Syair-syair Perlindungan âñànàñà

Syair-syair Perlindungan âñànàñà

[194] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. 971 Suatu ketika, Sang Bhagavà sedang menetap di Ràjagaha, di Puncak Nasar. Dan Empat Raja Dewa, 972 bersama serombongan besar yakkha, gandhabba, kumbhaõóa, dan nàga, 973 setelah membuat pengawalan, barisan pertahanan, penjagaan di empat penjuru, 974 ketika malam hampir berlalu, pergi menjumpai Sang Bhagavà, menerangi seluruh Puncak Nasar dengan cahaya tubuh mereka, memberi hormat kepada Beliau dan duduk di satu sisi. Dan beberapa yakkha memberi hormat kepada Beliau dan duduk di satu sisi, beberapa saling bertukar sapa dengan Beliau sebelum duduk, beberapa memberi hormat dengan merangkapkan tangan, beberapa menyebutkan nama dan suku mereka, dan beberapa duduk berdiam diri. 975

2. Kemudian setelah duduk di satu sisi, Raja Vessavaõa 976 berkata kepada Sang Bhagavà: ‘Bhagavà, ada beberapa yakkha yang menonjol, yang tidak berkeyakinan terhadap Sang Bhagavà, dan yang lainnya berkeyakinan; dan demikian pula [195] ada yakkha peringkat menengah dan rendah yang tidak berkeyakinan terhadap Sang Bhagavà, dan yang lainnya berkeyakinan. Tetapi, Bhagavà, sebagian besar yakkha tidak berkeyakinan terhadap Sang Bhagavà. Mengapakah? Bhagavà mengajarkan menghindari pembunuhan, menghindari mengambil apa yang tidak diberikan, menghindari pelanggaran seksual, menghindari berbohong, dan menghindari

496 D฀ãgha Nikà฀ya 32: âñànàñiya Sutta minuman keras dan obat-obat yang menyebabkan kelambanan.

Tetapi sebagian besar yakkha tidak menghindari hal-hal ini, dan melakukan hal-hal ini adalah tidak enak dan tidak menyenangkan bagi mereka. Sekarang, Bhagavà, ada para siswa Sang Bhagavà yang menetap di tengah hutan belantara yang jauh, di mana hanya ada sedikit suara atau teriakan, cocok untuk melatih diri. Dan ada yakkha yang menonjol, yang menetap di sana yang tidak berkeyakinan terhadap Sang Bhagavà. Untuk memberikan kepercayaan diri kepada orang-orang ini, sudilah Bhagavà mempelajari 977 syair- syair perlindungan âñànàñà, yang dengannya para bhikkhu dan bhikkhunã, para umat awam laki-laki dan perempuan akan dikawal, dilindungi, tidak dicelakai dan merasa nyaman.’ Dan Sang Bhagavà menyetujuinya dengan berdiam diri.

3. Kemudian Raja Vessavaõa, memahami persetujuan Sang Bhagavà, segera membacakan syair-syair perlindungan âñànàñà:

‘Terpujilah Vipassã, 978 Yang megah berpenglihatan tajam. Terpujilah Sikhã juga, Yang penuh belas kasihan terhadap semua makhluk. Terpujilah Vessabhå, Yang bermandikan pertapaan murni. 979 [196] Terpujilah Kakusandha, Penakluk bala tentara Màra, Sang Brahmana sempurna. Terpujilah Kassapa, Terbebaskan dalam segala hal, Terpujilah Angãrasa, Putra Sakya yang bersinar, 980 Sang Guru Dhamma Yang mengatasi penderitaan. Dan mereka yang terbebaskan dari dunia ini, 981 Melihat jantung dari segala hal, Mereka yang lembut bahasanya, Kuat dan juga bijaksana, Kepada-Nya yang membantu para dewa dan manusia,

Syair-syair Perlindungan âñànàñà 497 Kepada Gotama mereka memuja:

Terlatih dalam kebijaksanaan, juga dalam perilaku, Kuat dan juga cepat dalam bertindak.’

4. ‘Dari titik di mana matahari muncul, Anak Aditya, dalam pancaran agung, Yang kemunculannya menyebabkan malam yang menyelimuti Disingkirkan dan lenyap, Sehingga dengan terbitnya matahari Muncullah apa yang mereka sebut Siang, Juga air yang banyak dan bergerak ini, Dalam dan lautan yang perkasa bergelombang, Orang-orang ini mengetahui, dan ini mereka sebut Samudra atau lautan bergelombang. [197] Arah ini adalah timur, atau yang pertama: 982 Inilah bagaimana orang-orang menyebutnya. Arah ini dijaga oleh seorang raja. Memiliki kemasyhuran dan kekuasaan besar, Raja dari para gandhabba, Dhataraññha adalah namanya, Dihormati oleh para gandhabba. Nyanyian dan tarian mereka, ia nikmati. Ia memiliki banyak putra kuat Delapan puluh, sepuluh, dan satu, kata mereka Dan semuanya memiliki satu nama, Dipanggil Indra, Raja kekuatan, Dan ketika Sang Buddha menyapa tatapan mereka, Buddha, kerabat Matahari, Dari jauh, mereka bersujud Kepada Raja Kebijaksanaan sejati: “Salam, o, Manusia Mulia! Salam kepada-Mu, yang pertama di antara manusia! Dalam kebaikan, Engkau menatap kami, Siapakah, walaupun bukan manusia, yang menghormati Engkau! Sering ditanya, apakah kami menghormati

498 D฀ãgha Nikà฀ya 32: âñànàñiya Sutta Gotama Sang Penakluk? –

Kami menjawab: ‘Kami memang menghormati Gotama, Sang Penakluk Agung, Terlatih dalam kebijaksanaan, juga dalam perilaku, Buddha Gotama, kami menghormat!’”’

5. ‘Tempat yang oleh manusia disebut tempat kediaman peta, 983 Pembicara kasar dan pemfitnah, Pembunuh dan makhluk-makhluk serakah, Pencuri dan penipu licik semuanya, [198] Arah ini adalah selatan, mereka berkata: Itulah orang-orang menyebutnya. Arah ini dijaga oleh seorang raja, Memiliki kemasyhuran dan kekuasaan besar, Raja dari para kumbhaõóa, Viråëhaka adalah namanya, Dihormati oleh para kumbhaõóa, Nyanyian dan tarian mereka, ia nikmati .... (dilanjutkan seperti 4)’

6. ‘Dari titik di mana matahari terbenam, Anak Aditya, dalam pancaran agung, Yang dengannya siang berakhir Dan malam, yang menyelubungi, seperti orang-orang mengatakan, Muncul lagi menggantikan tempat Siang, Juga air yang banyak dan bergerak ini, Dalam dan lautan yang perkasa bergelombang, Orang-orang ini mengetahui, dan ini mereka sebut Samudra atau lautan bergelombang. Arah ini adalah barat, atau yang Terakhir: 984 Demikianlah orang-orang menyebutnya. [199] Arah ini dijaga oleh seorang raja, Memiliki kemasyhuran dan kekuasaan besar, Raja dari para nàga Viråpakkha adalah namanya,

Syair-syair Perlindungan âñànàñà 499 Dihormati oleh nàga

Nyanyian dan tarian mereka, ia nikmati .... (dilanjutkan seperti 4)’

7. ‘Di mana negeri Kuru yang indah di utara terletak, Di bawah Neru perkasa yang menarik, Di sana manusia berdiam, ras yang berbahagia, 985 Tidak memiliki apa-apa, tidak memiliki istri. 986 Mereka tidak perlu menebar benih, Mereka tidak perlu menarik bajak: Dari hasil panen yang masak dengan sendirinya Memberikan dirinya untuk dimakan manusia. Bebas dari dedak dan dari sekam, Beraroma harum, beras terbaik, [200] Ditanak di atas tungku batu-panas, 987 Makanan demikianlah yang mereka makan. Sapi dengan satu sadel terpasang, 988 Demikianlah mereka menunggang berkeliling, Menggunakan perempuan sebagai tunggangan, Demikianlah mereka menunggang berkeliling; 989 Menggunakan laki-laki sebagai tunggangan, Demikianlah mereka menunggang berkeliling; Menggunakan gadis perawan sebagai tunggangan, Demikianlah mereka menunggang berkeliling; Menggunakan anak-anak laki-laki sebagai tunggangan, Demikianlah mereka menunggang berkeliling; Dan demikianlah, dibawa oleh tunggangan demikian, Semua wilayah mereka lintasi Untuk melayani raja mereka. Gajah-gajah mereka tunggangi, kuda-kuda juga, Kereta-kereta untuk para dewa juga mereka miliki. Tandu megah tersedia Untuk para pengikut kerajaan. Kota-kota juga mereka miliki, dibangun dengan sempurna, Melambung tinggi ke angkasa: âñànàñà, Kusinàñà,

500 D฀ãgha Nikà฀ya 32: âñànàñiya Sutta Parakusinàñà,

Nàñapuriya adalah milik mereka, Dan Parakusinàñà. [201] Kapivanta di utara, Janogha, kota-kota lainnya juga, Navanavatiya, Ambara- Ambaravatiya, 990 âëakamandà, kota kerajaan, Tetapi di mana Kuvera berdiam, raja mereka Disebut Visàõà, dari mana raja Mendapatkan nama Vessavaõa. 991 Mereka yang melakukan tugas-tugasnya adalah Tatolà, Tattalà, Tototalà, kemudian Tejasi, Tatojasi, Såra, Ràjà, Ariññha, Nemi. Terdapat Dharaõã, air dalam jumlah sangat besar, Sumber awan-hujan yang tumpah Ketika musim hujan tiba. Di sana ada Bhagalavati, sebuah aula Tempat pertemuan para yakkha, Dikelilingi pohon-pohon yang berbuah selamanya Dipenuhi banyak jenis burung-burung, Di mana merak memekik dan bangau berkicau, Dan burung tekukur dengan lembut memanggil. Burung-jãva yang meneriakkan: “Hidup!” 992 Dan ia yang menyanyikan: “Bergembiralah,” 993 [202] Ayam hutan, kulãraka, 994 Bangau hutan, burung-padi juga, Dan burung-mynah yang menyerupai manusia, Dan mereka yang bernama “manusia jangkungan”. Dan di sana terletak yang selamanya indah Danau-teratai Kuvera yang indah. Arah ini adalah utara, mereka berkata: Inilah bagaimana orang-orang menyebutnya. Arah ini dijaga oleh seorang raja. Memiliki kemasyhuran dan kekuasaan besar,

Syair-syair Perlindungan âñànàñà 501 Raja dari para yakkha,

Dan Kuvera adalah namanya, Dihormati oleh para yakkha, Nyanyian dan tarian mereka, ia nikmati. Ia memiliki banyak putra kuat Delapan puluh, sepuluh, dan satu, kata mereka Dan semuanya memiliki satu nama, Dipanggil Indra, Raja kekuatan, Dan ketika Sang Buddha menyapa tatapan mereka, Buddha, kerabat Matahari, Dari jauh, mereka bersujud Kepada Raja Kebijaksanaan sejati: “Salam, o, Manusia Mulia! Salam kepada-Mu, yang pertama di antara manusia! Dalam kebaikan, Engkau menatap kami, Siapakah, walaupun bukan manusia, yang menghormati Engkau! Sering ditanya, apakah kami menghormati Gotama Sang Penakluk? – Kami menjawab: ‘Kami memang menghormati Gotama, Sang Penakluk Agung, Terlatih dalam kebijaksanaan, juga dalam perilaku, Buddha Gotama, kami menghormat!’”’ [203]

8. ‘Ini, Yang Mulia, adalah syair-syair perlindungan âñànàñà, yang dengannya para bhikkhu dan bhikkhunã, para umat awam laki- laki dan perempuan akan dikawal, dilindungi, tidak dicelakai, dan merasa nyaman. Dan jika bhikkhu atau bhikkhunã, umat awam laki- laki atau perempuan mana pun juga, mempelajari syair-syair ini dengan baik dan menghafalkannya dalam hati, maka jika makhluk bukan manusia mana pun juga, yakkha laki-laki atau perempuan atau anak-anak yakkha, atau pemimpin pelayan atau pelayan yakkha, gandhabba laki-laki atau perempuan, ... kumbhaõóa, ... nàga, ... mendatangi orang itu dengan niat jahat ketika ia sedang berjalan atau hendak berjalan, berdiri atau hendak berdiri, duduk atau hendak duduk, berbaring atau hendak berbaring, maka makhluk bukan manusia itu tidak akan dihormati dan disembah di desa dan kota.

502 D฀ãgha Nikà฀ya 32: âñànàñiya Sutta Makhluk itu tidak akan mendapatkan tempat tinggal di ibu kotaku

âëakamandà, ia tidak akan diizinkan menghadiri pertemuan para yakkha, juga tidak diterima dalam suatu pernikahan. Dan semua makhluk bukan manusia, dengan kemarahan, akan mengecamnya. Kemudian mereka akan merenggut kepalanya seperti mangkuk kosong, dan mereka akan memecahkan kepalanya menjadi tujuh keping. 995 ’

9. ‘Ada, Yang Mulia, beberapa makhluk bukan manusia, yang ganas, liar, dan mengerikan. Mereka tidak mematuhi para Raja Dewa, juga tidak kepada para menterinya, juga tidak kepada para pelayannya. Mereka dikatakan [204] memberontak melawan Raja Dewa. Bagaikan pemimpin-penjahat yang ditaklukkan oleh Raja Magadha, tidak mematuhi Raja Magadha, atau menterinya atau pelayannya, demikian pula mereka bersikap. Sekarang jika ada yakkha atau anak-anak yakkha yang mana pun, ... gandhabba, ... mendatangi bhikkhu atau bhikkhunã, umat awam laki-laki atau perempuan mana pun juga, dengan niat jahat, maka orang itu harus waspada, memanggil dan meneriakkan nama para yakkha, yakkha sakti, para pemimpin dan jenderal mereka, dengan mengatakan: “Yakkha ini telah menangkapku, menyakitiku, mencelakaiku, melukaiku, dan tidak membebaskanku!”’

10. ‘Yang manakah yakkha, yakkha sakti, para pemimpin dan jenderal yakkha itu? Mereka adalah:

Inda, Soma, Varuõa, Bhàradvàja, Pajàpati, Candana, Kàmaseññha, Kinnughaõóu dan Nighaõóu, Panàda, Opama¤¤a, Devasutta, Màtali, Cittasena Sang Gandhabba, Naëa, Ràjà, Janesabha, Sàtàgira, Hemavata, Puõõaka, Karatiya, Gula, [205] Sãvaka, juga Mucalinda,

Syair-syair Perlindungan âñànàñà 503 Vessàmitta, Yugandhara,

Gopàla, Suppagedha juga, Hirã, Netti, dan Mandiya, Pa¤càlacaõóa, âëavaka, Pajunna, Sumana, Sumukha, Dadimukha, Maõi juga, Kemudian Mànicara, Dãgha, Dan, yang terakhir, Serissaka. 996

Ini adalah yakkha, yakkha sakti, para pemimpin, dan jenderal yakkha yang harus dipanggil jika terjadi serangan demikian.’

11. ‘Dan ini, Yang Mulia, adalah syair-syair perlindungan âñànàñà, yang dengannya para bhikkhu dan bhikkhunã, para umat awam laki-laki dan perempuan akan dikawal, dilindungi, tidak dicelakai, dan merasa nyaman. Dan sekarang, Yang Mulia, kami harus pergi: kami mempunyai banyak tugas, banyak hal yang harus dikerjakan.’ ‘Lakukanlah Raja, apa yang kalian anggap baik.’

Dan Empat Raja Dewa berdiri, memberi hormat kepada Sang Bhagavà, berbalik dengan sisi kanan menghadap Sang Bhagavà, dan lenyap dari sana. Dan para yakkha berdiri, dan beberapa memberi hormat kepada Sang Bhagavà, berbalik dengan sisi kanan menghadap Sang Bhagavà, dan lenyap dari sana, dan beberapa saling bertukar sapa dengan Sang Bhagavà, [206] beberapa memberi hormat kepada Beliau dengan merangkapkan tangan, beberapa menyebutkan nama dan suku mereka, dan mereka semuanya lenyap.

12. Dan ketika malam berlalu, Sang Bhagavà berkata kepada para bhikkhu: ‘Para bhikkhu, tadi malam Empat Raja Dewa ... mendatangi-Ku ... (ulangi seluruh paragraf 1-11).’

13. ‘Para bhikkhu, kalian harus mempelajari syair-syair perlindungan âñànàñà, menguasainya dan menghafalkannya. Itu adalah untuk keuntungan kalian, dan dengannya para bhikkhu dan bhikkhunã, para umat awam laki-laki dan perempuan akan

504 D฀ãgha Nikà฀ya 32: âñànàñiya Sutta Demikianlah Sang Bhagavà berbicara dan para bhikkhu senang

dan gembira mendengar kata-kata Beliau.