3 Analisis Data

Tabel 3.3 Analisis Data

Sasaran

Variabel

Jenis Analisis

Output Teridentifikasi perubahan

lahan pada wilayah yang dekat kawasan bandara selama

Perubahan penggunaan lahan

Analisis superimpose, deskriptif kualitatif dan kebijakan

Pemanfaatan ruang sekitar bandara yang mengalami perubahan lahan selama pembangunan bandara

kawasan yang muncul selama

adanya

pembangunan bandara.

Pola persebaran aktifitas

Analisis deskriptif kualitatif dan kebijakan

Pola persebaran aktifitas kawasan yang muncul dan terbentuk selama adanya pembangunan bandara tersebut

Teridentifikasi perubahan nilai

lahan

selama

pembangunan bandara

Perubahan nilai lahan

Analisis deskriptif kualitatif

Perubahan nilai tanah selama pembangunan bandara terhadap

Teridentifikasi perkembangan jaringan jalan

pembangunan bandara,

Pertambahan Sarana dan jaringan jalan Penunjang

Analisis deskriptif kualitatif , analisis superimpose, dan kebijakan

Perubahan dan perkembangan jaringan jalan dan sarana perdagangan jasa selama pembangunan

Teridentifikasi perubahan tingkat

pendapatan

penduduk selama adanya pembangunan bandara

Perubahan Tingkat pendapatan

Analisis deskriptif kuantitatif

Tingkat pendapatan masyarakat di proses awal dan akhir pembangunan

Sumber : Analisis Peneliti

commit to user

BAB 4 GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN

4.1 Gambaran Tentang Bandara Internasional Lombok

Bandara Internasional Lombok merupakan Bandar udara baru yang ada di Pulau Lombok. Bandara ini terletak di Desa Tanak Awu, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Pusat pemerintahan atau pusat kota Kabupaten Lombok Tengah berada di Praya. Pembangunan bandara ini terletak di daerah bagian selatan Praya yang memiliki luas sekitar 595 Ha berada ditengah persawahan dan sebelah utaranya terdapat sebuah waduk yang dikenal dengan Bendungan Batujai, dimana waduk ini sangat berperan sebagai penyalur air untuk kegiatan pembangunan bandara.

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Lombok Tengah

Sumber : Bapeda Kabupaten Lombok Tengah

Bandara Internasional Lombok tersebut dibangun berdasarkan beberapa pertimbangan antara lain :

Lokasi Bandara baru

commit to user

1. Keputusan pemerintah Keputusan pemerintah untuk segera membangun bandar udara internasional Lombok untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB. Walaupun sebelumnya terjadi penarikan secara paksa petani yang menduduki areal tanah yang bakal menjadi lokasi pembangunan Bandar Udara (Bandara) Lombok Baru di Tanak Awu, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat, berakhir dengan bentrokan. Puluhan petani menderita luka-luka terkena tembakan termasuk dua anggota polisi luka terkena anak panah.

Adanya unjuk rasa tersebut dilakukan oleh masyarakat sekitar karena tanah mereka dibayar dengan harga sangat murah. Pembelian tanah tersebut dimulai sekitar tahun 1994. Sementara pada waktu itu harga tanah jauh lebih murah dibandingkan sekarang karena nilai tukar rupiah waktu itu yang murah sehingga semua barang termasuk harga tanah juga memiliki nilai tanah yang murah. Perbedaan harga tanah tahun 1994 dengan 2006 yang pasti jauh berbeda menyebabkan adanya unjuk rasa. Meskipun ditentang banyak pihak, khususnya kaum petani namun dari pihak DPR menyetujui rencana pembangunan bandara internasional tersebut.

2. Keberadaan bandara yang dapat didarati pesawat berbadan lebar dapat memacu pertumbuhan ekonomi NTB.

Bandara Selaparang hanya mampu didarati maksimal pesawat Boeing 737 atau sejenisnya. Berdasarkan lokasinya juga berada di tengah kota, didekat Gunung Rinjani yang menjulang sangat tinggi sehingga dapat mengganggu penerbangan dikala cuaca buruk dan daerah sekitarnya berupa pemukiman penduduk sehingga membuat Bandara Selaparang sulit untuk dikembangkan. Jika dilakukan perluasan bandara maka terlalu banyak sarana yang akan dirusak. Sementara lokasi bandara baru di Desa Tanak Awu berada didataran yang sangat luas dan tidak berada dekat gunung atau relief-relief lain yang berbahaya untuk

commit to user

penerbangan. Maka dengan demikian Tanaq awu jauh lebih berpotensi untuk lokasi pembangunan bandara baru.

3. Bandara Selaparang tidak dapat dikembangkan karena berbagai pertimbangan aspek teknis dan operasional.

Kondisi kinerja Bandara Selaparang saat ini memiliki luas sebesar 69 hektar yang landas pacunya 2.100 m x 40 m tidak dapat digunakan untuk pendaratan pesawat berbadan lebar. Padahal, permintaan pasar pariwisata Lombok dan NTB sebagaimana Bali adalah pangsa pasar regional Asia Timur (Korea, China, Taiwan dan Jepang) dan Australia. Jika layanan penerbangan yang ada hanya sebatas kelas pesawat Boeing 737-200 atau 300, maka pasar pariwisata yang dijangkau hanya sebatas Singapura dan Malaysia.

Selain itu, juga Bandara Selaparang melayani penumpang rata- rata 2500 setiap hari. Pesawat terbesar yang bisa mendarat di bandara ini hanya sekelas boeing 737 seri 400 dengan kapasitas 180 tempat duduk, sedangkan pesawat berbadan lebar seperti boeing 747 atau airbus yang banyak digunakan membawa wisatawan dunia dari berbagai negara tidak bisa mendarat di bandara tersebut. Oleh karena itu, dibangunnya bandara baru yang lebih luas, lebih nyaman, dan lebih representatif untuk pengguna jasa.

4. PT. (PERSERO) Angkasa Pura I sudah membebaskan lahan pada tahun 1995 di Kabupaten Lombok Tengah dengan luas sekitar 538,8 Ha untuk mengganti Bandara Selaparang. Sejak tahun 1995 pihak Angkasa Pura sudah membayar lahan yang akan dijadikan Bandara Baru yang telah mendapat persetujuan dari Presiden yaitu Presiden Soeharto.

Sedangkan berdasarkan tinjauan tata ruang dalam RDTR kawasan sekitar bandara baru Lombok tersebut dikatakan bahwa menurut Angkasa Pura I adanya beberapa alasan teknis kenapa Bandara Selaparang harus dipindah atau adanya pembangunan bandar udara baru yaitu :

1. Secara teknis operasional tidak dapat mendukung operasional penerbangan berbadan lebar

commit to user

2. Letak Bandara Selaparang sudah berada dalam kawasan perkotaan Mataram

3. Perpanjangan landas pacu dari 2.100 m menjadi 2.500 m ke arah barat harus membebaskan kawasan perdagang/ruko, kuburan Cina dan jalan menuju Senggigi seluas ± 136.000 m2.

4. Perpanjangan landas pacu ke arah timur tidak dimungkinkan karena adanya hambatan fisik berupa kontur kaki Gunung Rinjani

5. Pelebaran runway strip ke arah utara memerlukan pembebasan permukiman seluas ± 248.140 m2.

6. Pelebaran runway strip ke arah selatan mengakibatkan bergesernya apron, terminal dan area parkir, sehingga diperlukan pembebasan lahan seluas ± 519.816 m2

7. Pembebasan DVOR (menjadi off-site) memerlukan pembebasan lahan seluas ± 40.000 m2

8. Pelebaran runway strip berarti juga membangun ulang fasilitas bandara.

9. Pembangunan (perluasan) bandar udara di Bandara Selaparang berkonsekuensi: · Pola pembangunan sepenuhnya maka operasional bandar udara

ditutup, atau · Pola pembangunan bandar udara dengan tetap mempertahankan

kegiatan operasional, akan tetapi pola ini akan memakan waktu pelaksanaan yang sangat lama.

10. Perkembangan tata Kota Mataram akan terhambat, karena persyaratan- persyaratan ruang sekitar bandar udara yang ketat.

11. Adanya tuntutan masyarakat untuk meminta ganti rugi atas polusi udara (kebisingan) yang terjadi.

12. Resiko dampak lingkungan pada kawasan perkotaan sekitarnya sejalan dengan meningkatnya frekuensi penerbangan.

13. Pihak Angkasa Pura telah memiliki lahan seluas 551,6 ha di Kabupaten Lombok Tengah.

commit to user

14. Dari segi pendanaan perluasan Bandara Selaparang akan menghabiskan dana tak kurang dari Rp. 682 milyar, belum termasuk ganti rugi lahan dan bangunan. Sedangkan, jika membangun bandar udara baru di Lombok Tengah hanya memerlukan biaya Rp. 625 milyar.

Sumber dana untuk pembangunan Bandara Internasional Lombok tersebut berasal dari :

1. PT. (PERSERO) Angkasa Pura.I sebesar Rp. 795,8 Miliar Anggaran dana yang berasal dari dari PT. Angkasa Pura I sebesar Rp. 795,8 miliar yang digunakan untuk membangun landasan pacu(runway), terminal penumpang, fasilitas operasional, dan fasilitas penunjang bandara.

2. Pemerintah Provinsi NTB Anggaran dari Pemerintah Provinsi NTB sebesar Rp. 110 Miliar digunakan untuk membangun taxiway, apron, dan fasilitas penunjang.

3. Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah Anggaran dari pemerintah Kabupaten Lombok Tengah sebesar Rp. 40 Miliar yang digunakan untuk membangun area parkir dan jalan akses menuju bandara.

4. Tiga bank BUMN siap berminat membiayai pembangunan Bandara Internasional Lombok Baru pengganti Bandara Selaparang, di Nusa Tenggara Barat yang telah di tender proyek konstruksinya. Ke-3 bank tersebut telah menyatakan berminat ikut dalam pembiayaan bandara Internasional itu, tiga bank BUMN itu adalah Bank mandiri, BNI dan BRI.

PT. (Persero) Angkasa Pura I mengadopsi desain bandara hijau atau green airport untuk proyek pembangunan Bandara Internasional Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

commit to user

Gambar 4.2 Perspektif Desain Bandara

Sumber : http://sasak.org/category/kabar-lombok/

Berdasarkan tahap pertama Bandara Internasional Lombok memiliki panjang runway 2750 meter dan lebar 45 meter yang diproyeksikan mampu didarati pesawat badan lebar Boeing 747. Landasan pacu itu didesain dengan ketebalan 142 sentimeter, terdiri dari lapisan pasir batu setinggi 85 sentimeter, lapisan batu pecah setinggi 45 setimeter, dan aspal hotmix tiga lapisan setinggi 12 sentimeter. Bandara tersebut juga didukung lahan apron (tempat parkir pesawat udara) seluas 62.074 meter, terminal yang dilengkapi dua buah ruang eksekutif pada areal seluas 12 ribu meter dan kawasan parkir kendaraan seluas 17.500 meter.

Gambar 4.3 Terminal Penumpang Bandara

Sumber : Foto Pribadi

commit to user

Gambar 4.4 Perspektif Desain Gapura BIL

Sumber : http://www.tribunnews.com/2011/04/27/bandara-internasional-lombok- operasi-juli

Berdasarkan dari gambar perspektif diatas terlihat bahwa bandara internasional Lombok baru yang dalam proses pembangunan tersebut memiliki bentuk fisik bangunan utama yang berarsitektur lumbung karena lumbung merupakan arsitektur khas atau rumah adat Suku Sasak Lombok. Walaupun adanya kesan yang ditimbulkan lebih modern dari segi tampilan dan bahan tapi tetap memiliki ciri khas arsitektur Lombok dengan arsitektur lumbungnya.

Tabel 4.1 Tahap Pelaksanaan Pembangunan Bandara Internasional

2005 Ground Breaking dan persiapan pembangunan 2006- 2007

Mulai pembangunan seperti saluran pengaman dan gebalan rumput, landclearing landside, pembuatan pos jaga, pos polisi, dan guard house

2008 – 2009 Pembangunan fasilitas Aeronotika penerbangan, Terminal penumpang, Pembangunan pagar dan gerbang kawasan Bandara, dan fasilitas penunjang

2010- sekarang Perbaikan dan perluasan Terminal penumpang

Sumber : Angkasa Pura I

Berdasarkan tabel diatas bahwa persiapan pembangunan dilaksanakan mulai tahun 2005, tahapan selanjutnya adalah pembangunan fasilitas Aeronotika Penerbangan mulai Maret 2008 hingga Juni 2009 dan

commit to user

terminal penumpang dibangun juga mulai 2008 hingga 2009. Selanjutnya sarana penunjang dimulai 2009 termasuk pembangunan pagar dan gerbang kawasan Bandara, namun pada tahun 2010 untuk terminal bandara dilakukan perbaikan dan perluasan.

Tabel 4.2 Tahapan Pembangunan Bandara Internasional Lombok

Uraian

Selaparang

BIL Phase I

Stage 1 ( 2006-2009)

BIL Phase I stage

2 ( 2013-2015)

BIL Phase II (2028)

Runway

09-27 2100 m x 40 m

13-31 2750 m x 45 m

13-31 2750 m x 45 m

13-31 3500 m x 45 m Apron

274.514 m2 Taxiway

Exit taxiway :2 Rapid exit : Parallel :

Exit taxiway : 2 Rapid exit Parallel

Exit taxiway : 2 Rapid exit parallel

Exit taxiway :12 Rapid exit : 2 Parallel : 1

Terminal

4.796 m2 800.000 Pax

12.000 m2 2.000.000 pax

16.500 m2 2.400.000 pax

28.750 m2 3.250.000 pax Car Park

29.100 m2 Navigasi Penerbangan

Telekom dan

Nav-AIDs

TEL, NAV, dan

MET

TEL, NAV, dan

MET

TEL, NAV, dan MET

Sumber :Angkasa Pura I

Pelaksanaan Pembangunan Bandara Internasional Lombok antara lain:

1. Perencanaan · Perencanaan dilaksanakan oleh PT.Angkasa Pura 1.

Pekerjaan PEMDA menggunakan Spesifikasi Teknis PT.AP 1 · Pembangunan tidak menggunakan satu ” Main Contractor” · Pekerjaan dibagi dalam beberapa paket yang bersifat “ Individual

paket” yang dilaksanakan secara bertahap · Prosedur Lelang :

- Untuk pekerjaan PT. AP I, menggunakan Skep Dir PT AP I - Untuk pekerjaan PEMDA yang ditentukan oleh PEMDA

· Aanwijzer : Konsultan Perencana/PT AP

I/PEMDA · Pengawas Pekerjaan: Satker Proyek AP I, Konsultan, PEMDA

commit to user

2. Jadwal Pelaksanaan · Pembangunan seharusnya dilakukan pada tahun 2006 hingga 2009

dan commissioning dilakukan pada awal tahun 2010. · Tahap pembangunan diatur sesuai prioritas paket pekerjaan oleh

alokasi dana sesuai jadwal pekerjaan tersebut. · Jadwal pelaksanaan disiapkan oleh PT. AP 1, sedangkan paket

pekerjaan Pemda dilaksanakan sesuai jadwal tersebut.

3. Pengawasan Pekerjaan · Pengawasan dan pengendalian kegiatan proyek dilaksanakan oleh

satker pembangunan Bandara Internasional Lombok yang dipimpin oleh Koordinator proyek PT. AP 1.

· Organisasi satuan kerja didampingi oleh Expert/Tenaga Ahli · Masing-masing paket pekerjaan diawasi oleh konsultan pengawas · Bila Pemda menunjuk pengawasanya sendiri, maka pengawas

tesrebut secara teknis di bawah Satker Proyek PT. AP 1

4. Infrastruktur Pendukung · Pekerjaan infrastruktur pendukung di bawah tanggung jawab Pemda · Penyelesaian pekerjaan infrastruktur pendukung harus sesuai dengan

jadwal pembangunan bandara Internasional Lombok · Pekerjaan infrastruktur yang dimaksud adalah jalan akses menuju

bandara, jaringan dan daya listrik, jaringan telepon, jaringan air bersih,

Pembangunan Bandar udara baru di Kabupaten Lombok Tengah ini dikerjakan oleh pihak kontaraktor yaitu PT Hutama Karya, PT. Kali Intan Asri dan PT. Slipi Raya Utama.

1. Pekerjaan Runway & Fasilitas Penunjangnya) oleh PT. Hutama Karya,

2. Pekerjaan Taxiway, Apron & Fasilitas Penunjangnya oleh PT. Kali Intan Asri,

3. Pekerjaan Pembangunan Terminal & Fasilitas Penunjangnya oleh PT. Slipi Raya Utama

commit to user

Berikut adalah beberapa gambar proses pengerjaan proyek pembangunan Bandara Internasional Lombok Baru sejak tahun 2007 hingga Mei 2009.

Gambar 4.5 Kondisi Kegiatan Pembangunan Bandara Tahun 2009

Sumber

http://teknologi.kompasiana.com/group/internet/2010/02/04/menanti-bandara- internasional-lombok/

Pembangunan landas pacu BIL semula direncanakan sepanjang 2.500 meter, dan konstruksinya sudah selesai, kemudian diperpanjang 250 meter agar bisa didarat-landaskan pesawat berbadan lebar Boeing 747 terbatas, sebelum diperpanjang landasannya menjadi 3.500 meter. Peningkatan panjang landasan ditujukan untuk mengantisipasi peningkatan penerbangan.

Gambar 4.6 Tampak Depan Terminal Bandara Internasional Lombok

Sumber : Foto Pribadi

commit to user

4.2 Kondisi Fisik Kawasan Penelitian

4.2.1 Orientasi Kawasan Penelitian

Kawasan sekitar bandara yang masuk dalam lingkup wilayah penelitian memiliki luasan 12.616 hektar yang terdiri dari 19 desa/ kelurahan yaitu Desa Batujai, Desa Penujak, Desa Bantunyala, Desa Darek, Kelurahan Jontlak, Desa Kawo, Desa Ketara, Kelurahan Lajut, Kelurahan Prapen, Kelurahan Tiwugalih, Kelurahan Semayan, Kelurahan Leneng, Kelurahan Pejanggik, Kelurahan Praya, Kelurahan Sesake, Desa Puyung, Desa Batunyala, Desa Segala Anyar, dan Desa Tanak Awu. Desa atau kelurahan yang termasuk lingkup wilayah penelitian berada di utara dan selatan lokasi pembangunan bandara tersebut. 19 desa/kelurahan tersebut tidak termasuk dalam satu wilayah kecamatan.

Tabel 4.3 Luas Wilayah Penelitian

No Kelurahan/desa

Luas wilayah (ha)

1 Tanak Awu

4 Segala Anyar

Sumber : BPS Kabupten Lombok Tengah

commit to user

Peta orientasi penelitian

commit to user

4.2.2 Topografi dan Klimatologi

Secara umum topografi kawasan penelitian merupakan kawasan yang datar dan landai yaitu memiliki kemiringan (0 – 5%) dan (5 – 15%) sedangkan kawasan bandar udara memiliki kemiringan lahan hanya berkisar 2%. Kondisi klimatologi kawasan penelitian adalah beriklim tropis.

4.2.3 Tata Guna Lahan

Pemanfaatan lahan wilayah kawasan bandara didominasi dengan persawahan baik itu sawah irigasi, sederhana maupun tadah hujan. Tata guna lahan kawasan bandara juga masih didominasi untuk pekarangan dan penggunaan lainnya.

Tabel 4.4 Perkembangan Penggunaan Lahan

Tahun 2005-2010

No

Jenis

Penggunaan Lahan ( hektar )

2009 2010 1 Sawah irigasi teknis

1306 1305 2 Sawah irigasi ½ teknis

4533 4531 3 Sawah irigasi sederhana

1384 1380 4 Sawah tadah hujan

1263 1211 5 Tanah kering

Sumber : BPS Kabupaten Lombok Tengah

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa secara umum penggunaan lahan sawah memiliki persebaran penggunaan terbesar dibandingkan dengan penggunaan lainnya.

Jenis penggunaan lahan di wilayah penelitian tersebut adalah :

1. Tanah Sawah Penggunaan lahan untuk sawah pada kawasan penelitian merupakan penggunaan lahan yang paling dominan dibanding penggunaan lahan lainnya.

commit to user

Gambar 4.7 Penggunaan Tanah Sawah

Sumber : Foto Pribadi

Jenis penggunaan lahan persawahan berdasarkan pengairannya adalah sebagai berikut : · Sawah Irigasi Teknis

Tabel 4.5 Penggunaan Lahan Irigasi Teknis Tahun 2005-2010

No

Desa/Kel

Irigasi Teknis 2005 2006 2007 2008 2009 2010

4 Segala Anyar

5 Ketara

6 Tanak Awu

7 Panji Sari

11 Tiwu Galih

Sumber : Kecamatan Dalam Angka Tahun 2005-2010

commit to user

Berdasarkan pada tabel diatas, kelurahan /desa yang memiliki penggunaan lahan sawah irigasi teknis adalah Penujak, Batujai, Darek, Bantunyala, dan Puyung. Pada tahun 2005 luasan total penggunaan sawah irigasi teknis adalah 1.306 hektar. Secara geografis penyebaran tanah sawah di kawasan penelitian yang memiliki luas cukup luas adalah Desa Darek dan Kelurahan Puyung seluas 505 hektar dan 450 hektar. Pada tahun 2010 Desa Puyung dan Desa Darek tetap memiliki persebaran tanah sawah yang cukup luas dibanding desa/kelurahan lainnya. Desa Tanak Awu tempat lokasi pembangunan bandara tidak memiliki persebaran penggunaan lahan sawah irigasi teknis.

· Sawah Irigasi Setengah Teknis Untuk penggunaan lahan sawah irigasi setengah teknis yang memiliki persebaran luasan cukup luas adalah Desa Penujak dan

Desa Lajut seluas 964 hektar dan 982 hektar pada tahun 2005. Luasan total penggunaan lahan sawah irigasi setengah teknis ini adalah 4853 hektar pada tahun 2005. Sedangkan pada tahun 2010 luasan total penggunannnya menjadi 4531 hektar. Persebaran penggunaan lahan sawah irigasi setengah teknis yang cukup luas tetap berada di Desa Lajut seluas 932 hektar pada tahun 2010. Untuk Desa Tanak Awu dimana sebagian luas lahannya digunakan sebagai pembangunan bandara memiliki persebaran penggunaan lahan sawah irigasi setengah teknis sebesar 115 hektar. Berikut adalah tabel penggunaan lahan sawah yang system irigasinya setengah teknis pada tahun 2005 hingga 2010.

commit to user

Tabel 4.6 Penggunaan Lahan Sawah Irigasi Setengah Teknis

Tahun 2005-2010

No

Desa/Kel

Irigasi 1/2 Teknis 2005 2006 2007 2008 2009

4 Segala Anyar

6 Tanak Awu

7 Panji Sari

11 Tiwu Galih

Sumber : Kecamatan Dalam Angka Tahun 2005-2010

· Sawah Irigasi Sederhana Penggunaan sawah irigasi sederhana tersebar hanya di beberapa

desa atau kelurahan di kawasan penelitian. Desa atau kelurahan yang memiliki penggunaan lahan tersebut adalah Panjisari, Leneng, Praya, Tiwugalih, Semayan, dan Kawo dengan luasan total sebesar 1380 hektar pada tahun 2010. Desa Kawo memiliki persebaran luasan yang terbesar dibanding desa/kelurahan yang lain yaitu seluas 726 hektar pada tahun 2010. Desa Leneng juga memiliki persebaran luasan yang cukup luas yaitu 355 hektar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

commit to user

Tabel 4.7 Penggunaan Lahan Sawah Irigasi Sederhana

Tahun 2005-2010

No

Desa/Kel

Irigasi Sederhana 2005 2006 2007 2008

4 Segala Anyar

5 Ketara

6 Tanak Awu

7 Panji Sari

11 Tiwu Galih

Sumber : Kecamatan Dalam Angka Tahun 2005-2010

· Sawah Tadah Hujan Persebaran penggunaan lahan sawah tadah hujan juga terdapat di wilayah penelitian yang berada dekat kawasan bandara baru

tersebut, walaupun tidak semua desa/kelurahan yang menjadi wilayah penelitian memiliki persebaran penggunaan lahan sawah tadah hujan. Luasan total penggunaan lahan sawah tanpa sistem irigasi tersebut adalah 1211 hektar berdasarkan data tahun 2010. Pada tahun 2010, Desa atau kelurahan yang memiliki persebaran penggunaan lahan terbesar adalah Desa Tanak Awu dan Desa Batujai yaitu 441 hektar dan 214 hektar.

commit to user

Tabel 4.8 Penggunaan Lahan Sawah Tadah Hujan

Tahun 2005-2010

No

Desa/Kel

Non Irigasi/Tadah Hujan

4 Segala Anyar

6 Tanak Awu

7 Panji Sari

11 Tiwu Galih

Sumber : Kecamatan Dalam Angka Tahun 2005-2010

2. Tegal/Ladang Penggunaan lahan untuk tegalan atau ladang di kawasan penelitian merupakan penggunaan lahan yang dominan selain lahan sawah. Berdasarkan data Tahun 2010 luas lahan untuk tanah tegalan atau ladang seluas 886 Ha. Secara geografis penyebaran tegalan/ladang di kawasan penelitian yang memiliki luas cukup besar adalah Desa Tanak Awu seluas 420 Ha yang merupakan daerah yang paling dekat dengan lokasi pembangunan bandara. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

commit to user

Tabel 4.9 Penggunaan Tegal/Ladang Tahun 2005-2010

No

Desa/Kel

Tegal/Ladang

4 Segala Anyar

6 Tanak Awu

7 Panji Sari

11 Tiwu Galih

Sumber : Kecamatan Dalam Angka Tahun 2005-2010

Gambar 4.8 Penggunaan Lahan Kering

Sumber : Foto Pribadi

3. Pekarangan Secara keseluruhan penggunaan lahan untuk pekarangan memiliki luas lahan sebesar 1984 Ha pada tahun 2010 dengan penyebaran terbesar

commit to user

terdapat di Desa Tanak Awu, Desa Segala Anyar, Kelurahan Prapen, Kelurahan praya, serta Kelurahan Tiwugalih.

Tabel 4.10 Penggunaan Lahan Pekarangan Tahun 2005-2010

No

Desa/Kel

4 Segala Anyar

6 Tanak Awu

86 86 86 88 88 88

7 Panji Sari

11 Tiwu Galih

1737 1753 1918 1914 1914 1984 Sumber : Kecamatan Dalam Angka Tahun 2005-2010

Gambar 4.9 Penggunaan Lahan untuk Pekarangan

Sumber : Foto Pribadi

commit to user

4. Hutan Wilayah sekitar kawasan bandara tidak memiliki persebaran penggunaan lahan untuk hutan.

5. Penggunaan Lainnya

Tabel 4.11 Penggunaan Lahan Lainnya Tahun 2005-2010

No

Desa/Kel

4 Segala Anyar

5 Ketara

6 Tanak Awu

13 13 13 13 13 13

7 Panji Sari

11 Tiwu Galih

Sumber : Kecamatan Dalam Angka Tahun 2005-2010 Berdasarkan tabel diatas, Luasan total penggunaan lahan lainnya pada tahun 2005 adalah 1.163 hektar dan pada tahun 2010 adalah sebesar 1.319 hektar dengan luasan yang cukup besar terdapat di Desa Penujak yaitu 337 hektar. Luasan terkecil terdapat di Desa Segala anyar yaitu 2 hektar. Untuk Desa Tanak Awu memiliki persebaran penggunaan lainnya yaitu sebesar 13 hektar.

commit to user

Peta tgl 2005

commit to user

Peta tgl 2008

commit to user

Peta tgl 2010

commit to user

4.2.4 Sarana Perdagangan dan Jasa

Jenis sarana perdagangan dan jasa yang ada di kawasan penelitian antara lain adalah :

1. Pasar Umum Fasilitas perdagangan berupa pasar yang tidak terdapat di setiap desa. Desa atau kelurahan yang memiliki pasar umum adalah Desa Batujai, Desa Darek, Desa Segala Anyar, Desa Tanak Awu, Kelurahan Praya, Kelurahan Prapen, Kelurahan Tiwugalih, Desa Puyung. Setiap kelurahan atau desa tersebut memiliki 1 buah pasar umum. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.12 Jumlah Pasar Umum Tahun 2005-2010

No

Desa/Kel

Pasar Umum

4 Segala Anyar 5 Ketara

6 Tanak Awu

7 Panji Sari

11 Tiwu Galih

Sumber : Kecamatan Dalam Angka Tahun 2005-2010

commit to user

Gambar 4.10 Kondisi Pasar Umum di Wilayah Penelitian

Sumber : Foto Pribadi

2. Toko

Toko cukup banyak tersebar di kawasan penelitian, namun tidak semua kelurahan atau desa memiliki toko di wilayahnya. Jumlah toko pada tahun 2005 adalah 152 nuah dengan persebaran terbesar terletak di Kelurahan Praya dan Kelurahan Prapen. Jumlah toko terbanyak tahun 2010 juga tersebar di Kelurahan Praya dan Kelurahan Prapen yaitu 53 buah dan 48 buah. Sedangkan Desa Ketara, Desa Tanak Awu, Desa Semayan dari tahun 2005 hingga 2010 belum terdapat persebaran penggunaan bangunan untuk toko.

Tabel 4. 13 Jumlah Toko Tahun 2005- 2010

No

Desa/Kel

4 Segala Anyar

5 Ketara

6 Tanak Awu

7 Panji Sari

11 Tiwu Galih

12 Semayan

13 Jontlak

4 4 6 12 12 12

14 Sasake

15 Lajut

commit to user

210 224 Sumber : Kecamatan Dalam Angka Tahun 2005-2010

3. Kios/Warung

Kios cukup banyak tersebar di masing-masing desa/kelurahan dalam kawasan penelitian. Jumlah kios atau warung yang terbanyak pada tahun 2010 tersebar di Desa Darek, Desa Kawo, Kelurahan Praya, Kelurahan Prapen yaitu 215 buah, 112 buah, 110 buah, dan 89 buah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4. 14 Jumlah Kios/ Warung Kawasan penelitian

Tahun 2005-2010

No

Desa/Kel

Kios/Warung 2005 2006 2007 2008 2009

4 Segala Anyar

6 Tanak Awu

44 44 46 46 46 46

7 Panji Sari

11 Tiwu Galih

Sumber : Kecamatan Dalam Angka Tahun 2005-2010

commit to user

Gambar 4.11 Kios/ Warung

Sumber : Foto Pribadi

4. Koperasi Unit Desa (KUD)

Sebagian besar setiap desa/ kelurahan memiliki koperasi Unit Desa (KUD). Persebaran jumlah Koperasi Unit Desa terbanyak terdapat di Kelurahan Praya yaitu sebanyak 24 buah pada tahun 2010 . Pada tahun 2010, jumlah total koperasi unit desa yang ada di kawasan penelitian adalah 63 buah. Berikut persebaran jumlah koperasi unit desa berdasarkan tahun 2005 hingga tahun 2010.

Tabel 4.15 Jumlah Koperasi Unit Desa Tahun 2005- 2010

No

Desa/Kel

4 Segala Anyar

5 Ketara

6 Tanak Awu

7 Panji Sari

11 Tiwu Galih

12 Semayan

13 Jontlak

14 Sasake

15 Lajut

commit to user

Sumber : Kecamatan Dalam Angka Tahun 2005-2010

5. Bank

Tabel 4.16 Jumlah dan Keberadaan Bank Tahun 2005-2010

No

Desa/Kel

6 Tanak Awu

7 Panji Sari

11 Tiwu Galih

Sumber : Kecamatan Dalam Angka tahun 2005-2010

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah perbankan paling banyak terdapat di Kelurahan Praya. Sebagian besar desa/kelurahan yang ada di wilayah penelitian belum memiliki sarana perbankan. Sarana perbankan hanya terdapat di Desa/Kelurahan Penujak, Batujai, Praya, Prapen, dan Puyung. Pada tahun 2010, jumlah total sarana perbankan di wilayah penelitian adalah 12 buah.

commit to user

4.2.5 Kondisi Jaringan Jalan

Kawasan sekitar bandara baru yang dijadikan objek penelitian dilalui oleh jalan arteri dengan status jalan negara, jalur kolektor dengan status jalan provinsi dan jalur lokal dengan status jalan kabupaten.

Ruas- ruas jalan tersebut menurut tahun 2005 adalah

1. Jalan Arteri, menghubungkan kota jenjang pertama lainnya atau menghubungkan kota jenjang pertama dengan jenjang kedua. Jalan arteri yang ada di wilayah penelitian tersebut adalah Jalan Sultan Hasanudin.

2. Jalan kolektor, menghubungkan kota jenjang kedua lainnya atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan jenjang ketiga. Jalan kolektor yang ada di wilayah penelitian antara lain adalah ruas jalan Gerantung - Semayan, Sengkol- Kuta, Praya-Keruak-pancor, Praya-Kopang, Praya-Mantang.

3. Jalan lokal merupakan menghubungkan kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga lainnya atau persil.

Sedangkan nama ruas-ruas jalan pada tahun 2008 adalah hampir sama dengan nama ruas jalan tahun 2005, namun terdapat perbedaan dalam hal kondisi jaringan jalan. Jaringan jalan pada tahun 2008 terdapat sedikit perbaikan di sebagian ruas jalan.

Ruas-ruas jalan pada tahun 2010 adalah :

1. Jalan arteri, yang ada adalah Jalan Sudirman, Jalan TGH Lopan, jalur Praya- Kopang.

2. Jalan kolektor yang ada di wilayah penelitian antara lain adalah ruas jalan Praya-SP. Penujak, SP. Penujak- Tanak Awu, Tanak Awu- Sengkol, Sengkol- Kuta, Jalan Gajah Mada, Jalan Mandalika, Jalan Pejanggik, Praya-Keruak, Jalan Basuki Rahmat.

3. Jalan lokal merupakan menghubungkan kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga lainnya atau persil. Jalan yang termasuk jalan

commit to user

lokal adalah jalan yang ada di wilayah penelitian selain yang ada di fungsi jalan kolektor dan arteri tersebut.

Jaringan jalan di kawasan penelitian pada tahun 2010, kondisi jalan provinsi dan jalan kabupaten merupakan jalan aspal dengan kondisi yang masih baik dengan bahu jalan di kedua sisinya, sedangkan jalan desa sebagian besar masih merupakan jalan aspal, sebagian jalan kerikil, dan tanah. Namun kondisi jaringan jalan sebagian desa di wilayah penelitian memiliki kondisi yang sedang rusak dan rusak berat., hanya desa /kelurahan yang dilewati jalur menuju kabupaten lain atau jaringan jalan yang menuju bandara dan dari bandara telah diperbaiki dan diperlebar untuk menunjang mudahnya akses menuju dan dari bandara. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta Kondisi Jaringan Jalan Tahun 2005, Tahun 2008, dan Tahun 2010.

Gambar 4.12 Kondisi Jaringan Jalan Dekat Kawasan Bandara

Sumber : Foto Pribadi

commit to user

Peta jalan 2005

commit to user

Peta jalan 2008

commit to user

Peta jalan 2010

commit to user

4.3 Kondisi Ekonomi Kawasan penelitian

4.3.1 Nilai Lahan

Secara umum setiap tahun harga lahan selalu mengalami peningkatan. Adanya perbedaan harga lahan untuk klasifikasi tempat atau lokasi yang berada menghadap ke koridor jalan utama(periphery) dengan lokasi yang berada di belakang koridor jalan utama atau persil- persil lainnya yaitu nilai lahan yang menghadap jalan utama lebih tinggi dibandingkan dengan yang ada di belakang koridor jalan utama. Berikut adalah tabel harga lahan berdasarkan klasifikasi dan tabel perdesa/kelurahan di sekitar kawasan pembangunan bandara.

Tabel 4.17 Harga Lahan Tahun 2005 dan 2010

Klasifikasi

Tahun 2005 ( Rp/m2)

Tahun 2010(Rp/m2) Periphery

Sumber : BPN Kabupaten Lombok Tengah

Tabel 4.18 Harga Lahan Perkelurahan/Desa tahun 2005 dan 2010

No

Desa/Kel

Tahun 2005(Rp./m2)

Tahun 2010 (Rp./m2) 1 Penujak

200.000 - 700.000 3 Darek

40.000 – 80.000

100.000 – 600.000 4 Segala Anyar

100.000 – 900.000 6 Tanak Awu

30.000- 100.000

200.000 – 1.000.000 7 Panji Sari

60.000- 200.000

150.000- 900.000 8 Leneng

200.000 – 1.000.000 11 Tiwu Galih

Sumber : BPN Kabupaten Lombok Tengah

commit to user

Berdasarkan tabel harga lahan secara umum berdasarkan lokasi yang menghadap jalan atau berada di belakang jalan, dimana harga lahan pada tahun 2005 untuk lokasi yang menghadap jalan adalah ± 150.000. Sedangkan berdasarkan tabel harga lahan perdesa/keluraha, pada tahun 2005 kelurahan Praya memiliki rata-rata nilai lahan tertinggi yaitu Rp.70.000,- hingga Rp. 250.000,- untuk permeter persegi. Sedangkan pada tahun 2010, harga lahan tertinggi terdapat di Kelurahan Praya dan Desa Tanak Awu yaitu dengan rata-rata Rp.200.000,- hingga Rp.1.000.000,- untuk permeter persegi.

Nilai lahan sekitar kawasan bandara setiap tahun berbeda-beda. Nilai lahan yang terbesar di kawasan penelitian adalah desa/kelurahan yang berada di pusat kota Kabupaten Lombok Tengah seperti Kelurahan Praya, Kelurahan Prapen, dan Kelurahan Tiwugalih. Untuk Desa Tanak awu, Penujak, Ketara juga memiliki nilai lahan yang tinggi walaupun tidak berada di pusat kota, namun kenaikan ini mulai meningkat karena adanya pembangunan bandara yang berlokasi di Desa Tanak Awu.

Pada tahun 2010, nilai lahan terbesar berada di pusat kota dan fasilitas jalan utama atau jaringan jalan arteri berada di Kota Praya dan yang dilalui jaringan jalan arteri. Sedangkan untuk nilai lahan di daerah desa berbanding jauh atau nilainya tidak terlalu mahal karena kurangnya fasilitas yang ada di sekitar kawasan tersebut dan letaknya yang jauh dari pusat kota. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta berikut.

commit to user

Peta nilai lahan 2005

commit to user

peta nilai lahan 2010

commit to user

4.3.2 Pendapatan Masyarakat dan Aktifitas Ekonomi

Jumlah penduduk pada tahun 2005 sebanyak 136.806 jiwa sedangkan pada tahun 2010 di wilayah penelitian yang terdiri dari 19 desa/kelurahan adalah 142.668 jiwa, sehingga selama periode lima tahun terjadi peningkatan jumlah penduduk di sekitar wilayah pembangunan bandara baru tersebut. Jumlah penduduk terbesar terdapat di Desa Batujai yaitu sebanyak 11.889 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.