Kondisi Umum

II.4.4. Kondisi Umum

II.4.4.1. Penyebaran Kepadatan Penduduk 19

Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk di Kota Purwokerto adalah 233.841 orang, yang terdiri dari 115.348 laki-laki dan 118.493 perempuan dan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Banyumas per tahun selama sepuluh tahun terakhir yakni dari tahun 2000-2010 sebesar 0,58 persen. Tabel 2.8. Jumlah Penduduk Kota Purwokerto

Jumlah Penduduk

(jiwa)

Sex Ratio

Purwokerto Utara

97,10 Purwokerto Timur

95,55 Purwokerto Selatan

99,30 Purwokerto Barat

Sumber: Hasil Sensus Penduduk 2010 Kota Purwokerto Penyebaran kepadatan penduduk di Purwokerto belum sepenuhnya merata, sebagian besar terkonsentrasi pada daerah pusat kota dan sepanjang Sumber: Hasil Sensus Penduduk 2010 Kota Purwokerto Penyebaran kepadatan penduduk di Purwokerto belum sepenuhnya merata, sebagian besar terkonsentrasi pada daerah pusat kota dan sepanjang

Sesuai dengan kecenderungan perkembangan penduduk Kota Purwokerto maka distribusi penduduk untuk masa yang akan dating diarahkan tidak terlalu terkonsentrasi di pusat kota dan sepanjang jalur jalan utama, melainkan lebih merata dalam penyebarannya agar distribusi penduduk yang terjadi lebih seinmbang dengan kondisi daya dukung lahan dan lingkungan yang ada. Oleh karena itu, distribusi penduduk di Kota Purwokerto diarahkan sebagai berikut:

• Distribusi kepadatan penduduk akan diarahkan secara lebih merata dan berimbang, dimana penduduk di daerah pusat kota dan di sepanjang jalur jalan utama diarahkan pengembangannya ke daerah-daerah yang relative masih kosong.

• Kepadatan penduduk di daerah pusat kota, pertambahannya akan dibatasi sesuai dengan daya dukung lahan bagi perumahan di pusat kota yang semakin berkurang mengingat tingginya konsentrasi penduduk dan aktivitas di daerah tersebut.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka pola distribusi kepadatan penduduk untuk masa mendatang adalah sebagai berikut: Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka pola distribusi kepadatan penduduk untuk masa mendatang adalah sebagai berikut:

• Daerah di dekat pusat kota, diarahkan menampung kepadatan penduduk menengah/sedang dengan rata-rata kepadatan penduduk netto maksimal 175 jiwa/Ha.

• Daerah yang jauh dari pusat kota atau daerah pinggiran kota, diarahkan menampung kepadatan penduduk relatif rendah dengan rata-rata kepadatan penduduk netto maksimal 100 jiwa/Ha.

Berdasarkan perhitungan terhadap proyeksi Kota Purwokerto pada tahun 2020, maka gambaran distribusi kepadatan penduduk brutto masing- masing BWK Kota Purwokerto dapat dilihat pada table berikut: Tabel 2.9. Tabel BWK Kota Purwokerto

BWK

Luas Wilayah (Ha)

Jumlah Penduduk (jiwa)

Kepadatan (jiwa/Ha)

61 Sumber: Hasil Perhitungan Tim Penyusun RUTRK/RDTRK Purwokerto Tahun 2010

II.4.4.2. Sosial Ekonomi Penduduk

a. Aspek Ekonomi

Dengan melihat keadaan Kota Purwokerto, peningkatan perekonomian wilayah perlu diupayakan, adapun strategi pengembangan tersebut diperlukan langkah Dengan melihat keadaan Kota Purwokerto, peningkatan perekonomian wilayah perlu diupayakan, adapun strategi pengembangan tersebut diperlukan langkah

dan pengolahan yang lebih baik, untuk mendukung kepariwisataan Jawa Tengah Bagian Barat. Dimana Kota Purwokerto dikembangkan sebagai pusat pelayanan tingkat madya.

- Pengembangan sector tersebut perlu ditunjang oleh pengembangan sector

pendukung dan sarana lainnya. Misalnya sarana dan prasarana transportasi, sarana jasa perdagangan yang merupakan kunci keberhasilan pengembangan sector potensial tersebut.

b. Aspek Sosial

- Penyebaran fasilitas sosial diprioritaskan untuk menambah dan melengkapi

terutama pada kota yang sedang dan akan tumbuh menjadi pusat pertumbuhannya dapat cepat berlangsung. Strategi ini diharapkan akan mengurangi beban yang berlatar belakang kurangnya fasilitas social.

- Pemanfaatan peluang yang bertujuan memfungsikan kota kecil atau kota

kecamatan sebagai bumper urbanisasi sepertu yang telah digariskan dalam National Urban Development Strategi, yaitu dalam strategi pengembangan Secendory City karena sebagai konsekuensi policy tingkat nasional, urban infrakstruktur akan lebih disebarkan di kota hirarki ke 3 dan 4 dalam skala regional.

- Peningkatan kualitas tenaga kerja terutama di daerah yang tingkat pendapatannya

kecil agar mendapat porsi perhatian yang cukup besar karena kendala pembangunan wilayah biasanya dilihat dari aspek social yang berasal dari sumber daya manusia akan memberi daya kemungkinan perluasan dan pemerataan kesempatan kerja.

Purwokerto 20 Kebijaksanaan dasar pengembangan tata ruang mikro Kota Purwokerto berdasarkan pertimbangan-pertimbangan antara lain :

1. Pemerataan pengembangan meliputi seluruh bagian kota, yakni usaha untuk memenuhi dan mengisi serta menciptakan struktur dan bentuk kota yang kompak.

2. Penyebaran fasilitas pelayanan sebagai usaha untuk memeratakan pelayanan bagi penduduk kota dan bagian kota, agar tidak terkonsentasi pada suatu tempat saja. Fasilitas tersebut berupa pelayanan yang merata prasarana dan sarana kotanya. Untuk penyebaran fasilitas tersebut, baik jenis dan skala pelayanannya disesuaikan dengan fungsi pelayanan masing- masing bagian kota.

3. Peningkatan aktivitas kekotaan pada daerah-daerah transisi dan pinggiran Kota Purwokerto, terutama kegiatan-kegiatan yang bersifat sekunder (perdagangan dan jasa)

4. Usaha untuk memeratakan arah perkembangan fisik kota ke segala arah, untuk mengarahkan perkembangan fisik kota agar tidak selalu mengikuti kecenderungan yang ada saat ini yakni kecenderungan perkembangan fisik di sekitar jalan utama kota. Pada bagian-bagian kota yang masih kosong di bagian dalam antara jalan utama kota, perlu diciptakan suatu kegiatan aktivitas kota agar mendorong perkembangan daerah tersebut, antara lain berupa kegiatan perdagangan, rekreasi, perumahan, dan sebagainya.

5. Usaha untuk meningkatkan jumlah dan kepadatan penduduk, agar syarat sifat kekotaan (minimum 50 jiwa/m 2 ) dapat terpenuhi. Hal ini akan membuat efisiensi dalam pembangunan prasarana dan sarana kota.

meningkatkan pelayanan sistin prasarana kota berupa pelayanan pembuangan sampah, pelayanan pemenuhan air bersih, drainase, penghijauan dan lain sebagainya.

7. Upaya untuk mencegah kemacetan lalu lintas serta kelancaran pergerakan arus barang dengan membangun dan mengembangkan jalan lingkar dalam pada jangka pendek, jalan lingkar luar dalam jangka panjangnya, serta jalan pembagi dan distribusi yang dapat menjangkau ke semua bagian kota.

8. Upaya untuk membuka daerah-daerah yang terisolir di bagian pedalaman kota, dengan membangun jalan penghubung antar bagian wilayah kota, antar blok bahkan sub blok.

9. Upaya untuk mengurangi polusi udara kota serta konservasi air dan tanah dengan merencanakan sabuk hijau kota, daerah terbuka hijau kota serta pengendalian pembangunan fisik kota yang berorientasi padat bangunan.

II.4.6. Konsep Pengembangan Lokal Kota Purwokerto 21

Rumusan Kebijaksanaan Dasar Perencanaaan (RKDP) Kota merupakan kebijaksanaan lokal yang diharapkan mampu mengembangkan Kota Purwokerto untuk mendorong pengembangan potensi yang ada, yaitu antara lain :

• Kemandirian kota sebagai kota Administratif • Keterkaitan dengan pusat-pusat pertumbuhan yang sudah ada yaitu kota

Cilacap sebagai kota pusat pertumbuhan kota • Fungsi dan citra kota yang spesifik serta fungsi-fungsi umum kota lainnya

II.4.6.1. Penentuan Fungsi Kota 22

Berdasarkan pada potensi dan kendala yang ada, RKDP penentuan fungsi Kota Purwokerto pada masa yang akan dating dapat diarahkan sebagai berikut:

- Sebagai pusat pemerintahan dan pelayanan administrative, politis bagi wilayah Kota Purwokerto khususnya dan Kabupaten Dati II Banyumas pada umumnya.

- Sebagai pusat pelayanan fasilitas social bagi kota Purwokerto dan

sekitarnya. - Sebagai pusat pengelolaan dan pengendali pembangunan kota

Administratif Purwokerto. - Sebagai pusat kegiatan ekonomi dan transportasi.

b. Konsep Arahan Fungsi Khusus - Sebagai kota transit jalur lalu lintas yang kuat dari Jawa Tengah

dengan Jawa Barat dan simpul distribusi perdagangan. - Sebagai kota transit pariwisata berskala local dan regional dengan penyediaan fasilitas-fasilitas penunjang wisata, misalnya taman wisata remaja dan anak-anak, restoran motel, dan lainnya.

- Sebagai kota pemukiman tujuan pelajon dan penyangga urbanisasi regional Jawa Tengah di kota besar dengan penyediaan fasilitas perumahan, tempat kerja, terminal angkutan, dan sebagainya.

- Sebagai kota pendidikan, terlihat dari keberadaan UNSOED dan UNWIKU yang menampung pelajar dalam skala regional dan nasional, disamping itu juga sarana pendidikan yang cukup besar jumlahnya merupakan potensi dasar dalam pengembangan Kota Purwokerto sebagai Kota Pendidikan.

II.4.6.2. Arahan Penentuan Peran Kota 23

Berdasarkan pada potensi dan kendala, maka RDKP penentuan peran Kota Purwokerto dilihat dari aspek regional antara lain sebagai berikut:

22 Pemerintah Administratif Kota Purwokerto, RUTRK, ibid

Dati I Jawa Tengah: - Ditetapkan Kota Purwokerto sebagai salah satu Kawasan Prioritas Pengembangan untuk wilayah Jawa Tengah, dengan harapan Kota Purwokerto dapat berperan sebagai pusat atau kutub pertumbuhan yang akan menetaskan hasil pembangunan ke wilayah sekitarnya.

- Ditetapkan Kota Administratif Purwokerto sebagai salah satu kawasan prioritas juga membawa keuntungan terhadap Kota Purwokerto khususnya, maupun Kabupaten Dati II Banyumas umumnnya karena Pemda Tingkat I Jawa Tengah akan lebih memperhatikan pembangunan di Purwokerto. Konsekuensi dari hal tersebut Kota Purwokerto harus siap dengan rencana dan program pembangunannya.

- Kota Purwokerto diharapkan dapat tumbuh dan berkembang menjadi salah satu pusat pertumbuhan di bagian selatan-barat wilayah Propinsi Jawa Tengah bersama-sama dengan Kota Cilacap untuk berperan memeratakan pembangunan propinsi Jawa Tengah bagian selatan.

b. Konsep Arahan Peran Kota Terhadap Arahan Kebijaksanaan Dasar Kabupaten Dati II Banyumas:

- Sebagai Ibukota Kabupaten dan salah satu pusat wilayah pembangunan Kabupaten Dati II Banyumas, maka diharapkan peran sebagai pusat tersebut tidak menjadikan kota Purwokerto akan menyedot sebagian besar potensi pembangunan Kabupaten Dati II Banyumas, melainkan akan meningkatkan ekonominya secara mandiri dan bahkan membantu mengembangkan daerah sekitarnya.

- Sebagai pusat simpul distribusi perdagangan dan jasa utama di

wilayah Kabupaten Dati II Banyumas.

Rencangan rencana pengembangan sistem jaringan jalan dan transportasi kota diharapkan dapat menunjang fungsi Kota Purwokerto sebagai terminal sebaran jasa dan barang, kota transit, pendidikan dan pariwisata. Untuk itu, rancangan rencana pengembangan jaringan jalan dan transportasi kota adalah:

1. Meningkatkan atau melanjutkan jalan-jalan yang telah ada dan direncanakan baik yang merupakan jalan regional, jaringan jalan utama kota, jalan proses wilayah/BWK, dan jalan-jalan proses lingkungan.

2. Mengoptimalisasikan ruang jalan yang tersedia bagi lalu lintas kendaraan dengan pengelolaan secara menyeluruh dan penambahan rambu-rambu lalu lintas, penambahan fasilitas pejalan kaki, menyediakan lokasi untuk pedagang kaki lima di luar badan jalan dan atau pada trotoar, serta mengurangi parkir pada badan jalan.

3. Menetapkan kembali hirarki jalan-jalan yang ada dengan maksud untuk memperkecil konflik kepentingan antara pemakai jalan lokal dengan lalu lintas regional maupun menerus.

4. Mengembangkan sistem jaringan jalan yang menunjang rencana struktur dan rencana penggunaan ruang yang ada sesuai dengan rencana pengembangan Kota Purwokerto.

Adapun rancangan pengembangan sistem perparkiran di Kota Purwokerto disesuaikan dengan kebijaksanaan criteria sebagai berikut:

1. Kawasan parkir dapat menempati daerah milik jalan di luar jalan lalu lintas atau di luar daerah milik jalan berupa taman parkir atau gedung parkir.

2. Tidak diperkenankan parkir di tepi jalan (on street parking) pada jalur jalan kolektor primer dan kolektor sekunder.

diperkenankan pada jalan yang tidak padat pada jam sibuk dan bersifat sementara.

4. Parkir depan jalan (off street parking) berupa kantong-kantong yang melayani kawasan tertentu seperti kawasan perdagangan dan kawasan pemukiman.

Berdasarkan criteria tersebut diatas, konsep rancangan rencana sistem perparkiran, direncanakan sebagai berikut:

1. Untuk melayani perdagangan di jalan Gerilya dan Komisaris Bambang Suprapto dibuat model kantong parkir dengan mengambil salah satu sisi jalur lambat yang ada dalam pengaturan antara parkir untuk kendaraan roda dua, roda empat, dan plaza yang dapat dimanfaatkan untuk pedagang kaki lima dalam suatu pengaturan tapak.

2. Untuk melayani terminal induk yang ada sekarang (sub terminal angkutan antar kota pada tahun 2010) dan sekitarnya direncanakan taman parkir untuk kendaraan roda dua (termasuk sepeda).

3. Untuk sub terminal pada pertemuan jalur local primer dengan jalur kolektor sekunder direncanakan du buah kantong parkir di bagian utara kota.

4. Disediakan kantong parkir pada setiap lingkungan pemukiman.

5. Setiap tempat usaha atau kantor dan fasilitas umum lainnya diharapkan menyediakan pelataran parkir untuk roda dua.

6. Pengaturan sebaran dan besaran sistem perparkiran,perlengkapan- perlengkapan jalan termasuk di dalamnya pohon-pohon pelindung (strip trees) dan fasilitas untuk pejalan kaki, tempat penyebrangan, traffic light, dan pengaturan median.

Konsep dasar struktur jaringan jalan berdasarkan fungsinya dapat Konsep dasar struktur jaringan jalan berdasarkan fungsinya dapat

1. Jaringan Jalan Arteri Primer Adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak berdampingan, atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kedua. Selain berfungsi sebagai penghubung, jalan ini direncanakan dengan kecepatan terendah 60 km/jam, sehingga jalan ini merupakan jalan bebas hambatan yang tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik maupun lalu lintas local. Untuk jaringan jalan arteri primer di Kota Purwokerto tidak tersedia atau belum memungkinkan.

2. Jaringan Jalan Arteri Sekunder Adalah jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua. Jalan ini direncanakan dengan kecepatan terendah sebesar 50 km.jam. untuk jaringan jalan arteri sekunder di Kota Purwokerto yang dimaksud tidak direncanakan atau belum memungkinkan.

3. Jaringan Jalan Kolektor Primer Adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua atau menhubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga. Jalan ini direncanakan dengan kecepatan terendah sebesar

40 km/jam. Jaringan jalan kolektor primer di Kota Purwokerto ini pada umumnya merupakan jalan protocol, seperti: Jalan S. Parman, jalan Prof. Dr. Bunyamin, Jalan Gerilya, Jalan Jend. Sudirman, Jalan Gatot Subroto, dan jalan lingkar utara.

4. Jaringan Jalan Kolektor Sekunder

Jaringan jalan kolektor sekunder yang ada di Kota Purwokerto antara lain adlah Jalan Dr. Sukarso, Jalan Jend. Achmad Yani, Jalan Kyai Wahi Hasyim, Jalan Sultan Agung, Jalan Pancurawis, Jalan Pahlawan, Jalan Perintis Kemerdekaan, dan Jalan Pramuka.

5. Jaringan Jalan Lokal/Lingkungan Adalah jalan yang melayani pergerakkan dalam suatu lingkungan atau kegiatan tertentu dengan cirri-ciri perjalanan dekat, kecepatan rata-rata rendah dan tertinggi sebesar 20 km/jam, serta ajalan masuk tidak dibatasi. Jaringan jalan local ini dapat berfungsi sebagai local primer maupun local sekunder tergantung dari fungsi yang dilayaninya. Jaringan jalan local atau lingkungan di Kota Purwokerto pada umumnya berupa gang-gang dan jalan-jalan kecil yang ada dalam suatu lingkungan tertentu.

II.4.8. Konsep Arahan Massa dan Bentuk Bangunan 25

Perumusan tata guna lahan di Kota Purwokerto akan menentukan jenis pola pergerakkan penduduk. Oleh karenanya kedua aspek tersebut berpengaruh langsung terhadap perkembangan lahan, serta bentuk dan massa bangunan yang ada. Keadaan tersebut juga terjadi di Kota Purwokerto yang diwarnai dengan pertumbuhan dan perkembangan kota. Hal ini disebabkan karena keadaan sekarang merupakan refleksi sejarah kota yang bersangkutan. Disisi lain setiap fragmentasi merupakan hasil sebuah keputusan yang bisa berlatar belakang politik, keamanan, social, dan sebagainya.

Pertumbuhan kota khusunya di Kota Purwokerto merupakan proses berkesinambungan yang erat kaitannya dengan evaluasi budaya (terutama peradaban manusia), sehingga bentuk kota Purwokerto bukan hanya sekedar Pertumbuhan kota khusunya di Kota Purwokerto merupakan proses berkesinambungan yang erat kaitannya dengan evaluasi budaya (terutama peradaban manusia), sehingga bentuk kota Purwokerto bukan hanya sekedar

Dasar pengendalian massa dan bentuk bangunan di Kota Purwokerto yang digunakan akan dikaji dari aspek fisik yang diantaranya adalah ketinggian bangunan. Ketinggian dari berbagai bangunan akan membentuk Skyline kota yang bukan hanya susunan berbagai bangunan di suatu kota tetapi mempunyai berbagai makna, diantaranya: skyline sebagai symbol kota, indeks social, alat orientasi, perangkat estetik, dan perangkat ritual.