Fungsi Serikat Pekerja/Serikat Buruh Beserta Hak dan Kewajibannya

c. Fungsi Serikat Pekerja/Serikat Buruh Beserta Hak dan Kewajibannya

Fungsi serikat pekerja/serikat buruh selalu dikaitkan dengan keadaan hubungan industrial. Hubungan industrial diartikan sebagai suatu

commit to user

barang atau jasa yang meliputi pengusaha, pekerja, dan pemerintah (Sentanoe Ketonegoro, 1999 : 2).

Pengertian itu memuat semua aspek hubungan kerja yang terdiri atas:

1) Para pelaku: pekerja, pengusaha, pemerintah;

2) Kerja sama: manajemen-karyawan;

3) Perundingan bersama: perjanjian kerja, perjanjian kerja bersama,

peraturan pekerjaan;

4) Kesejahteraan: upah, jaminan sosial, pensiun, keselamatan dan kesehatan kerja, koperasi, pelatian kerja;

5) Perselisihan industrial: arbitrase, mediasi, mogok kerja, penutupan

perusahaan, pemutusan hubungan kerja.

Hubungan industrial di Indonesia dikenal dengan nama hubungan industrial Pancasila, yaitu suatu hubungan industrial yang mendasarkan pada nilai-nilai kelima sila dari Pancasila. Sejak masa reformasi istilah itu nampaknya kurang dipakai di masyarakat, mengingat Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) yang menjadi salah satu pilar dasar dari Hubungan Industrial Pancasila (HIP) telah dicabut. Dengan dicabutnya salah satu pilar HIP, maka HIP kemudian disebut dengan hubungan industrial saja tanpa diseratai Pancasila.

Fungsi serikat pekerja/serikat buruh dituangkan dalam Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh. Fungsi dapat diartikan dengan jabatan (pekerjaan) yang dilakukan: jika ketua tidak ada maka wakil ketua melakukan fungsi ketua: fungsi adalah kegunaan suatu hal; berfungsi artinya berkedudukan, bertugas sebagai; menjalankan tugasnya. (KBBI, 1989 : 245).

Berdasarkan ketentuan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat pekerja/serikat buruh:

1) Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh bertujuan memberikan perlindungan, pembelaan

commit to user

bagi pekerja/buruh dan keluarganya;

2) Untuk mencapai tujuan bersama tersebut serikat pekerja/serikat buruh,

federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh mempunyai fungsi:

a) Sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian kerja bersama dan

penyelesaian perselisihan industrial;

b) Sebagai wakil pekerja/buruh dalam lembaga kerja sama di bidang

ketenagakerjaan sesuai dengan tingkatannya;

c) Sebagai sarana menciptakan hubungan industrial yang harmonis,

dinamis dan berkeadilan sesuai dengan peraturan perundang- undangan;

d) Sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan

kepentingan anggotanya;

e) Sebagai perencana, pelaksana dan penanggung jawab pemogokan

pekerja/buruh sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

f) Sebagai wakil pekerja/buruh dalam memperjuangkan kepemilikan

saham di perusahaan.

Subyek hukum dalam hubungan industrial pada dasarnya yang terpenting adalah buruh dan majikan. Di samping itu, mengingat hubungan industrial itu terjadi di dalam masyarakat maka subyek hukum hubungan industrial mendapat perluasan meliputi juga masyarakat dan pemerintah. Serikat kerja/serikat buruh adalah wakil buruh dalam perusahaan. Sebagai wakil buruh yang sah, ia mempunyai kedudukan sebagai subyek hukum dalam hubungan industrial yang mandiri. Pemerintah mempunyai andil pula sebagai subyek hukum dalam hubungan industrial dalam arti perwujudannya dalam tiga fungsi pokok pemerintahan, yaitu mengatur, membina, dan mengawasi. Masyarakat menjadi subyek hukum hubungan industrial karena bagaimanapun juga hubungan indutrial itu akan

commit to user

berlangsung atau masyarakat dalam arti skala nasional. Dampak itu dapat positif atau negatif. Berdampak positif apabila hubungan industrial itu berjalan dengan baik dan tercapai tujuannya. Sebaliknya akan berdampak negatif apabila hubung industrial itu gagal tercapai tujuannya.

Proses hubungan industrial pada hakekatnya menyangkut interaksi nilai yang berbeda, kepentingan yang berbeda, sehingga diperlukan dukungan sikap dan etika untuk mempertemukan perbedaan-perbedaan yang ada agar terhindar dari perselisihan atau pemaksaan kehendak. Setiap masyarakat atau bangsa mempunyai corak atau sistem hubungan industrial yang berbeda satu sama lain yang dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya; faktor ideologi, politik, ekonomi, sosial dan lain-lain dari masyarakat itu sendiri (Iswantiningsih, 2002: 135).

Tujuan dari hubungan industrial pada dasarnya terkait dengan subyek hukum dalam hubungan industrial, yaitu meningkatnya produktivitas, kesejahteraan, dan stabilitas nasional yang mantap. Meningkatkan produktivitas adalah tujuan utama dari majikan dalam mendirikan suatu kegiatan usaha. Produktivitas yang meningkat akan menghasikan banyak keuntungan. Adanya keuntungan dari hasil proses produksi diharapkan dapat dikembalikan kepada buruh guna meningkatkan kesejahteraannya. Peningkatan kesejahteraan merupakan tujuan utama semua buruh guna pemenuhan kebutuhan hidupnya. Apabila terjadi peningkatan kesejahteraan secara otomatis penghasilan buruh pun dapat meningkat, sehingga akan tercipta ketenangan bekerja. Suasana yang tenang dalam proses produksi karena telah terjadi peningkatan produktivitas dan peningkatan kesejahteraan akan berdampak positif bagi masyarakat sekitarnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Adanya ketenangan usaha memperkecil terjadinya perselisihan perburuhan. Di sisi lain, akan menimbulkan stabilitas nasional yang baik, yang selalu diharapkan oleh pemerintah bagi suksesnya pembangunan ekonomi.

commit to user