Kinerja Keuangan

E. Kinerja Keuangan

1. Laporan Keuangan dan Kinerja Keuangan

Menurut Weston dan Brigham dalam Uni (2006), kinerja keuangan adalah suatu tampilan tentang kondisi financial perusahaan selama periode waktu tertentu. Untuk mengukur keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya berfokus pada laporan keuangan disamping data-data nonkeuangan lain yang bersifat sebagai penunjang. Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber dana yang ada. Informasi kinerja terutama profitabilitas juga diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan.

Kinerja keuangan dapat diukur dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik. Laporan keuangan berupa neraca, rugi-laba, arus kas, dan perubahan modal yang secara bersama-sama memberikan suatu gambaran tentang posisi keuangan perusahaan. Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan digunakan investor untuk memperoleh perkiraan tentang laba dan deviden dimasa mendatang dan resiko atas penilaian tersebut. Tujuan laporan keuangan sendiri seperti yang tertulis dalam Standar Akuntansi

Keuangan (SAK) adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Laporan keuangan sebagai sumber informasi merupakan dasar bagi para pelaku pasar modal dalam mengambil suatu keputusan. Laporan keuangan berisi tentang prestasi perusahaan dimasa lampau dan dipakai sebagai dasar untuk menetapkan perusahaan di masa yang akan datang. Laporan keuangan secara umum digunakan oleh pihak ekstern, yaitu kreditor dan investor untu melihat faktor solvabilitas dan profitabilitas perusahaan.

Bagi seorang investor akan lebih tertarik pada faktor profitabilitas karena kegiatan operasi perusahaan memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi akan meningkatkan nilai modal saham. Dengan kata lain, bahwa perusahaan yang profitable akan memberikan capital gain, selain kontiunitas laba masa depan yang akan diterima.

Menurut Fraser dan Ormiston (2008), informasi yang terkandung dalam laporan keuangan akan digunakan oleh investor untuk mengestimasi aliran laba masa depan perusahaan sehingga dapat menilai surat berharga yang dipertimbangkan untuk dibeli atau dilikuidasi. Pertanyaan yang akan diajukan oleh investor salah satunya adalah bagaimana catatan kinerja perusahaan dan bagaimana ekspektasi masa yang akan datang dan apakah catatan tersebut menunjukkan pertumbuhan dan kestabilan laba. Data historis laporan keuangan juga digunakan oleh investor untuk meramalkan masa depan karena Menurut Fraser dan Ormiston (2008), informasi yang terkandung dalam laporan keuangan akan digunakan oleh investor untuk mengestimasi aliran laba masa depan perusahaan sehingga dapat menilai surat berharga yang dipertimbangkan untuk dibeli atau dilikuidasi. Pertanyaan yang akan diajukan oleh investor salah satunya adalah bagaimana catatan kinerja perusahaan dan bagaimana ekspektasi masa yang akan datang dan apakah catatan tersebut menunjukkan pertumbuhan dan kestabilan laba. Data historis laporan keuangan juga digunakan oleh investor untuk meramalkan masa depan karena

Maka dari itu laporan keuangan menjadi sangat penting karena menjadi sumber utama penilaian kinerja keuangan perusahaan sehingga investor dapat menentukan keputusan investasinya. Manajer sebagai pelaku utama proses pelaporan akuntansi akan mempunyai dorongan untuk meningkatkan utilitasnya dengan mempengaruhi laporan keuangan tersebut.

2. Metode Analisis Kinerja Keuangan

Rasio keuangan merupakan salah satu metode penilaian kinerja keuangan yang berhubungan langsung dengan angka-angka dalam laporan keuangan. Menurut Ang (1997 18), analisis rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis berdasarkan ruang lingkupnya, yaitu

1. Rasio Likuiditas Rasio ini menyatakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dalam jangka pendek. Rasio likuiditas terdiri dari: Current Ratio, Quick Ratio, dan Net Working Capital.

2. Rasio Solvabilitas Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio solvabilitas terdiri dari: debt ratio, debt to equity ratio, long term debt to equity ratio, long term debt to 2. Rasio Solvabilitas Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio solvabilitas terdiri dari: debt ratio, debt to equity ratio, long term debt to equity ratio, long term debt to

3. Rasio Aktivitas Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan harta yang dimilikinya. Rasio Aktivitas terdiri dari: total asset turnover, fixed asset turnover, account receivable turnover, inventory turnover, average collection period, dan day’s sales in inventory .

4. Rasio Rentabilitas/Profitabilitas Rasio ini menunjukkan kemampuan dari perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Rasio rentabilitas terdiri dari: gross profit margin, net profit margin, return on assets, return on equity , dan operating ratio .

5. Rasio Pasar Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan dan diungkapkan dalam basis per saham. Rasio pasar terdiri dari: dividend yield, dividend per share, dividend payout ratio, price earning ratio, earning per share, book value per share , dan price to book value.

3. Rasio Return On Asset

Dari kelima rasio dalam analisis rasio keuangan, salah satu rasio yang diperhatikan oleh investor adalah rasio profitabilitas khususnya return on

asset (ROA). Rasio ini adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan atas keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktivitas yang digunakan untuk aktivitas operasi perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan ROA menunjukkan kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif pula atau rugi. Hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan laba.

Return on asset (ROA) diperoleh dengan cara membandingkan laba bersih terhadap total aktiva. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat pengembalian yang semakin besar.

Keunggulan ROA menurut Hakim (2006) diantaranya adalah sebagai berikut:

1. ROA merupakan pengukuran yang komprehensif dimana seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini.

2. ROA mudah dihitung, dipahami, dan sangat berarti dalam nilai absolut.

3. ROA merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan unit usaha. Menurut Munawir (2001 91), manfaat ROA adalah :

1. Jika perusahaan telah menjalankan praktik akuntansi dengan baik maka dengan analisis ROA dapat diukur efisiensi penggunaan modal yang 1. Jika perusahaan telah menjalankan praktik akuntansi dengan baik maka dengan analisis ROA dapat diukur efisiensi penggunaan modal yang

2. Dapat diperbandingkan dengan rasio industri sehingga dapat diketahui posisi perusahaan terhadap industri. Hal ini merupakan salah satu langkah dalam perencanaan strategi.

3. Selain berguna untuk kepentingan kontrol, analisis ROA juga berguna untuk kepentingan perencanaan. Dengan besarnya manfaat ROA, rasio ini menjadi tolok ukur bagi investor dalam mengambil keputusan investasinya. ROA ini juga berkaitan langsung dengan laba, sehingga manajer memiliki dorongan untuk mempengaruhi rasio ini dengan melakukan manajemen laba.

4. Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan di Seputar Right Issue.

Healy dan Wahlen (1999) mengatakan bahwa angka-angka akuntansi khususnya laba merupakan sumber infomasi utama bagi investor dalam menilai harga saham yang ditawarkan oleh perusahaan. Hal ini dapat dikatakan bahwa informasi keuangan yang ditampilkan dalam laporan keuangan (kinerja keuangan) menjadi tolok ukur dalam pembelian saham. Koesno dalam Nugraha (2010) lebih lanjut mengatakan bahwa salah satu faktor penting yang mempengaruhi pengharapan investor adalah kinerja keuangan dari tahun ke tahun. Kinerja keuangan perusahaan dapat menjadi petunjuk arah naik turunnya harga saham suatu perusahaan. Selain itu analisis terhadap informasi laporan keuangan dapat digunakan sebagai dasar Healy dan Wahlen (1999) mengatakan bahwa angka-angka akuntansi khususnya laba merupakan sumber infomasi utama bagi investor dalam menilai harga saham yang ditawarkan oleh perusahaan. Hal ini dapat dikatakan bahwa informasi keuangan yang ditampilkan dalam laporan keuangan (kinerja keuangan) menjadi tolok ukur dalam pembelian saham. Koesno dalam Nugraha (2010) lebih lanjut mengatakan bahwa salah satu faktor penting yang mempengaruhi pengharapan investor adalah kinerja keuangan dari tahun ke tahun. Kinerja keuangan perusahaan dapat menjadi petunjuk arah naik turunnya harga saham suatu perusahaan. Selain itu analisis terhadap informasi laporan keuangan dapat digunakan sebagai dasar

Berkaitan dengan penawaran saham melalui right issue, Kurniawan (2004) mengatakan bahwa dalam proses penawaran saham baru, perusahaan harus mempublikasikan prospektus penawaran yang berisi informasi keuangan maupun informasi lainnya untuk menarik publik melakukan pembelian. Maka manajer sebagai pelaku utama proses pelaporan akuntansi akan berusaha menampilkan kinerja yang optimal melalui informasi keuangan yang dipublikasikan tersebut. Suatu kenaikan kinerja keuangan akan meningkatkan ekspektasi pemegang saham dalam meramalkan kinerja keuangan perusahaan di masa depan yang akan dapat meningkatkan nilai saham yang dimilikinya. Ekspektasi yang besar tersebut akan dapat mendorong pemegang saham mengeksekusi right yang dimilikinya. Apabila seluruh pemegang saham mengeksekusi right-nya maka saham yang ditawarkan akan terbeli semua (issue fully subscribed), sehingga dana yang diperoleh perusahaan juga besar.

Pemegang saham yang menggunakan laporan keuangan sebagai sumber informasi dalam merespon penawaran saham akan mendorong manajer melakukan manajemen laba. Manajer akan melakukan manajemen laba secara naik agar kinerja keuangan juga terlihat mengalami peningkatan.

Teoh et all. (1988) dan Rangan dalam Rao dan Dandale (2008) mengatakan bahwa manajer dapat menaikkan laba dengan menaikkan pendapatan akrual.

Menurut Sloan dalam Scott (2003), laba akuntansi berasal dari dua sumber yaitu arus kas yang berasal dari aktivitas operasi dan akrual. Manajer diberikan fleksibilitas dalam penerapan akuntansi akrual ini, yaitu bebas dalam memilih metode akuntansi dan estimasi akuntansi. Oleh sebab itu manajer akan memilih metode akuntansi dan estimasi akuntansi yang dapat meningkatkan laba tahun berjalan (sebelum right issue). Beberapa aktiva dan hutang yang pencatatannya didasarkan oleh akuntansi akrual oleh Scott (2003) menjadi obyek manajemen laba. Persediaan, piutang, aktiva tetap, hutang lancar dan hutang akrual adalah obyek-obyek manajemen laba tersebut. Salah satu contoh manajemen laba yang dilakukan adalah perusahaan dapat meningkatkan pendapatan tahun berjalan dengan meningkatkan penjualan kredit dan menurunkan beban dengan estimasi piutang tak tertagih yang kecil. Akan tetapi kebijakan ini tidak dapat dipertahankan dalam jangka panjang, karena pada dasarnya dengan meningkatkan akrual pada suatu periode akan menyebabkan penurunan akrual pada periode yang lain. Jika perusahaan meningkatkan akrual pada periode sebelum right issue sehingga laba naik, setelah right issue akrual akan menurun sehingga laba juga akan menurun. Perusahaan yang melakukan right issue akan memiliki kecenderungan memiliki pola kinerja keuangan yang mengalami kenaikan sebelum issue, namun setelah issue akan memiliki pola kinerja keuangan yang menurun, karena kinerja keuangan tersebut adalah hasil manajemen laba.

Penman (2004) juga dapat menjelaskan perubahan kinerja keuangan yang diakibatkan manipulasi akrual. Seperti halnya Sloan dalam Scott (2003), Penman (2004) juga mengatakan bahwa laba operasional (operating income) merupakan free cash flow ditambah dengan perubahan dari net operating asset . Free cash flow tidak dipengaruhi oleh kebijakan akuntansi (akrual), namun perubahan dari laba operasional akan sejalan dengan perubahan net operating asset . Manajer dapat menaikkan tingkat laba operasional tahun berjalan dengan memanipulasi tingkat net operating asset ini karena berhubungan dengan tingkat beban tahun berjalan seperti cost of goods sold, beban depresiasi, beban piutang tak tertagih, beban pensiun dan lain-lain. Akan tetapi ketika menggunakan manipulasi net operating asset tinggi pada tahun berjalan harus ditutup dengan beban yang tinggi di tahun berikutnya sehingga akan menurunkan laba operasional. Hal ini disebut sebagai reversal property of accounting. Lebih lanjut, manipulasi yang meningkatkan laba operasional tahun berjalan ini disebut sebagai peminjaman laba dari laba masa depan yang dapat berupa mengalihkan baik pendapatan dan beban. Salah satu contohnya adalah perusahaan dapat meningkatkan penjualan kredit atau menurunkan beban piutang tak tertagih. Manajer dalam hal ini ingin membuat profitabilitas terlihat baik daripada yang sesungguhnya.