Humanisme Dan Nasionalisme Dalam Pemikiran Gandhi

Segala sesuatu adalah terjadi tidak dengan sendirinya, selalu ada sebab- akibat. Begitu juga dengan apa yang Gandhi perbuat. Sejarah hidup Gandhi yang dilalui dengan didikan-didikan yang penuh dengan ajaran-ajaran yang penuh dengan cinta kasih. Jadi tidak bisa dipungkiri, pilihan Gandhi setia pada jalur perjuangan yang humanistik adalah karena masa lalu Gandhi yang dilalui dari masa anak-anak dilingkungan keluarga telah dilalui dengan pendidikan yang penuh dengan cinta kasih. Ajaran tentang falsafah India, Hindu, Buddha, Kristen, ajaran-ajaran Barat dari penulis seperti Tolstoy, Torreau, dan Ruskin, membawa Gandhi pada sikap dan pilihan tindakan untuk berjuang dengan berpedoman pada satyagraha dan ahimsa, sebagai wujud perjuangan humanismenya.

3.2. Humanisme Dan Nasionalisme Dalam Pemikiran Gandhi

Dasar pemikiran Humanisme adalah manusia, bahwa manusia menjadi pusat pemikiran humanisme itu sendiri. Bahkan kecenderungan manusia didewakan dalam konsep humanisme itu sendiri. Selalu ada upaya memikirkan sebuah konsep yang dapat memposisikan manusia pada posisi yang sakral, tanpa memandang siapa atau apa latar belakang pada manusia itu sendiri. Tidak ada batasan pada manusia, manusia pada dasarnya adalah sama. Pada konteks pemikiran Gandhi, humanismenya adalah bersumber pada ajaran agama. Agama mengajarkan banyak nilai-nilai moral yang kelak dibawa untuk menciptakan sebuah pemikiran yang menghargai sesama manusia. Humanisme sekuler sebagai pembagian kedua dari pembagian humanisme mendasarkan pemikiran pada manusia itu sendiri, tanpa mencampurkan urusan metafisik pada pemikirannya. Sementara Gandhi justru sebaliknya, pemikirannya adalah banyak diisi dengan ajaran-ajaran agama. Ajaran tentang mencintai sesame, tentang cinta kasih, tentang keseimbangan kosmos antara manusia dengan alam adalah nilai-nilai yang didapat Gandhi. Gandhi membangun semangat perjuangannya dengan nilai-nilai humanisme yang didapat dalam perjalanan hidupnya. Humanisme diimplemantasikannya dalam ajaran satyagraha dan ahimsa. Tapi walaupun Universitas Sumatera Utara demikian pemahaman yang diajarakan Gandhi tetap mendapat perdebatan, tentang bagaiman humanismenya dapat dikolaborasikan dengan nasionalismenya. Humanisme dan nasionalisme adalah dua konsep yang berbeda. Satu sisi humanisme yang menekankan banyak tentang hak asasi, tentang kesamaan, tentang penghargaan atas manusia, dan bagaimana agar manusia dapat ditempatkan pada posisi yang lebih baik tanpa ada sekat pembatas atau bersifat universal. Sementara nasionalisme lebih kepada menekankan pada rasa kesamaan pada sebuah kelompok bangsa yang memiliki kesamaan latar belakang sehingga menimbulkan rasa kesamaan yang erat yang kelak menjadi kekuatan dalam membentuk sebuah komunitas yang lebih besar. Seperti yang diungkap oleh Rupert Emerson bahwa nasionalisme adalah komunitas orang-orang yang merasa bahwa mereka bersartu atas dasar elemen-elemen yang mendalam dari warisan bersama dan bahwa mereka memiliki takdir bersama menuju masa depan. 94 3.2.1. Pemikiran Humanisme Gandhi Nasionalisme adalah terbatas pada sekelompok atau gabungan kelompok yang merasa memiliki kesamaan yang kuat, sementara humanisme adalah tidak memiliki sekat dan batasan. Semua manusia adalah sama, derajat dan kedudukan adalah sama, dan ingin menciptakan sebuah dunia yang sama untuk setiap untuk individu manusia. Jika nasionalisme dibangun untuk memperjuangkan hak sekelompok orang, maka humanisme adalah memperjuangkan hak semua orang. Gandhi berusaha memadukan perjuangannya dengan sikap humanismenya. Walaupun kontradiktif, tapi Gandhi tetap menjalankan misi perjuanganya yang mengedepankan sikap-sikap yang mengedepankan kemanusiaan. Pondasi dasar pemikiran Gandhi adalah ajaran-ajaran tentang Falsafah Timur dan Hinduisme. Ajaran-ajaran tentang alam mendominasi pemikiran Gandhi. Itu pulalah yang terbawa hingga Gandhi dipertemukan dengan ajaran- ajaran lain seperti vegetarianisme yang dominan diajarkan tentang mencintai dan 94 Adhyaksa Dault.2005. Islam dan Nasionalisme. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar. Hal.2. Universitas Sumatera Utara menghargai hewan dan pantang makna-maana yang mengandung unsur hewani dan puasa, hingga ajaran-ajaran dari pemikir seperti Tolstoy dan Torreau yang mengajarkan tentang penghargaan terhadap sesama dan kesetaraan. Gandhi adalah tipe orang yang sangat menjunjung tinggi kesetaraan dan sederajat. Sama seperti yang diungkap oleh Martin Buber yang menjelaskan tentang hubungan antar manusia. Hubungan yang dijalin manusia adalah hubungan yang ideal. Relasi manusia harus dibangun dalam hubungan “aku- engkau” sehingga tidak ada manusia yang bisa atau pernah direndahkan menjadi “itu”. Dalam semua relasi, sesama manusia harus benar-benar disapa sebagai “engkau”. 95 Ide-ide humanisme Gandhi adalah tentang perbuatan dan tingkah laku dan manusia itu sendiri. Perbuatan dan tubuh manusia bagi Gandhi adalah dua hal yang berbeda satu dengan yang lainnya. Tubuh adalah wadah sementara alam pikiran, ide, atau roh adalah hal yang mengisi tubuh. Itu dua hal yang berbeda. Ini sejalan dengan filsafat Samkhya yang cenderung mengarah pada filsafat dualisme Dasar inilah yang menjadi acuan Gandhi untuk membangun sebuah konsep interaksi antar manusia dan bagaimana melihat manusia itu sendiri yang saling menhargai tanpa memandang siapapun itu. Gandhi tidak menyatakan dirinya adalah tokoh humanisme, tapi apa yang dilakukannya adalah tentang humanisme. Humanisme adalah ajaran yang universal. Banyak konsep dan turunan yang muncul yang coba mendefenisikan tetang humanisme. Gandhi sendiri mendasarkan humanismenya banyak dipengaruhi tentang ajaran-ajaran agama, terutama Hindu. Kecendungan Gandhi mengarah pada humanisme yang religius, dimana humanisme ini adalah aliran yang idealis, yang banyak mendasarkan ajarannya pada nilai-nilai yang sifatnya Holistik. Penanaman nillai-nilai moral yang tinggi dengan pondasi nilai-nilai keagamaan. 96 95 P. Leenhouwers.1988. Manusia dalam Lingkungannya. Jakarta : Gramedia. Hal.243-244. 96 Aliran dualisme adalah sebuah aliran filsafat yang mendasari pemikirannya bahwa adanya perbedaan antara jiwa dan non-jiwa materi, atau adanya pemisahan antara tubuh manusia dan rohnya, antara fisik dan mental. Tentang adanya dua realisasi yang berdiri sendiri satu lepas dari yang lain, tetapi saling memiliki keterikatan. . Konsep pokok filsafat Samkhya ini terbagi dalam tiga hal, yakni Universitas Sumatera Utara pertama bahwa alam semesta dibangun di atas landasan dikotomi yang tak terpecah-pecah antara sel kehidupan dan materi yang tak bernyawa, kedua bahwa materi meski pada dasarnya sederhana dan tidak bernyawa, bisa lenyap atau mewujud ke dalam tiga bentuk berbeda, dan ketiga bahwa sel kehidupan yang bersatu dengan materi terlihat dalam lingkungan reinkarnasi tiada akhir. Dilanjutkan bahwa sel kehidupan yang disebut manusia adalah entitas hidup yang tersembunyi di belakang dan di dalam semua metamorphosis kehidupan. Jumlah sel kehidupan di alam semesta ini dipandang tak terbatas, dan sifatnya baik dianggap berbeda dengan materi yang tidak bernyawa. 97 “Sesungguhnya jiwa ini tidak dapat dilukai, dibakar dan juga tidak dapat dikeringkan dan dibasahi. Dia kekal, tidak berubah, tidak bergerak , dia abadi…”BAB II. Hal 25 Pemahaman filsafat Samkhya juga sejalan dengan ajaran Bhagavad Gita tentang tubuh dan jiwa. Gandhi melihat bahwa badan ini hanyalah media sarana bagi tubuh untk hidup dan melangsungkan karya dengan maksud mencapai pembebasan diri segala macam keterikatan. Badan dapat hancur dan musnah dan akan kembali ke alam yang besar macrocosmos, tetapi jiwa akan menuju pada jiwa yang agung, yaitu Tuhan. “Sesungguhnya jiwa ini langgeng tiada hancurkan dan tiada terbatas dan tiada berakhir….”Bab II.18 “Ini jiwa tidak pernah lahir, pun tidak pernah mati atau setelah ada tidak akan pernah berhenti ada. Ini tidak dilahirkan, kekal dan abadi yang ada sejak dahulu. Dia tidak mati pada saat badan jasmani ini mati..”BAB II, 22 98 Pemikiran dualisme ini juga sejalan dengan yang diteorikan oleh Plato. Di dalam pemikirannya Plato berpendapat bahwa dua sumber pengenalan yang dimiliki oleh manusia. Pertama adalah dunia indera, yaitu sebuah realitas yang dapat diserap oleh panca indera manusia yang ditandai oleh perubahan sehingga pengenalan inderawi ini memiliki sifat tidak tetap dan selalu berubah. Kedua adalah dunia yang tidak dapat diserap oleh panca indera namun dapat dipikirkan oleh akal budi manusia. Dunia ini disebut Plato sebagai dunia idea; dunia yang abadi, tetap dan sempurna. Demikian pulanya dengan manusia, oleh plato dilihat 97 Heinrich, Zimmer. Sejarah filsafat india. Yogyakarta : Pusataka Belajar, 2003 hal. 273-314. 98 Dikutip dari kitab Bhagavad Gita, yang menjelaskan tentang pemisahan jiwa dan tubuh manusia. Universitas Sumatera Utara sebagai mahluk yang dalam dirinya terdapat dua unsur. Yaitu jiwa sebagai unsur yang tidak kelihatan, dan tubuh sebagai unsur yang kelihatan. Sebagaimana dunia idea yang dijadikan oleh Plato sebagai titik berat dalam memandang realitas, jiwa juga memiliki peranan yang sama. Jiwa manusia, oleh karena dapat mengenal idea-idea memiliki persamaan dengan idea-idea. Pendapat ini sejalan dengan prinsip yang terdapat dalam pemikiran yunani sebelumnya, yaitu yang sama mengenal yang sama. 99 “The supreme Brahman, Universal atman, immense dweling of all that exist, subtler than any subtle thung and constant: in truth it is your self, because “that Thou art” Ajaran-ajaran yang sifatnya didasarkan pada ajaran yang sifatnya ide seperti dalam teori Plato menjadi pondasi Gandhi dalam melakukan tindakan. Ajaran-ajaran Hindu dan agama lain lebih menekankan moral dan kebenaran ketimbang melakukan tindakan kekerasan. Gandhi melihat bahwa kesamaan derajat manusia dengan menyebutnya sebagai Brahman Tuhan. Tuhan adalah yang menghidupi segala mahluk di bumi, karena semua itu sama, sebagaimana kaivalya Upanisad menyatakan bahwa: 100 Pemikiran Gandhi tentang humanisme adalah tentang Filsafat Timur. Filsafat Timur sangat banyak berbicara tentang agama dan Tuhan. Tuhan adalah Otentisitas-Esensial dan sekaligus Esensial-Otentik bagi segala keutuhan dunia ini, dan oleh karena itu Tuhan meresap dalam segala hal. Dia adalah prinsip abadi yang tidak terpengaruh oleh ruang, waktu dan perubahan. Di dalam Tuhan ada unsur-unsur kemanusiaan dan begitupula dalam diri manusia ada unsur ke- Tuhanan. Brahman Tuhan sebagai sesuatu yang tertinggi, ia adalah jiwa-jiwa yang universal, yang begitu besar dan luas mendiami segala yang hidup, bersifat halus dari setiap sesuatu yang halus dan konstan: dalam kebenaran itulah dirimu sendiri, karena “that thou art”. 101 99 Bertens, K. 1994. Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta : Kanisius. Hal. 70. 100 Dikutip pada kulit depan buku karangan Raphael.1992. Tat tvam Asi That Thou Art. New Delhi : Motilal Banarsidas. 101 Zuhry, Dhofir. Op.Cit. Hal.173. Universitas Sumatera Utara Peran agama dan Tuhan adalah unsur yang membangun sikap dan pemikiran Gandhi. Dalam filsafat Humanisme manusia memang ditempatkan pada posisi yang sangat tinggi, yaitu kepentingan manusia atau nilai-nilai manusia. Tapi dalam pemikiran Gandhi, ajaran agama dan Tuhan adalah yang membangun prinsip humanismenya. Aliran ini dikenal dengan aliran Humanisme yang religius. Bagi aliran religius mereka mempercayai Tuhan sebagai sumber dari segala sumber yang ada. Ciri dari pemikiran ini adalah personalisme agama sebagai suatu keyakinan, bahwa tidak ada personalisme agama sebagai suatu keyakinan, bahwa tidak ada kekuasaan argumen rasionil yang dapat mengambil tempat dari commitment atau “ultimate concern” sebagai syarat memahami agama. 102 “Non-Violence is a power which can be wielded equally by all – children, young man and woman or grown people – provided they have a living faith in God of love and have therefore equal love for all mankind….” Kekuatan kata-kata dalam kitab suci menjadikan Gandhi sebagai orang yang pada akhirnya menjunjung tinggi martabat manusia dari segala golongan. Gerakan moral ini secara sadar digerakkan Gandhi ketika menhadapi situasi dimana adanya diskriminasi yang terjadi di antara orang-orang kulit hitam kususnya yang berasal dari Asia. Gandhi akhirnya menggerakkan sebuah gerakan yang pada dasarnya untuk mencari kebenaran. Gerakan tersebut digerakkan dengan naman Satygraha dan Ahimsa sebagai propaganda Gandhi. Ini menjadi alat pemersatu Gandhi dalam upaya-upaya mendorong persamaan atas semuanya, baik itu anak-anak, orang dewasa, perempuan ataupun laki-laki, memberi mereka kehidupan iman dalam Cinta Kasih Tuhan, untuk itu mereka juga sama untuk dapat mencintai sesama. 103 102 H, Muzairi.2002. Eksistensialisme Jean Paul Sarte. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Hal. 15. 103 Krisna Kripalani. 1960. All Men are Brothers: Life and Thought of Mahatma Gandhi as Told in His Ownd Words. India: Jitendra T. Dessai. Hal 91. Anti kekerasan adalah kekuatan yang dapat digunakan oleh semua orang- anak-anak, pemuda dan pemudi, ataupun orang tua-asalkan mereka memiliki keyakinan dalam cinta kasih Tuhan dan oleh karena itu akan memiliki cinta terhadap seluruh umat manusia…. Universitas Sumatera Utara Gerakan anti kekerasan Gandhi sebetulnya telah mentransendensi ajaran dan kewajiban seseorang kesatria yang mencoba menundukan lawan dengan tidak harus membunuh lawan, meski itu sanak saudara yang kita cintai. Jika masih ada jalan lain mencapai kedamaian, maka perlu melakukan tindakan penghindaran terhadap kekerasan gerakan–gerakan yang dilakukan tidak pernah membiarkan terhadap merajalelanya kekerasan, tetapi secara aktif mendorong orang-orang jahat atau lawan ke jalan yang baik. Karena Gandhi tidak pernah membenci lawan tetapi menentang sistem dan struktur yang dianggap menyimpang dari kebenaran seperti halnya dengan penjajahan atau kolonialisme, tindakan yang represif, hukum yang korup, tindakan-tindakan yang diskriminatif, kekuasan yang otoriter. Jangan pernah melawan kekerasan dengan kekerasan karena hanya akan mewariskan kebencian pada orang – orang yang selamat dari kekerasan itu. 3.2.1.1. Tentang Satyagraha dan Ahimsa. Sebuah pergerakan haruslah dilandasi sebuah konsep yang matang. Sebuah tujuan tanpa perencanaan bisa saja akan menjadi sia-sia. Itu juga yang dipikirkan oleh Gandhi. Setiap pergerakan yang dilakukannya adalah hasil dari sebuah pemikiran. Apa yang dikerjakannya untuk manusia dan bangsanya adalah sebuah pemikiran. Gandhi tidak mau bergerak secara asal-asalan hanya mengandalkan emosi. Puasa yang dijalakannya mengajarinya pengontrolan emosi yang menjadikannya dapat memikirkan segala hal secara matang. Itu juga yang dilakukankan ketika kembali ke India. Gandhi diperhadapkan di depan kongres yang menuntutnya untuk menghasilkan sebuah wacana pergerakan yang kelak dapat menggerakkan seluruh rakyat India. Di hadapan peserta kongreslah kemudian Gandhi mulai mempropagandakan satyagraha sebagai wujud ide perjuangan rakyat India, dibarengi dengan ahimsa sebagai metode perjuangannya. Tentang sayagraha dan ahimsa Gandhi telah jauh memikirkannya dalam perjalanan hidupnya. Jalan terjal diskriminasi yang dilalui mulai dari Afrika Selatan sampai pada tindakan represif penguasa di India memang mengarahkan Gandhi untuk menghasilkan ide perjuangan yang progresif tanpa ada unsur Universitas Sumatera Utara melukai sesama. Dasar pemikiran Gandhi yang dibawa dari ajaran-ajaran Hindu adalah yang paling besar mempengaruhi Gandhi untuk menghasilkan pemikiran- pemikirannya. Satyagraha Ajaran satyagraha adalah pergerakan moral yang dipikirkan oleh Gandhi. Gandhi mendefenisikan satyaraha sebagai meyakini kebenaran, berpegang teguh pada kebenaran, atau kekuatan kebenaran juga berarti setia mengamalkan tanpa kekerasan sebagai manifestasi kebenaran dan pembangkangan sipil berbasis tanpa kekerasan. 104 Kata satya kebenaran diturunkan dari sat, yang berarti “ada”. Di dalam realita, tiada yang lain selain kebenaran. Karena itulah sat atau kebenaran barangkali merupakan nama Tuhan yang paling penting. Pada konteks inilah, ungkapan yang mengatakan bahwa kebenaran itu Tuhan adalah lebih tepat, dari pada Tuhan adalah kebenaran. Gandhi meyakini bahwa segala sesuatu dapat diselesaikan dengan berpegang pada kebenaran. Gandhi menciptakan istilah satyagrah adalah untuk menerangkan tentang bagaimana pencarian kebenaran itu yang dapat dimengerti oleh publik. Gandhi berorientasi tentang sebuah ajaran yang kelak dapat dimengerti dan dapat diimplementasikan semua orang. Sebuah ajaran yang dapat merubah persepsi orang tentang sebuah pergerakan yang tanpa kekerasan. Pandangan satyagraha adalah pandangan yang dirumuskan Gandhi sendiri. Menurut Gandhi, rumusan itu muncul secara spontan, kira-kira satu bulan setelah dia mengambil sumpah untuk menjadi seorang brachmacharya. Menurut Gandhi, satyagraha diliputi oleh kepercayaan jiwa dapat diselematkan dari kejahatan dunia, dan juga bisa memberikan pertolongan sejauh jiwa itu senantiasa berada dalam pencariannya terhadap Tuhan, melalui kebenaran dan hanya kebenaran. 105 104 Dear, Jhon.2002. Intisari ajaran Mahatma Gandhi : Spiritual, Sosio-Politik dan Cinta Universal. Bandung : Nusa media. Hal 137. 105 Krisna, Kripalani. Op.Cit. Hal 138. Sedangkan unsur kedua adalah agraha yang Universitas Sumatera Utara berarti ketegapan, keteguhan, dan kekuatan jiwa, kekukatan kebenaran, dan kekuatan kasih. Mencari kebenaran dalam pemahaman Gandhi adalah sama seperti mencari sebuah kebenaran dalam agama. Agama adalah tentang mencintai sesama, dan mencintai kebenaran. Agama adalah unsur permanen dalam watak manusia yang tidak diperhitungkan berapa pun harganya untuk dapat mengungkapkannya sepenuh-penuhnya serta membuat jiwa gelisah sampai dapat menemukan dirinya, mengenal penciptanya dan menghargai hubungan yang sebenarnya antara sang pencipta dan dirinya sendiri. Setiap agama mengandung suatu ajaran moral yang menjadi pegangan bagi para penganutnya. Secara menyeluruh agama yang ada saat ini perbedaannya tidak terlalu besar. Jika dijabarkan ajaran moral yang terkandung dalam suatu agama meliputi dua macam aturan. Di satu sisi memiliki banyak aturan agak mendetail seperti tentang makanan haram, puasa, ibadat, dan sebagainya . Aturan eksplisit seperti itulah yang sedikit banyak yang sering berbeda dalam masyarakat, tapi konsekuensinya tidak terlalu besar karena hanya menyangkut intern agama yang bersangkutan. Di lain pihak ada aturan yang etis yang lebih umum yang melampui kepentingan agama lain, seperti jangan membunuh, jangan berdusta, jangan berzinah, jangan mencuri. Ini menjadi etis yang paling penting dan diterima oleh semua agama dengan cara yang praktis sama. 106 “bersama dengan mereka yang menyatakan “Tuhan adalah kasih”, saya ingin mengatakan bahwa mengatakan yang sama. Tetapi jauh di lubuk hati, saya bisa mengatakan bahwa walaupun mungkin Tuhan adalah kasih, lebih dari segalanya, sesungguhnya Tuhan itu adalah kebenaran Andaikata mungkin manusia melukiskan Satyagraha adalah ajaran yang sifatnya moralitas. Kebenaran adalah tujuannya yang harus diperjuangkan. Kebenaran itu harus ada dalam pikiran, kebenaran harus ada dalam perkataan, dan kebenaran harus ada dalam perbuatan. Seperti yang pernah dikatan Gandhi : 106 Bertens. K. 2004. Etika .Jakarta : Gramedia. Hal. 36. Universitas Sumatera Utara Tuhan dengan sejelas-jelasnya, maka kesimpulan saya bahwa Tuhan adalah kenenaran” 107 Gandhi mengambil berbagai kesimpulan yang panjang tentang agama. Ini adalah pelajaran yang lama dan seksama serta telah melalui pengalaman, Gandhi sampai pada kesimpulan bahwa: pertama, semua agama itu benar, kedua semua agama memiliki beberapa kesalahan di dalamnya, ketiga semua agama itu bagi Gandhi sama berharganya sebagaimana agama Gandhi sendiri yaitu Hindu, sebagaimana halnya setiap manusia itu seharusnya saling menghargai seperti sanak saudara sendiri. Penghormatan saya sendiri terhadap agama lain adalah sama dengan terhadap agama saya sendiri. Oleh karena itu tidak ada gagasan untuk berpindah agama. Satyagraha adalah satu-kesatuan dari berbagai unsur yang Gandhi pelajari dan implementasikan dalam keseharianya. Unsur pokok yang terdapat dalam satygraha itu adalah satya pencarian kebenaran, ahimsa paham pantang kekerasan, Brahmacharya mencari BrahmaTuhan dengan pengendalian diri, dan Aparigraha tidak memiliki. Dengan memakai prinsip satyagraha berarti ada kewajiban melaksanakan unsur-unsur lain yang terdapat di dalamnya. Sebuah kesatuan adalah berjalan ketika semua elemen berjalan dengan benar, dan itulah yang Gandhi coba ungkapkan dalam pemaknaan satyagraha. 108 107 Gandhi, Mahatma. 2009.Semua Manusia Bersaudara. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Hal 86. 108 Kumar, Nirmal. 1948. Selection from Gandhi.Ahmedabad: Najivan Publising House. Hal. 226-227. Membawa satyagraha menjadi ajaran perjuangan sudah dilakukakan Gandhi di berbagai momentum. Mulai dari Afrika selatan sampai kembali ke India. Selama 30 tahun Gandhi mengajarkan dan mempraktekkan satyagraha. Satygraha menjadi senjata yang kuat dengan mengharamkan penggunaan kekerasan dalam bentuk apapun. Selama 20 tahun Gandhi di Afrika selatan, delapan tahun adalah waktu yang dipakai Gandhi untuk mengajarkan dan menggerakkan prinsip satyagraha di Afrika Selatan. Bermodal dengan kematangan di Afrika Gandhi beranjak ke India untuk memulai perjungannya di India, untuk menghilangkan sistem yang tidak berkeadilan. Universitas Sumatera Utara Ajaran satyagraha menjadi perpaduan dari berbagai ajaran mulai dari ajaran timur hingga barat, dari masa kecil hingga dewasa, dari India dimasa kecil, Inggris, Afrika Selatan, sampai kembali lagi ke India di masa perjuangan. Perpaduan nilai-nilai moral yang menjadi guru terbaik dari Gandhi melakukakan perjuangan. Satyagraha menjadi pedoman moral yang sangat baik untuk individu untuk melakukan pencarian kebenaran. Kebenaran menjadi tujuan, kebenaran akan selalu menang, dan itu menjadi keteguhan. Demi keteguhan ada penebusan yang diterima dengan bentuk penderitaan dan pengorbanan. Dengan keyakinan bahwa kebenaran tak akan pernah diepaskan bahkan sampai mati, dan menaklukan ketakutan akan kematian. Bagi penggerak satyagraha penjara adalah bagaikan istana dan pintunya adalah sebuah gerbang kebebasan. Ahimsa Beranjak dari pemikiran tentang satyagraha, pemikiran Gandhi yang paling banyak ditemui adalah tentang ahimsa. Ahimsa lahir setelah Gandhi menemukan satyagraha sebagai jalan kebenaran. Ahimsa menjadi cara menerapkan bagaimana mencari kebenaran itu. Pencarian kebenaran akan teringkari dengan sendirinya ketika melewatkan atau meniadakan ahimsa. Kebenaran dengan tidak melakukan kekerasan adalah maksud dari satyagraha dan diimplementasikan dengan ahimsa. Ahimsa dan satyagraha adalah seperti cara dan tujuan, adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Bagaimana cara yang digunakan, begitulah tujuan yang ingin dicapai, tidak ada sekat pemisah antara keduanya. Realisasi dari tujuan biasanya tercapai sebanding dengan cara pelaksanaannya. Ahimsa dan kebenaran terjalin begitu erat satu sama lain sehingga praktis tidak mungkin dipisahkan satu dari yang lainnya dan memisahkan mereka. Keduanya boleh dikatakan adalah ibarat dua buah sisi dari sebuah mata uang, atau sebuah piringan hitam metalik yang mulus dan tidak dicap. Siapa yang dapat mengatakan, mana bagaian depannya dan mana bagian belakangnya? Akan tetapi, Universitas Sumatera Utara ahimsa merupakan cara yang digunakan, sedangkan kebenaran adalah tujuannya. 109 Ahimsa dalam pandangan Gandhi adalah perempuan, sebuah lambang dari cinta kasih, atau kekuatan dari tanpa kekerasan, yang merupakan penghormatan kepada semua bentuk kehidupan. Semua Ini adalah sebuah pandangan dari sejarah panjang bahwa setiap orang, harus menghindari kejahatan dengan menarik diri dari kehidupan dunia atau bahwa mereka harus berjuang memerangi kejahatan dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik di dunia. Pada sebuah kesempatan Gandhi berkata, “Ahimsa… bukan hanya sekedar tingkatan tidak melakukan penyerangan secara negatif, tetapi tingkatan cinta yang positif, perbuatan baik bahkan kepada pelaku kejahatan.” Melihat dari sisi epistimologinya ahimsa berasal dari bahasa sansekerta, yaitu sebuah kata yang merupakan gabungan dari kata “a”, yang berarti tidak, tanpa non. Sedangkan “himsa”, berarti membunuh, melukai, menyakiti atau melakukan tindakan kekerasan kepada semua mahluk hidup. Berarti ahimsa adalah tidak menyakiti, melukai, membunuh, bertindak keras, baik dalam pikiran, perkataan dan perbuatan. Merunut pada pemahaman yang lebih umum, publik lebih memakai ahimsa dengan pengertian tanpa kekerasan. 110 Gerakan perjuangan ahimsa dalam pemikiran Gandhi adalah sebuah gerakan moral yang mempunyai hubungan erat dengan agama. Agama menjadi sebuah unsur yang sangat penting dalam mendukung perilaku atau tindakan sehari-hari yang mengedepankan moralitas. Apa yang menjadi perintah dari setiap Sebagai sebuah ajaran ahimsa menuntun setiap pengikutnya dan diharapkan untuk seluruh manusia untuk melihat bahwa sekitar kita adalah bagian dari diri yang sama-sama mencari kedamaian. Ahimsa adalah sebuah ajaran yang mengimplementasikan gerakan yang tidak mengusik atau menyakiti makhluk disekitar kita. Gerakan moral ahimsa hanya dapat dimulai bila kita mampu merefleksikan unsur-unsur etis dalam kehidupan. 109 Gandhi, Mahatma.Op.cit. hal 101. 110 Mehta, Ved. 2011.Ajarabn-ajaran Mahatma Gandhi. Yogyakarta : Pusataka Belajar. Hal. 368. Universitas Sumatera Utara agama adalah perintah yang menuntun setiap pengikut untuk berbuat kebenaran dan kebaikan yang sejalan dengan moral. Seperti ketika orang-orang dilarang untuk membunuh, mencuri, berbohong dan lain-lain adalah suruhan atau perintah agama yang tujuannya adalah menghindarkan manusia dari dosa. Seperti menurut Paul F. Knitter, menyatakan bahwa klaim yang dibuat manusia berupa pengalaman beragama mempunyai hubungan integral dengan keutuhan ekologi- manusia adalah suatu refleksi dari klaim yang lebih besar bahwa agama dan moralitas memang secara esensial erat terikat. Selain itu menurut Knetter, ketika memiliki kewajiban moral, apalagi kewajiban itu terus mendorong kita kendati jelas merugikan kita, mungkin memang tidak dapat dijelaskan dan memiliki kewajiban itu hanya melalui argument-argumen rasional. Pikiran kita mungkin dapat mengerti apa yang kita lakukan, tapi bagi sebagian orang, tidak bisa merasakan yang menjadi alasan kita yang menurut kita adalah rasional dari sisi etika moralnya yang bersifat universal. Rasa kewajiban yang bermakna dan tak bersyarat itu muncul dari rasa tak bersyarat juga. Aksi moral terjadi dan membuat klaimnya sebagai bagian dari suatu jagat moral yang absolut, bahwa moralitas juga membutuhkan suatu fondasi religius. 111 Utamanya pemikiran ahimsa ini merupakan upaya memanusiakan manusia melalui jalan anti kekerasan, memberikan nilai setinggi tingginya pada harkat manusia dengan nilai-nilai cinta kasih dengan melandaskan pandangan tentang humanisme yang universal, karena tidak setiap mengiginkan penderitaan melalui kekerasan, penderitaan, penindasan, dan ketidak adilan. Manusia selalu ingin hidup damai, meskipun ia adalah pejabat sekalipun. Untuk menerapkan prinsip ini, menurut aturan ahimsa adalah dengan menaklukan diri sendiri dari segala penderitaan dan hinaan, sebelum benar-benar berhadapan dengan lawan. Tanpa adanya kekuatan jiwa seperti ini, gerakan moral ini akan menjadi sia-sia. 111 Paul, F. Knitter. 2003. Suatu Bumi Banyak Agama. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 149-150. Universitas Sumatera Utara Perjuangan model ini adalah sebuah bentuk kesadaran etis yang hanya bisa dilakukan dengan kesungguhan dan totalitas. Ahimsa kemudian dipakai sebagai tindakan penolakan atas suatu kehendak untuk membunuh atau melukai. Ahimsa dapat bermetamorfosis kedalam dua bentuk, yaitu positif dan negatif. Pada sisi negatif, diartikan sebagai sebuah tindakan untuk menghindari tindakan untuk melakukan kekerasan atau melukai segala hal yang ada di alam semesta baik dalam perbuatan maupun perkataan. Termasuk juga di dalamnya adalah pengendalian pikiran-pikiran jahat. Pendeknya, menghindari tindakan kejahatan dan juga memaafkan kejahatan adalah sisi negatif dari ahimsa. Pada sisi positif ahimsa menekankan tentang cinta. Cinta merupakan status yang aktif dari ahimsa yang membutuhkan suatu kerja sama atau partisipasi setiap orang untuk menahan tindakan kejahatan. Ahimsa akan menjadi sebuah jargon yang gagal jika penganut tidak memiliki keberanian secara mental dan fisik, bukan tentang balas dendam tetapi sikap menahan diri untuk balas dendam. Gandhi dalam upayanya menemukan kembali nilai-nilai hakiki seperti martabat manusia lebih dikenakan kecintaanya pada non-kekerasan yang ia anggap akan menuntun manusia untuk sampai pada hal-hal yang bersifat superior, yang luar biasa. Ini sama seperti yang pernah yang dikatakan Gandhi : “My love for non-violence is superior to every other thing mundane or supremudane. It is equaled only by my love for fruth which is to me synonymus with non-violence through wich and which alone I can see and reach Truth. My scheme of life, if it draws no distinction between different religionist in India, also draws none between different races. For me ‘a man’s a man for a’that.” 112 Tapi dari semuanya, dalam prinsipnya ahimsa bukanlah sebuah gerakan yang hanya mengandalkan gerakan pasif dalam setiap upaya mencari kecintaan saya pada anti kekerasan di atas hal-hal duniawi atau kerohanian. Sama halnya seperti kecintaan saya pada kebenaran yang baginya kejujuran adalah sinonim dengan kata non-kekerasan. Skema saya tentang kehidupan digambarkannya seperti tidak ada jarak antara perbedaan religius di India, juga tidak ada perbedaan ras. Bagi saya inilah puncak penghargaan terhadap manusia ; seorang manusia adalah manusia seperti bentuknya. 112 Khrisna Kripalani.Op. Cit. Hal. 97 Universitas Sumatera Utara kemerdekaan akan kebenaran. Ahimsa lebih dari sebuah gerakan pasif, ahimsa adalah sebuah ajaran yang menerobos semua aspek kehidupan, ajaran pantang akan kekerasan adalah ada untuk segala sendi-sendi kehidupan. Ahimsa bukan juga berarti tiadanya kekerasan fisik, tetapi juga ketiadaan kekerasan dalam bidang adminisitratif, verbal, emosional dan batiniah. 113 3.2.2. Pemikiran Nasionalisme Gandhi Semenjak kedatang Gandhi dari Afrika Selatan ke India, itulah momen Gandhi akan menjadi penggerak kemerdekaan di India. Sejak tahun 1914 hingga menemukan momentum kebebasan India pada 15 Agusutus 1947 Gandhi dan kawan-kawan menyusun gerakan perjuangan yang membuka mata dunia tentang makna sebuah perjuangan. Gandhi telah membangun sebuah semangat nasionalisme yang berbeda untuk mencapai kemerdekaan. Gandhi menghentak dunia dengan ajaran-ajarannya yang dianggap ‘tidak waras’ tapi berhasil. Perjuangan Gandhi melawan kolonialis juga diwarnai dengan dilema dalam perjalanannya. Gandhi sangat menghargai kerajaan Inggris sebagai sebuah negara yang beradap, sebuah negara yang memiliki pemikiran-pemikiran yang sangat indah dan maju. Selama menempuh pendidikan di Inggris, Gandhi memang banyak memperoleh hal-hal positif tentang Inggris. Tapi kelak itu menjadi batu sandungan tersendiri ketika Gandhi akan memulai perjuangannya di India. Kecintaanya pada Inggris yang kelak akhirnya luntur juga setelah melihat sikap- sikap Inggris dalam memperlakukan masyarakat India. Gandhi tidak tahan melihat bagaimana bangsanya diperlakukan begitu tidak adil oleh Inggris. Setelah menyadari semua hal yang telah dilakukan Inggris, Gandhi mengarahkan pandangannya untuk memulai mengadvokasi rakyatnya sendiri. Ini bukan hal yang mudah, India adalah sebuah negara besar, Gandhi harus mematenkan sikapnya untuk berkelana kepelosok negeri untuk dapat berjumpa dengan rakyatnya dan mengajak mereka sambil mengajarkan satyagraha. Gandhi 113 Alois, A. Nugroho.2000. pemikiran Etika yang Jatuh Bangun dalam Indonesia abad XXI. Jakarta:Kompas. Hal. 491. Universitas Sumatera Utara bertekad untuk kembali menemukan tanah airnya dengan melakukan perjalanan menjelajah seluruh negeri. Lebih penting lagi adalah dia benar-benar belajar dan menghayati dan mendengarkan permasalahan-permasalahan kaum yang miskin dan tertindas. Gandhi benar-benar berusaha untuk kembali mengenalkan dirinya dengan kepentingan-kepentingan dan potensi yang melekat pada negeri India. Gandhi terus mempelajari bagaimana Ia dapat menerapkan perlajaran-pelajaran berharga yang ia dapatkan ketika menerapkan gerakan satyagraha di Afrika Selatan. Dia ingin menerapkan semua itu dalam perjuangan India meraih kemerdekaan dan kebebasan dari belenggu penjajahan Inggris. 114 Ide-ide tentang nasionalisme memang banyak muncul seiring dengan begitu banyaknya gerakan-gerakan perjuangan di berbagai negara. Menurut Smith pergerakan menuju sebuah ide nasionalisme, perlu didasari atas tiga aspek dasar yang penting. Seperti yang diungkap oleh Anthony D. Smith, pertama tentang adanya Kebaharuan Idiologis. Pada aspek ini semua gerakan harus berbasis idiologi, sehingga bangsa-bangsa yang tercipta berbasis idiologi pula. Ini diperlukan dalam penyeragaman nilai-nilai yang ditanamkan, sehingga ada acuan untuk dinilai dan menilai sesuai dengan doktrin nasionalisme tersebut. Aspek kedua, Pentingnya basis Etnik. Ikatan etnik menjadi sangat penting. Penggunaan ikatan dan sentimen etnik menjadi pendukung sebuah konsep nasionalisme. Karena memang menolak etnisitas dalam menggalang upaya menciptakan sebuah Membangun semangat nasionalisme memang bukan perkara mudah bagi Gandhi. Gandhi hadir dalam sebuah masalah yang benar-benar ia tidak tahu apapun tentang masalah itu. Karena itulah Gandhi memulai dengan mempelajari masalah itu terlebih dahulu. Dari perjalanan ke daerah-daerah Gandhi mulailah menemukan letak permasalahan yang menjadi sumbernya. Itulah yang menjadi tugas Gandhi di awal kedatangannya. Setelah itu mulailah Gandhi untuk merumuskan sebuah konsep pergerakan yang kelak dapat menggerakkan rakyat india yang juga sesuai dengan jalan hidup yang dipilih Gandhi. 114 Vehta, Med. Op.cit. hal 23. Universitas Sumatera Utara sikap yang nasionalis, akan menjadi sebuah tindakan yang sia-sia.aspek yang ketiga, Dunia dalam inner world dari entik dan bangsa.Aspek ini menekankan akan pentingnya penemuan dan penggunaan kembali kenangan, symbol, mitos, nilai dan tradisi kolekstif rakyat. Upaya menganalisis unsur-unsur etno-simbolik ditujukan untuk membangun sebuah mental yang kuat, membangun sikap yang mampu memperhitungkan perkembangan masa depan ke era yang lebih maju. 115 Bagi Gandhi ide nasionalismenya adalah untuk mencapai satu tujuan yaitu untuk membawa India pada sebuah kemerdekaan, dimana setiap bangsanya akan bebas dari sistem-sistem yang merugikan dan tidak menghormati kemanusiaan. Ide peran nasionalisme Gandhi memang sejalan dengan ide-ide tujuan dari berbagai konsep nasionalisme lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh David Apter, tentang peran nasionalisme, ada aspek-aspek yang menjadi pendasar dari peran nasionalisme itu sendiri yaitu, aspek 1cognitive, 2goalvalue orientation, 3 strategic. 116 Aspek pertama, cognitive, mengandaikan perlunya pengetahuan atau pemahaman akan situasi konkret sosial ekonomi, politik, dan budaya bangsanya. Jadi nasionalisme adalah cermin abstrak dari kehidupan konkret suatu bangsa. Maka peran aktif dari kaum intelektual sangat perlu, sebab mereka itulah yang akan merangkum segala aspek dan menuangkannya sebagai cita-cita bersama. Kedua, aspek goal, menunjukkan tentang adanya cita-cita, tujuan, ataupun harapan ideal bersama dimasa datang yang ingin diwujudkan atau diperjuangkan di dalam masyarakat dan Negara. Cita-cita ini mencakup segala aspek kehidupan manusia yang kelak akan disepakati bersama. Aspek terakhir, strategic, menuntut adanya kiat perjuangan kaum nasionalis dalam perjuangan mereka untuk mewujudkan sebuah cita-cita bersama, dapat berupa perjuangan fisik atau diplomasi, moril atau spiritual, dapat bersifat moderat atau radikal, dapat secara sembunyi atau terang-terangan, dan lain-lain. 117 115 Anthony Smith.2002. Nasionalisme, Teori, idiologi, sejarah.Jakarta :Erlangga. Hal. 146-147. 116 Apter, E.David. 1967. The Politic Of Modernization. Chicago: University of Chicago Press. Hal. 97 117 Dikutip dari Jurnal ditulis oleh Sutarjo, Adisusilo.Nasionalisme-Demokrasi-Civil Society. Hal. 7. Universitas Sumatera Utara Gandhi menggali ide nasionalismenya dengan mendasari pemikiran dengan apa yang dia pelajarinya. Cara Gandhi menggerakkan rasa nasionalisme sebangsanya adalah dengan membangun sikap membenci ketidakadilan dan melawan ketidak benaran. Gandhi selalu menyarankan tentang satyagraha dalam setiap gerakan yang ia bangun, dan menjadi ide perjuangan di Kongres Nasional India. Sebagai sebuah proses berpikir, penting memang mendasari sebuah gerakan dari apa kondisi sosial yang sedang terjadi. Gerakan satyagraha yang dibangun Gandhi menjadi sebuah landasan pergerakan melawan Inggris. Semuahnya adalah sebuah hasil dari proses berpikir tentang apa yang menjadi kebutuhan sebuah bangsa. Nasionalisme Gandhi muncul dari proses berpikir dialektis, tentang adanya tesa yaitu berupa kekerasan, dengan anti-tesa gerakan moral, yang menghasilkan sintesa yaitu sebuah kedamaian. Gandhi yakin dengan gerakan moral dapat memunculkan sebuah kedamaian di India yang dia balut dalam wujud nasionalisme. Gandhi berkeyakinan bahwa ini adalah sebagaian cara untuk mencapai kedamaian dunia. Kedamaian adalah melalui satyagraha dan ahimsa. ahimsa adalah cara yang digunakan, sedangkan satyagraha adalah tujuannya. 118 Nasionalisme yang dibangun Gandhi adalah sebuah nasionalisme yang Idealistik. Kecintaan terhadap sesama dan keteguhan dalam memegang kebenaran hidup adalah satu pesan moral yang ingin disampaikan oleh Gandhi, melalui pemberian penghargaan terhadap martabat manusia dengan nilai fundamental cinta kasih. Tapi ada kalanya ide Gandhi tentang gerakan moral ini dianggap terlalu idealistik dan dianggap sebuah cara yang tidak popular. Barulah setelah Gandhi berhasil menjalankan rencananya dengan ahimsa, ini dapat menjadi sebuah solusi alternatif ditengah-tengah pola-pola perjuangan yang lebih banyak mengandalkan unsur-unsur kekerasan yang dianggap Gandhi sebagai cara yang Karena itulah Gandhi adalah sosok yang dikenal sebagai orang yang mencintai sesamanya dan menghargai musuh-musuhnya. 118 Mahatma Gandhi. Op. Cit. Hal.101. Universitas Sumatera Utara primitif dengan menghimpun kekuatan dan alat-alat perang yang dapat menciderai manusia lain. Disinilah Gandhi hadir dengan idenya sebagai pemecah masalah tanpa kekerasan dan konflik, menuju perubahan sosial yang revolusioner dan radikal. 3.2.3. Implementasi Perjuangan Gandhi yang Humanistik ”For me patriotism is the same as humanity. I am a patriotic because I’am human and humane” 119 Aksi-aksi damai adalah bentuk prinsip Gandhi melawan kolonialisasi Inggris. Ini adalah sebuah gerakan nasionalis yang humanis. Banyak implementasi perjuangan yang diambil tapi ada beberapa yang menjadi monumental dalam Bagi saya patriotisme adalah sama dengan rasa cinta umat manusia. Karena saya sendiri adalah manusia yang bersifat manusiawi Sebuah ideideologi akan menjadi sia-sia ketika hanya menjadi sebuah bahan diskusi atau bahan pelajaran dalam ruang-ruang publik. Arti penting dari sebuah karya pemikiran adalah ketika dia dapat diterapkan dan diimplementasikan dalam berbagai bentuk. Sama halnya dengan ide-ide pemikiran Gandhi, yang hanya akan menjadi sebuah rangkaian kata-kata di buku sejarah ketika tidak dipraktekan sebagai sebuah jalan pergerakan. Gandhi menjalankan perjalanan keseluruh India untuk mengajarkan tentang satyagraha sebagai pedoman hidup. Gandhi berkeinginan agar semua manusia dapat hidup dalam jalan kebenaran. Untuk mencapainya Gandhi menawarkan ahimsa sebagai cara untuk mencapai jalan kebenaran sebagai tujuan. Apa yang dikatakan Gandhi bukan hanya sebatas jargon pelecut semangat. Bentuk perlawanan Gandhi dilakukan dalam berbagai cara. Perjuangan mencari kemenangan atas penjajahan, perjuangan mencari kemerdekaan dilakukakan dengan cara yang lain. Berbagai aksi perlawanan terhadap berbagai peraturan yang diskriminatif dilawan dengan aksi perlawanan yang damai oleh Gandhi. 119 Prabhu, R.K. dan Rao, U.R. 1992 The Mind of Mahatma Gandhi. London: Oxford University Press. Hal. 133. Universitas Sumatera Utara sejarah perjuangan Gandhi. Gerakan Hartal adalah bentuk perlawanan Gandhi terhadap undang-undanga Rowlatt 120 yang dianggap mengekang kebebasan rakyat India. Pada 6 April 1919 gerakan Hartal dijalankan, sebagai seruan dari rakyat yang menjawab doa Gandhi tentang persatuan rakyat India melawan penjajahan Inggris. Aksi massif ini dijalankan dengan menjalankan ritual dan puasa secara bersama-sama, orang-orang tinggal dirumah untuk berdoa. Jutaan orang berbaris dijalan untuk melantunkan doa sambil berpuasa. 121 Gandhi menggerakkan orang-orang untuk melawan tanpa melakukakan kekerasan. Gandhi memobilisasi masa dengan menggerakkan hati mereka untuk bangkit melawan ketidakadilan. Pada saat diberlakukakannya undang-undang tentang pajak garam, Gandhi juga memobilisasi masa untuk bangkit melawan. Gandhi menggerakkan pembangkangan sipil untuk menekan pemerintahan Inggris. Gandhi melakukan “perjalanan garamnya” yang sangat monumental dan mencengangkan dunia. Ini adalah sebuah gerakan berjalan dengan menempuh jarak 200 mil selama 24 hari, yang puncaknya adalah ketika Gandhi dengan tenang membungkuk dan mengambil segenggam garam. Ini adalah bentuk perlawanan terhadap ketimpangan ketika rakyat kecil dipaksa membayar pajak yang sama dengan orang kaya terhadap apa yang disediakan alam atas bumi dan tanahnya. hampir seluruh rakyat India mulai mengambil dan membuat garam dari laut. 122 Selain pembangkangan Gandhi juga mempelopori tentang adanya sebuah gerakan yang dapat membantu India dan rakyatnya untuk dapat mandiri secara ekonomi. Dalam pemahaman Gandhi ini menjadi penting karena, ketika ekonomi tidak dapat mandiri, maka kebebasan akan tidak dapat diraih karena selalu bergantung dengan orang yang memiliki ekonomi yang lebih mapan. Gandhi memilih roda pemintal sebagai symbol kebebasan. Ia mengajak rakyat untuk 120 Undang-undang yang dikeluarkan oleh pemerintah Inggris, yang bertujuang untuk membatasi kebebasan rakyat India, yang dikawatirkan akan melakukan gerakan-gerakan pasca perang dunia II, yang dapat mengancam posisi Inggris di India. 121 Dear, Jhon.Op.Cit. Hal. 26 122 Michael Nicholson.Op.Cit.Hlm. 43 Universitas Sumatera Utara melakukakan pekerjaan yang dapat mengurangi kemsikinan dan membangkitkan ekonomi pedesaan sebagai pondasi ekonomi. Gandhi menganut sosialisme pengentasan untuk semua orang dengan menggunakan kata sarvodaya atau realisasi diri untuk semua orang. 123 Istilah lain yang sering digunakan juga adalah swadesi. 124 Semua strategi pergerakan Gandhi selalu menjunjung tinggi semangat kemanusiaan. Gandhi tidak pernah menghimbau setiap masa aksi untuk Swadeshi menjadi sebuah gerakan yang monumental yang digerakkan oleh Gandhi. Tujuan utama yang sebenarnya adalah bentuk dari sebuah gerakan pembangkangan sipil untuk menekan pihak Inggris disamping juga menggerakkan sebuah ekonomi yang mandiri dengan berbasis pada usaha milik sendiri, sebagai konsep berdiri dikaki sendiri dalam hal ekonomi. Tahun 1924 Gandhi juga pernah mengorganisir pembakaran dan memboikot produk pakaian dan barang-barang luar negeri sebagai bentuk protes dan simbol yang ditunjukan Gandhi tentang pentingnya produk sendiri. Karena secara prinsip ekonomi adalah tentang prinsip jual beli, ketika tidak ada pembeli maka produk tidak akan lagu dan system tidak akan jalan, dan perekonomianpun tidak jalan. Itulah prinsipnya. Ini adalah sebuah gerakan yang dibangun Gandhi untuk menekan pihak Inggris. Cara perjuangan Gandhi adalah diluar dari pola pikiri manusia pada zamannya. Faktor Inggris yang dijunjung tinggi sebagai sebuah negara yang beradab dan menjunjung tinggi martabat manusia ternyata tidak sesuai ekspektasi Gandhi. Dari sinilah Gandhi memutar haluan untuk menggerakan sebuah kemerdekaan India. Gandhi memulai menyusun strategi perjuangan membangkitkan semangat nasionalisme dengan tujuan kemerdekaan. Seperti yang dikatakan David Apter tentang aspek nasionalisme salah satunya mengandung unsur strategic yang tujuannya adalah menyusun kiat-kiat yang dianggap perlu untuk mencapai tujuan yaitu sebuah kata kemerdekaan. 123 Stanley Wolpert.2003.Mahatma Gandhi sang Penakluk Kekerasan, Hidupnya dan ajarannya. Jakarta: Raja Grafindo. hlm. 179. 124 Diartikan sebagai cinta tanah air sendiri, penggunaan barang hasil bumi atau hasil kerajinan tangan sendiri. Universitas Sumatera Utara melakukan tindakan anarkis terhadap pemerintah Inggris. Ahimsa atau pantang kekerasan selalu dihimbau Gandhi kepada setiap pengikutnya untuk tidak menyakiti sesama termasuk musuh. “kita harus membenci dosanya, tetapi bukan orang yang membuat dosa itu. Bagi saya patriotisme sama dengan berperikemanusiaan. Saya patriot karena saya manusia dan berperikemanusiaan. Saya tidak akan merugikan Inggris atau Jerman dalam berbakti kepada India” 125 Prinsip cinta kasih yang dipegang Gandhi terbawa kedalam perjuangan Gandhi untuk memerdekakan India. Gandhi menciptakan sebuah gerakan yang sama sekali tidak memicu konflik baru, tidak menimbulkan sebuah efek besar terhadap adanya gesekan-gesekan fisik yang dapat merugikan siapapun. Gandhi menyebutnya dengan ketidakpatuhan sipil civil disobedience. Ini adalah cara Gandhi untuk melawan sikap-sikap dan sistem yang tidak adil. Ketidakpatuhan sipil tidak akan menimbulkan anarki dan kekacauan tata tertib. Ketidakpatuhan kriminallah yang akan menimbulkan anarki, dan negara wajib menindas setiap ketidak patuhan kriminal itu. Jika itu tidak dilakukakn maka Negara akan hancur. Namun menindas ketidakpatuhan sipil adalah merupakan tindakan penindasan kebebasan nurani. 126 Nasionalisme adalah tentang semangat patriotisme. Patriotisme bagi Gandhi adalah sama dengan rasa cinta umat manusia, karena manusia sendiri adalah bersifat manusiawi. Patriotisme adalah unsur dalam menggerakan Gandhi menjalankan semangat perjuangannya dengan tidak meninggalkan apa yang telah dia pelajari selama hidup. Ajaran-ajaran agama yang banyak mengajarkan cinta kasih terhadap sesama dan alam juga dipraktekannya dalam menjalankan ide perjuangan. Gandhi selalu menekankan tentang pantang melukai, menindas, melakukan kekerasan dalam setiap aksi. Gandhi mempraktekan itu dengan tujuan menyebarkan semangat cinta kasih yang universal sebagai ide dasar humanisme. 125 Dikutip dari kata pengantar di buku Mahatma Gandhi, Semua Manusia Bersaudara. Hal. XVII, oleh S. Radhakrishnan. 126 Prahbu, R.K, Rao, U.R.1945. Op.Cit.. Hal. 65. Universitas Sumatera Utara nasionalisme. Patriotisme Ghandhi tidak bersifat eksklusif, tidak bersifat mengucilkan. Tidak bermaksud merugikan negara manapun demi kebaktian pada India. Seorang patriot akan kurang sifat patriotismenya bila kurang memiliki rasa cinta kepada umat manusia. 127 Humanisme adalah sebuah ide yang mengutamakan manusia. Seperti pendapat Panuti Sudjiman bahwa humanisme adalah sikap hidup yang berpusat pada nilai-nilai kemanusiaan, terutama menegaskan martabat dan hakikat manusia serta bagaimana mencapai perwujudtan dirinya lewat nalar yang berkembang. 128 Prinsip Gandhi tentang nasionalisme diibaratkan dengan orang yang tenggelam tidak mungkin menyelamatkan orang lain, agar kita mampu menyelamatkan orang lain terlebih dahulu kita harus menyelamatkan diri kita sendiri. Nasionalisme India bukanlah bersifat eksklusif, agresif ataupun destruktif. Nasionalisme India adalah menyehatkan, agamawi, dan karena itu bersifat manusiawi. India rela terlebih dahulu harus belajar hidup sendiri, sebelum ia rela mengorbankan nyawa untuk kepentingan seluruh umat manusia. Gandhi berusaha menerapkan humanisme dalam tindakan perjuangannya. Setiap gerakannya adalah berpatok pada semangat kemanusiaan yang universal, tidak pernah menurunkan derajat manusia siapapun itu orangnya. Nasionalisme Gandhi adalah tentang perjuangan yang tidak melukai siapapun termasuk musuh- musuhmu. Nasionalisme Gandhi adalah perwujudtan dari perikemanusiaan. 129

3.3. Analisis Pemisahan India-Pakistan dalam Pemikiran Gandhi