kasus politik uang tidak banyak punya peran dalam mengungkap siapa yang memiliki uang dan menyuruh membagi-bagikan uang tersebut kepada pemilih. akibatnya, proses penegakan hukum politik uang menjadi sekedar formalitas belaka.
Pada bagan dibawah terdapat ilustrasi yang sedikit banyak menjelaskan bagaimana operasi penegakan hukum terhadap politik uang dilakukan. Dari 6 kasus politik uang yang dijadikan contoh, pelakunya tidak ada yang menonjol, apalagi pasangan calon sebagai misal. Demikian pula masa hukuman atas perbuatan melakukan politik uang juga tidak menimbulkan efek jera.
Bagan 2. Beberapa Contoh Pelaku Politik Uang
NO TEMPAT KEJADIAN JABATAN PELAKU HUKUMAN/ANCAMAN SUMBER
1 Tangerang Selatan Ketua RT 2 bulan kurungan dan http://m.antikorupsi. denda Rp 1 juta
org/?q=content/19366/pelaku- politik-uang-diadili
2 Kupang Warga biasa Ditangkap tangan oleh http://www.metrotvnews.com/read/ polisi
newsvideo/2012/05/01/150136/ Polisi-Bekuk-Pelaku-Money-Politik- di-Kupang
3 Blora PNS
10 bulan percobaan
http://www.suaramerdeka. com/v1/index.php/read/ news/2010/07/21/60288/Pelaku- Politik-Uang-Pilkada-Blora-Divonis- Masa-Percobaan
4 Tana Toraja 9 pendukung
http://torajacybernews.com/umum/9- salah satu
1-4 bulan
pelaku-politik-uang-dipenjara-di- pasangan calon
rutan-makale.html 5 Mandailing Natal Tim sukses salah
http://www.berita.grandong. satu pasangan
DPO
com/2010/07/tiga-pelaku-politik- calon
uang-masuk-dpo.html 6 Kediri
Tim sukses
Pemeriksaan Panwas
http://www.pemiluindonesia.com/ pemilukada/panwaslu-mulai-panggil- pelaku-politik-uangpanwaslu-mulai- panggil-pelaku-politik-uang.html
DIOLAH DARI BERBAGAI SUMBER
PENGATURAN DANA KAMPANYE DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PRAKTEK KORUPSI PEMILU
Perkara lain yang dikategorikan korupsi pemilu tapi tidak pernah diproses secara hukum adalah penerimaan sumbangan oleh beberapa pasangan capres dari penyumbang yang tidak jelas identitasnya pada pemilu 2004. UU No 23 tahun 2003 tentang Pilpres mengatur beberapa ketentuan terkait dengan dana kampanye, salah satunya adalah larangan menerima sumbangan dari penyumbang yang tidak jelas identitasnya sebagaimana diatur dalam pasal 45 ayat (1). Konsekuensi dari pelanggaran atas pasal tersebut adalah pembatalan sebagai pasangan calon oleh KPU sebagaimana bunyi pasal 45 ayat (4).
Penelurusan ICW pada Pilpres 2004 menemukan bukti yang kuat bahwa beberapa pasangan calon telah menerima sumbangan dari penyumbang yang tidak jelas identitasnya. Paling kurang, ditemukan sumbangan sebesar Rp 9,35 miliar untuk pasangan Megawati-Hasyim Muzadi yang penyumbangnya, baik individu maupun badan usaha tidak jelas identitasnya seperti tidak jelas alamat penyumbang, penyumbang yang fiktif karena namanya dicatut sebagai penyumbang, atau dari sisi ekonomi penyumbang diragukan kemampuannya untuk menyumbang. Demikian pula pasangan SBY-JK yang kedapatan menerima sumbangan dari penyumbang yang tidak jelas identitasnya sebesar Rp 2,45 miliar. 20
Oleh ICW bukti tersebut kemudian dilaporkan kepada Bawaslu dengan harapan ada tindaklanjut atas temuan tersebut. akan tetapi sampai pemilu presiden selesai dan SBY-Kalla dilantik sebagai pemenang, tidak ada proses hukum terhadap temuan tersebut.
Bagan 3. Temuan Penyumbang Bermasalah Pilpres 2004
NO. KATEGORI TEMUAN
PASANGAN
PASANGAN
MEGAWATI-HASYIM M.
SBY-JUSUF KALLA
A. Individu 1 Penyumbang yang alamatnya tidak jelas
2 alamat (Rp 175 juta) 2 Penyumbang yang tidak layak
5 alamat (Rp 490 juta)
Tidak ada temuan menyumbang dilihat dari sisi ekonomi
7 alamat (Rp 700 juta)
3 Penyumbang yang hanya digunakan
Tidak ada temuan namanya sebagai penyumbang
5 alamat (Rp 500 juta)
B. Badan Hukum 1 Perusahaan yang alamatnya tidak jelas/
6 perusahaan (Rp 1,665 fiktif
2 perusahaan (Rp 1,1
miliar)
miliar)
20 Ibid, Kelam Dana Kampanye Capres, 2004
Pemilu Jurnal & Demokrasi
NO. KATEGORI TEMUAN
PASANGAN MEGAWATI-HASYIM M.
PASANGAN
SBY-JUSUF KALLA
2 Perusahan yang dikategorikan tidak layak
7 perusahaan (Rp 785 juta) menyumbang berdasarkan kemampuan ekonomi
Tidak ada temuan
Tidak ada temuan tapi melalui beberapa perusahaan
3 Sumbangan yang bersal dari satu sumber
11 perusahaan (Rp 8,25
miliar)
Total
Rp 9,35 miliar
Rp 2,45 miliar
SUMBER: ICW, LAPORAN PENELUSURAN PENYUMBANG BERMASALAH PASANGAN CAPRES DAN CAWAPRES, 2004.
Mandulnya penegakan hukum skandal korupsi pemilu telah menambah sisi kelemahan dari aspek pengaturan dana kampanye dari berbagai peraturan perundang-undangan yang ada. Meskipun demikian, sulit jika kelemahan penegakan hukum dialamatkan hanya kepada aparat penegak hukumnya. Desain peraturan juga telah memberikan kontribusi atas macetnya penanganan perkara-perkara strategis kepemiluan yang sebenarnya menjadi penentu atas kualitas pemilu itu sendiri.
Setidaknya ada beberapa prosedur penegakan hukum pidana pemilu yang menyulitkan proses penanganannya oleh aparat penegak hukum. Pertama, adanya aturan yang membatasi waktu penanganan perkara pidana pemilu hanya pada masa pemilu saja. Jika penanganan perkara tersebut sudah melewati masa pemilu, maka kasus itu dengan sendirinya dianggap kadaluarsa. Kedua, pendeknya waktu dalam menangani perkara pidana pemilu, di sisi lain, pendekatan dalam prosedur penanganan perkara pidana pemilu menggunakan kaidah hukum acara pidana yang umum berlaku. Kedua masalah ini yang menciptakan kondisi bottle-neg karena laporan yang disampaikan oleh berbagai pihak, khususnya Bawaslu relatif banyak, akan tetapi ada keterbatasan pada sumber daya manusia yang menangani serta batasan waktu yang sangat mepet. Hasilnya, banyak dari perkara pidana pemilu yang gugur begitu saja karena sudah melewati batas waktu yang telah ditentukan undang-undang.