5 Perbandingan Kondisi Jaringan Jalan Tahun 2005 dan 2010

Tabel 5.5 Perbandingan Kondisi Jaringan Jalan Tahun 2005 dan 2010

No Nama Ruas Jalan

Panjang ruas(km)

Proses Awal Pembangunan ( Tahun 2005)

Proses Akhir Pengerjaan pembangunan bandara ( tahun 2010)

I Jalan negara

sebagai jalan arteri hanya Jalan Sudirman

Peningkatan ruas jalan yang berfungsi

sebagai jalan arteri Jl. TGH lopan

2,493

Masih berfungsi sebagai jalan kolektor

Berfungsi sebagai jalan arteri Jl. Sudirman

1, 234

Masih berfungsi sebagai jalan kolektor

Berfungsi sebagai jalan arteri II Jalan Propinsi

masih terdapat kondisi jalan tanah yang rusak berat

Adanya pembuatan jalan baru, penggantian nama ruas jalan,

perbaikan kondisi jalan dan pelebaran jalan Praya-SP. Penujak

4,03

Belum ada

Ada

Jl. Mandalika

1,21

Belum ada

Ada

SP. Penujak- Tanak awu

7,17

Belum ada

Ada

Tanak Awu – sengkol

6,97

Belum ada

Ada

Praya - mantang

12,27

Berfungsi kolektor dengan kondisi baik

1 km berubah menjadi ruas jalan Basuki Rahmat Gerantung- Semayan

2 Berfungsi kolektor dengan jalan tanah dan kondisi rusak berat

Berfungsi jalan local dengan kondisi rusak

Sengkol – kuta

11,74

sama

Sama Jl. Sultan Hasanudin

1,7

Berfungsi kolektor

Berfungsi jalan lokal Jl. Gajah Mada

2,95

Belum ada nama ruas jalan tersebut

Ada, kondisi baik Jl. Pejanggik

0,75

Belum ada nama ruas Ada, kondisi baik

commit to user

hingga Pancor

Nama ruas jalannya hingga Keruak

Jl. Basuki Rahmat

Ada, dan berganti nama ruas jalan

III Jalan Lokal Praya-penaban

7,23

Kondisi rusak

1,5 km Kondisi baik, dan 5, 73 km kondisi sedang Sengkol-Teruwai

4,70

Kondisi sedang

1 km kondisi baik, 3, 7 km rusak Bantunyala-Sengkol

9,00

Kondisi baik

Kondisi baik Praya-Lajut

5,80

Kondisi sedang

Kondisi sedang Penujak-Mangkung

6,70

Kondisi sedang

3,65 km kondisi baik, 3,05 km kondisi rusak

Sengkol-Mangkung

8,10

Kondisi sedang

Kondisi sedang Tanak Awu-Pengembur

4,10

Kondisi rusak

Kondisi rusak Darek-Ungga

2,25

Kondisi rusak

Kondisi sedang Puyung-Sukarara

1,90

Kondisi rusak

Kondisi sedang Kawo-Teruwai

5,70

Kondisi rusak

Kondisi rusak Puyung-Jago

kondisi rusak 2,5 km, dan jalan aspal kondisi sedang

1 km

Jalan aspal kondisi sedang 3,5 km

Penujak-MT. Beliak

2,60

Jalan tanah kondisi rusak berat

Jalan aspal kondisi sedang 0,65 km, jalan tanah kondisi rusak 1,95 km

Pejanggik-Lajut

2,50

Jalan aspal kondisi rusak 0,7

kondisi rusak 1,8 km

Jalan aspal kondisi sedang

Praya-Semayan

0,40

Kondisi rusak

Kondisi baik Tiwugalih-Abiantubuh

6,00

Jalan tanah kondisi rusak berat

Jalan aspal kondisi sedang/rusak 4 km, jalan kerikil kondisi rusak 2 km

Praya-Pengendong

1,50

Jalan tanah kondisi rusak dan rusak berat

Jalan tanah kondisi rusak berat

Jl. Kalimutu

2,00

Kondisi baik

Kondisi baik Jl. Singkarak

2,15

Kondisi baik

Kondisi baik Jl. Agus salim

0,20

Kondisi baik

Kondisi baik Jl. Diponegoro

1,90

Kondisi baik

Kondisi baik Jl. Bromo

0,30

Kondisi baik

Kondisi baik Jl. Krinci

0,30

Kondisi baik

Kondisi baik Jl. Lombok

0,90

Kondisi baik

Kondisi baik Jl. Kalimantan

0,50

Kondisi baik

Kondisi baik Jl. Sumatera

0,70

Kondisi baik

Kondisi baik Jl. Rinjani

1,90

Kondisi baik

Kondisi baik Jl. Yos sudarso

0,80

Kondisi baik

Kondisi baik Jl. Nangka

0,40

Kondisi baik

Kondisi baik Jl. Kedondong

0,30

Kondisi sedang

Kondisi baik Jl. Mangga

0,30

Kondisi sedang

Kondisi baik Jl. Guru bangkol

0,20

Kondisi baik

Kondisi baik Jl. Delima

0,20

Kondisi baik

Kondisi baik Jl. Imam bonjol

0,25

Kondisi baik

Kondisi baik Jl. Segara anak

0,50

Kondisi baik

Kondisi baik Jl. Untung surapati

0,50

Kondisi baik

Kondisi baik Jl. Pengsong

0,60

Kondisi sedang

Kondisi sedang

commit to user

Jl. Kahuripan

0,20

Kondisi rusak

Kondisi baik Jl. Mareje

0,20

Kondisi sedang

Kondisi sedang Jl. Merapi

0,50

Kondisi baik

Kondisi baik Jl. Belitung

0,20

Kondisi baik

Kondisi baik Jl. Bangka

0,20

Kondisi baik

Kondisi baik Jl. Flores

0,20

Kondisi baik

Kondisi baik Jl. Maluku

0,40

Kondisi rusak

Kondisi sedang Jl. Ahmad yani

0,90

Kondisi baik

Kondisi baik Jl. Melur

0,20

Kondisi baik

Kondisi baik Jl. Mawar

0,20

Kondisi baik

Kondisi baik Jl. Melati

0,20

Kondisi baik

Kondisi baik Jl. Anggrek

0,50

Kondisi rusak

Kondisi rusak Jl. Angsoka

0,40

Kondisi baik

Kondisi baik Jl. S. parman

0,80

Kondisi baik

Kondisi baik Jl. Sulawesi

0,60

Kondisi baik

Kondisi baik Jl. Anyelir

0,50

Kondisi baik

Kondisi baik Jl. Pepaya

0,20

Kondisi baik

Kondisi baik Jl. Rambutan

0,20

Kondisi baik

Kondisi baik Jl. Pisang

0,20

Kondisi rusak

Kondisi sedang Jl. Kepundung

0,20

Kondisi rusak

Kondisi sedang Jl. Belimbing

0,20

Kondisi rusak

Kondisi sedang Jl. Dahlia

0,43

Kondisi baik

Kondisi baik Jl. Durian

0,30

Kondisi rusak

Kondisi rusak dan sedang masing-masing 0,15 km

Jl. M yamin

0,55

Kondisi baik

Kondisi baik Jl. alamanda

0,75

Belum ada

Ada, kondisi sedang Jl lingk. BTN tampar

3,00

Belum ada

Ada, kondisi sedang/rusak Jl. Lingk. BTN bermis

2,00

Belum ada

Ada, kondisi sedang/rusak Jl. Lingk. bTN leneng

2,00

Belum ada

Ada, kondisi sedang/rusak Sumber : Hasil Analisis

Berdasarkan tabel perbandingan kondisi jaringan jalan pada tabel diatas pada tahun 2005 dengan tahun 2010, dapat diketahui bahwa ketika dalam proses awal pembangunan bandara masih banyak jaringan jalan yang memiliki kondisi sedang/rusak dan rusak berat, namun ketika mulai proses tahapan pembangunan Aeronetika dan terminal Bandar udara tersebut telah adanya perbaikan jalan sehingga sebagian ruas jalan menjadi kondisi jalan sedang dan baik. Selain itu, adanya perubahan fungsi jalan yang dulunya sebagai jalan kolektor menjadi jalan lokal, dan adanya penggantian nama ruas jalan serta adanya jaringan jalan baru pada tahun 2010.

Adanya pembangunan bandara tersebut menyebabkan adanya perbaikan dan pelebaran serta pembuatan jaringan jalan baru, dimana prasarana jalan yang baik ini menyebabkan perkembangan pola

commit to user

pendapat Cooley dan Weber (Yunus 1994:44) mengemukakan suatu sistem transportasi mempunyai peran yang sangat besar terhadap perkembangan kota. Sedangkan Bandar udara dan jaringan jalan merupakan bagian dari sistem transportasi tersebut sehingga adanya pertumbuhan wilayah yang memanfaatkan lahan-lahan yang mempunyai prasarana atau infrastruktur baik prasarana jalan, transportasi mempunyai letak strategis dan menguntungkan. Dari adanya pembangunan atau keberadaan bandara tersebut dapat memberikan keuntungan yang menyebabkan perkembangan, yang selanjutnya mempengaruhi pola permukiman maupun kegiatan ekonomi yang selalu berorientasi pada ketersediaan sarana dan prasarana infrastruktur.

Kawasan penelitian ini memiliki pusat-pusat pelayanan yang terletak di sepanjang jalan di daerah pusat kota dan pusat kegiatan perdagangan juga terletak di pusat kota yaitu Kelurahan Praya, Prapen, Panjisari, dan Tiwugalih. Untuk kawasan yang berada dekat dengan lokasi Bandar udara baru tersebut, mulai bermunculan kegiatan perdagangan dan jasa skala kecil yang mengikuti jaringan jalan. Dari sebelum dilaksanakan pembangunan bandara hingga proses pembangunan bandara tersebut berlangsung, kondisi jalan pendukung akses tersebut mengalami perkembangan dan perubahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta berikut ini.

commit to user

Peta jalan

commit to user

Adanya pembangunan Bandar udara baru di suatu wilayah secara tidak langsung memberikan perubahan terhadap kondisi ekonomi wilayah sekitar bandara tersebut. Kondisi ekonomi yang dibahas adalah analisis nilai lahan dan analisis tingkat pendapatan penduduk sekitar.

5.2.1 Analisis Nilai Lahan

Harga lahan merupakan penilaian atas lahan yang diukur berdasarkan harga nominal dalam satuan uang untuk satuan luas pada pasarana lahan (Drabkin, 1977 : 169). Harga lahan sulit untuk digunakan sebagai pembanding karena transaksi jual beli lahan terjadi di tempat yang berbeda dan waktu yang berbeda (Drabkin, 1977 : 48). Berdasarkan teori tersebut harga lahan merupakan refleksi dari nilai lahan dimana harga lahan sebelum adanya pembangunan bandara sangat berbeda jauh dengan setelah adanya proses pembangunan bandara tersebut dilakukan. Selama pembangunan pada tahun 2005 hingga tahun 2010 terlihat peningkatan yang sangat signifikan yaitu rata-rata untuk wilayah yang pusat kota dan dilalui jalur arteri primer dan kolektor memiliki harga lahan dari 70.000-300.000 menjadi 200.000-1000.000 atau peningkatan sebesar 242%. Peningkatan tersebut diperoleh dari perhitungan dibawah ini:

Rata-rata harga lahan tahun 2005 sebesar Rp. 175.000,-, dan untuk tahun 2010 sebesar Rp. 600.000,-.

Persentase peningkatan harga lahan =

100%

= 242%

Persentase peningkatan harga lahan diatas karena melebihi 100% berarti perubahannya sangat signifikan. Perubahan tersebut karena adanya pembangunan bandara dan jika semakin tinggi harga lahan dalam suatu wilayah maka akan menyebabkan tingkat produktifitasnya tinggi di wilayah tersebut. Kegiatan pembangunan bandara merupakan salah satu aktivitas yang mendorong pertumbuhan

commit to user

kaitan yang sangat erat antara nilai lahan dan penggunaan lahan. Semenjak mulai dilaksanakan pembangunan bandara muncul gejala- gejala perubahan kegiatan di wilayah dekat kawasan pembangunan bandara tersebut, sehingga selama berlangsungnya pembangunan bandara tersebut hingga hampir selesai proyek pembangunannya secara tidak langsung mengubah pola pemanfaatan lahan di sekitar. Selain itu, dengan adanya perbaikan jalan, pelebaran jalan, dan pembuatan jaringan jalan baru menyebabkan kawasan sekitar yang terdekat dengan kawasan pembangunan bandara memiliki prospek dan peluang yang menjanjikan sebagai kawasan yang cepat tumbuh menurut Perda No. 7 tahun 2006 untuk kawasan sekitar bandara dan berpengaruh terhadap peningkatan nilai lahan yang sangat signifikan.

Dalam hal ini kebutuhan ruang yang berada di atas lahan tersebut menjadi kebutuhan dasar sehingga lahan menjadi komoditas ekonomi yang dapat dipertukarkan melalui mekanisme tertentu. Hal ini ditunjukkan bahwa lahan mempunyai nilai. Nilai lahan dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya: faktor lokasi relatif, dan jarak, nilai kepentingan umum pelayanan sarana dan prasarana kota seperti listrik, ketersediaan air baku, prasarana jalan, dan harga lahan. Dengan kata lain nilai lahan berkaitan langsung dengan guna lahan, jaringan jalan, status lahan dan perkembangan kota. Selain itu, besarnya nilai lahan tergantung pada lokasi atau kedekatannya dengan jaringan jalan, sarana prasarana dan fasilitas yang ada di sekitarnya. Nilai lahan di pinggir jalan utama mempunyai nilai lebih tinggi dibanding lahan di pinggir jalan antar lingkungan. Pertumbuhan pusat-pusat wilayah pembangunan dengan prasarana yang memadai,bisa memberikan nilai tambah pada lahan sekitarnya. Adanya ketersediaan infrastruktur di kawasan perkotaan juga memiliki hubungan yang positif dan efek saling ketergantungan dengan harga lahan. Sehingga sebelum adanya pembangunan hingga adanya proses pembangunan bandara tersebut

commit to user

pusat perkotaan dari Kabupaten Lombok Tengah sendiri dari dulu memiliki nilai lahan yang cukup tinggi kemudian ditambah lagi dengan adanya pembangunan tersebut maka nilai lahannya semakin tinggi atau berubah secara signifikan.

5.2.2 Analisis Tingkat Pendapatan Masyarakat

Analisis Pendapatan masyarakat yang dibahas adalah perbandingan antara tingkat pendapatan penduduk sekitar bandara yang dilihat pada proses awal pembangunan dengan proses tahapan akhir pembangunan tersebut atau tepatnya tahun 2005 dengan tahun 2010. Menurut Tarigan, 2009, suatu lokasi yang banyak memiliki kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik, yang berarti dengan adanya pembangunan bandara tersebut maka kemudahan akses tersebut semakin tinggi sehingga mendorong untuk sebagian masyarakat mengambil keuntungan untuk bekerja sampingan dalam pembangunan bandara tersebut dan membuka usaha baru berupa toko atau kios guna meningkatkan kesejahteraan keluarganya .

Tabel 5. 6 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendapatan

Tahun 2005 di Wilayah Penelitian, Kabupaten Lombok Tengah

No

Kelompok Pendapatan

Titik Tengah

Interval(xi)

Frekuensi (f)

Frekuensi interval ( f. xi)

Sumber : Hasil Analisis, 2011

commit to user

Rata-rata pendapatan penduduk Tahun 2005 =

∑쿠

槠.쿨ŒǨ.Ǩ ú úú

862.500 = Berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan masyarakat sekitar kawasan bandara yang dijadikan penelitian tahun 2005 adalah sebesar Rp. 862.500,-