3 Perubahan Penggunaan Lahan Perdesa/Kelurahan

Tabel 5.3 Perubahan Penggunaan Lahan Perdesa/Kelurahan

Selama Pembangunan(Tahun 2005-2010)

No

Desa/Kel

Jenis Guna Lahan (Hektar)

Sederhana Tadah

hujan

Tegal/ ladang

Pekarangan Lainnya

+50 -47 3 Darek

0 -20

+20 - 4 Segala Anyar

+22 6 Tanak Awu

0 -2

+2 7 Panji Sari

+25 -63 15 Lajut

+8 -14 17 Pejanggik

Sumber : Hasil Analisis Keterangan :

+ : Bertambah - : Berkurang

Berdasarkan kajian teori yang telah disebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan meliputi tiga faktor, yaitu: faktor manusia, fisik kota dan bentang alam. Selain itu, dalam perkembangan wilayah terdapat pula siklus perubahan penggunaan lahan yang dipengaruhi oleh manusia, aktivitas dan lokasi dimana hubungan ketiganya sangat berkaitan, sehingga adanya suatu aktifitas pembangunan bandara tersebut mendorong pergeseran aktifitas atau pertambahan aktifitas ke lahan yang

commit to user

tersebut. Kawasan sekitar bandara tersebut mulai berkembang dan dimanfaatkan sebagai investasi terutama pada lahan-lahan yang mempunyai prospek menghasilkan keuntungan yang tinggi oleh pihak-pihak tertentu. Dari hasil data perbandingan penggunaan lahan tahun 2005 hingga 2010 terlihat terjadi perubahan di setiap desa/kelurahan yang ada di sekitar bandara, meskipun perubahan yang terjadi cenderung mengalami pertumbuhan dan perubahan guna lahan yang tidak begitu cepat atau tidak terlalu signifikan. Menurut pendapat chapin, Kaiser, dan Godschalk, perubahan lahan dapat terjadi karena adanya pengaruh perencanaan guna lahan setempat. Jika dikaitkan dengan Perda kawasan bandara tersebut yang telah ditetapkan tahun 2006, didalam rencana tersebut terdapat arahan fungsi lahan atau blok perencanaan wilayah dimana yang harus berkembang cepat, lambat atau sebagai daerah preservasi secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap perubahan yang terjadi di wilayah sekitar bandara.

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa komposisi penggunaan pekarangan yang memiliki pertambahan yang cukup luas adalah Desa Penujak, Desa Batujai, Desa Darek, Desa Ketara, Kelurahan Jontlak, Kelurahan Sasake, dan Kelurahan Pejanggik yaitu masing-masing

25 ha, 50 ha, 20 ha, 27 ha, 25 ha, dan 27 ha. Jika disesuaikan dengan perda tersebut desa/kelurahan yang mengalami pertambahan luasan fungsi pekarangan atau permukiman tersebut termasuk wilayah yang direncanakan tumbuh cepat sehingga pertumbuhan permukiman di kawasan sekitar bandara selama pembangunan ini masih memiliki pertumbuhan yang sesuai dengan arahan yang telah ditetapkan.

Selain itu, jika dikaitkan dengan teori Alit, 2001 bahwa kecenderungan perubahan pemanfaatan lahan ini terjadi karena adanya pertimbangan lokasi sebagai salah satu faktor penyebab perubahan pemanfaatan lahan. Kecenderungan perubahan tersebut terjadi pada lokasi yang menawarkan peluang dan kemudahan dibandingkan lokasi lainnya

commit to user

di daerah yang mempunyai nilai aksesibilitas fisikal yang tinggi akan mempunyai daya tarik yang lebih kuat dibandingkan dengan daerah yang mempunyai nilai aksesibilitas fisikal yang rendah. Sehingga semakin dekat dengan lokasi pembangunan bandara udara, seharusnya semakin intens pola perubahan pemanfaatan lahan yang berubah, namun perubahan yang terjadi pada awal proses pembangunan bandara hingga proses akhir pembangunan bandara tersebut di wilayah penelitian sekitar bandara baru tersebut berdasarkan data pada tabel dan diagram diatas perubahan yang terjadi kurang signifikan karena 3% dari luasan lahan sawah irigasi setengah teknis mengalami alih fungsi lahan.

Berarti dalam hal ini terlihat bahwa selama proses pembangunan bandara untuk wilayah yang masuk dalam rencana kawasan keselamatan operasi penerbangan pada Perda No. 7 Tahun 2006 tersebut memberikan perubahan terkait penggunaan lahan, dan dapat diketahui bahwa perkembangan yang terjadi di wilayah tersebut masih bersifat alami dan sesuai dengan arahan yang telah direncanakan. Untuk itu diperlukan waktu oleh masyarakat sekitar maupun dari luar untuk menangkap peluang dan prospek dari suatu pembangunan bandara tersebut atau keberadaan bandara di wilayah tersebut. Untuk melihat lebih jelas mengenai perubahan penggunaan lahan dan pertumbuhan yang terjadi di wilayah sekitar bandara dapat dilihat pada peta berikut ini.

commit to user

commit to user

Dalam perkembangannya perubahan lahan tersebut akan terdistribusi pada tempat-tempat tertentu yang mempunyai potensi yang baik sehingga distribusi perubahan penggunaan lahan tersebut membentuk pola penggunaan lahan. Bentuk pola penggunaan lahan pada wilayah sekitar bandara dari tahun 2005 hingga 2010 mengarah pada bentuk pola linear dan mengelompok. Pola penyebaran aktifitas yang muncul di kawasan penelitian tersebut selama adanya pembangunan bandara tersebut antara lain adalah :

1. Kegiatan pemerintahan dan fasilitas pelayanan umum Kegiatan pemerintahan di kawasan penelitian dari tahun 2005 hingga tahun 2010 atau selama proses pembangunan tersebut tetap terpusat di Kota Praya dengan keberadaan kantor-kantor dinas Kabupaten Lombok Tengah, Kantor Bupati. Sedangkan untuk kantor-kantor desa persebarannya terletak di desa/kelurahan masing-masing.

2. Kegiatan permukiman Permukiman merupakan aktifitas dalam suatu wilayah yang berkembang secara terus menerus. Pada tahun 2005, pola aktifitas permukiman yang terbentuk secara linear dan tersebar, dan untuk tahun 2010 juga sebagian besar pemukiman yang ada di kawasan penelitian merupakan pemukiman yang berkembang secara alami dan tersebar sporadis secara linier mengikuti pola jaringan jalan. Selain berpola linier mengikuti jaringan jalan yang ada, pemukiman di kawasan penelitian juga ada yang bersifat mengelompok (cluster) di beberapa lokasi dan cluster-cluster pemukiman yang tersebar. Pola linear yang terbentuk akibat dari aksesibilitas penduduk pada jaringan jalan-jalan utama( jaringan jalan primer dan sekunder). Pola linear terdapat pada sepanjang jalan arteri atau kolektor yang berada di pusat kota seperti jalan TGH. Lopan, jalan Sudirman, jalan sengkol-kuta.

commit to user

Gambar 5.4 Pola Aktifitas Permukiman Linier Kawasan Penelitian

Tahun 2010

Sumber : Hasil Analisis Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa kegiatan permukiman muncul mengikuti jaringan jalan yang ada dan mengelompok di wilayah tersebut.

commit to user

Gambar 5.5 Pola Aktifitas Permukiman Mengelompok Kawasan

Penelitian Tahun 2010

Sumber : Hasil Analisis

3. Kegiatan pertanian Kegiatan pertanian lahan basah (sawah irigasi teknis) tersebar di kawasan sekitar bandara yaitu Desa Penujak, Desa Tanak Awu, Desa Ketara dan sebagian Desa Segala Anyar.

commit to user

hujan) tersebar di bagian utara Desa Kawo. Karena lokasi kawasan yang menjadi penelitian bukan daerah pesisir sehingga kegiatan perikanan tidak terdapat dalam wilayah penelitian. Sedangkan kegiatan peternakan khususnya dengan hewan ternak sapi, kambing tersebar di kawasan penelitian yang sifatnya diusahakan oleh rumah tangga. Selama pembangunan bandara tersebut aktifitas pertanian wilayah tersebut masih tersebar hampir di seluruh desa/kelurahan yang masuk lingkup penelitian.

4. Kegiatan perdagangan dan jasa Kegiatan perdagangan dan jasa sebelum pembangunan bandara terpusat pada wilayah Kota Praya, namun selama pembangunan bandara tersebut juga masih tetap terpusat di Kota Praya untuk kegiatan perdagangan dan jasa yang skala makro dan mulai bermunculan warung/toko yang tersebar di kawasan penelitian terutama di Desa Penujak, Desa Tanak Awu.

5. Kegiatan Industri Kecil dan Kerajinan Kegiatan industri kecil dan rumah tangga pada umumnya terdapat di Desa Penujak yaitu berupa kerajinan gerabah. Dari tahun 2005 hingga tahun 2010 industri tersebut masih dan hanya baru berkembang di Desa Penujak.

Berdasarkan pola persebaran aktifitas tersebut yang baru terlihat jelas dari perubahan penggunaan lahan yang terjadi selama pembangunan bandara atau tepatnya tahun 2005 hingga tahun 2010 adalah aktifitas permukiman yang memiliki perkembangan secara alami dan pertumbuhannya masih sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan untuk kawasan sekitar bandara tersebut. Pola persebaran yang mengelompok tersebut terdapat di desa/kelurahan yang dilalui oleh jaringan jalan kolektor dan arteri karena mencari kemudahan akses menuju fasilitas umum atau pusat pelayanan kota. Dengan meningkatnya jumlah penduduk mulai munculnya permukiman yang

commit to user

penggunaan lahan sawah menjadi lahan perumahan. Rata-rata pertumbuhan permukiman tersebut mengikuti jaringan jalan yang ada pada wilayah tersebut. Untuk aktifitas perdagangan jasa dan perkantoran masih bersifat terpusat di Kota Praya karena memiliki fasilitas umum yang memadai dibandingkan dengan wilayah lain. Sejak adanya pembangunan bandara tersebut mulai munculnya sarana perdagangan dan jasa berupa pertokoan yang berada pada pinggir jalan primer atau sekunder. Untuk kegiatan pertanian dari dulu hingga adanya pembangunan bandara tersebut masih tetap tersebar di seluruh desa/kelurahan, dimana pola peruntukannya belum berubah namun luasannya yang mengalami perubahan karena peningkatan aktifitas permukiman.

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai perubahan pola yang terjadi selama pembangunan bandara tersebut dapat dilihat pada peta tata guna lahan tahun 2005 dan tahun 2010 yang dijabarkan polanya pada peta dibawah ini.

commit to user

commit to user

Petaaa pola 2010

commit to user

Jaringan Jalan

Pembangunan bandara tersebut di wilayah Desa Tanak Awu mendorong munculnya kegiatan perdagangan dan jasa untuk wilayah kawasan bandara. Dilihat berdasarkan jumlah sarana perdagangan dan jasa di wilayah penelitian sekitar bandara tersebut selama pembangunan mengalami peningkatan. Berikut merupakan perkembangan jumlah sarana perdagangan dan jasa selama pembangunan bandara tepatnya tahun 2005 hingga tahun 2010.