Memperluas Kelompok Sepuluh

Memperluas Kelompok Sepuluh

[272] 1.1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. 1118 Suatu ketika, Sang Bhagavà sedang menetap di Campà, di tepi kolam-teratai Gaggarà, bersama lima ratus bhikkhu. Kemudian Yang Mulia Sàriputta berkata kepada para bhikkhu: ‘Teman-teman para bhikkhu!’ ‘Ya, Teman,’ jawab para bhikkhu. Dan Yang Mulia Sàriputta berkata:

‘Dalam kelompok yang meningkat dari satu hingga sepuluh, aku akan mengajarkan Dhamma untuk mencapai Nibbàna, Agar kalian dapat mengakhiri penderitaan, Dan terbebas dari segala belenggu yang mengikat.’

1.2. ‘Ada, teman-teman, (1) satu hal yang sangat membantu (bahukàro), (2) satu hal yang harus dikembangkan (bhàvetabbo), (3) satu hal yang harus diketahui secara saksama (pa¤¤eyyo), (4) satu yang harus ditinggalkan (pahàtabbo), (5) satu hal yang mendukung kemunduran 1119 (hàna-bhàgiyo), (6) satu hal yang mendukung keluhuran (visesa-bhàgiyo), (7) satu hal yang sulit ditembus (duppañivijjho), (8) satu hal yang harus dimunculkan (uppàdetabbo), (9) satu hal yang harus dipelajari secara saksama (abhi¤¤eyyo), dan (10) satu hal yang harus dicapai (sacchikàtabbo).’

546 D฀ãgha Nikà฀ya 34: Dasuttara Sutta (1) ‘Apakah satu hal yang sangat membantu? Tanpa lelah di

dalam kondisi-kondisi yang bermanfaat (appamàdo kusalesu dhammesu ).’

(2) ‘Apakah satu hal yang harus dikembangkan? Perhatian sehubungan dengan jasmani, disertai kenikmatan (kàya- gata sati sàta-sahagatà ).’

(3) ‘Apakah satu hal yang harus diketahui secara saksama? Kontak sebagai kondisi kekotoran dan cengkeraman 1120 (phasso sàsavo upàdàniyo).’ [273]

(4) ‘Apakah satu hal yang harus ditinggalkan? Gagasan-Ego (asmimàna). 1121’ ’ (5) ‘Apakah satu hal yang mendukung kemunduran? Perhatian yang tidak bijaksana (ayoniso manasikàro).’ (6) ‘Apakah satu hal yang mendukung keluhuran? Perhatian yang bijaksana (yoniso manasikàro).’ (7) ‘Apakah satu hal yang sulit ditembus? Konsentrasi pikiran

yang tidak terputus 1121 (ànantariko ceto-samàdhi).’ (8) ‘Apakah satu hal yang harus dimunculkan? Pengetahuan yang tidak tergoyahkan (akuppaÿ ¤àõaÿ).’ (9) ‘Apakah satu hal yang harus dipelajari secara saksama? Semua makhluk dipelihara oleh makanan (seperti Sutta 33, paragraf 1.8 (2)).’

(10) ‘Apakah satu hal yang harus dicapai? Kebebasan pikiran yang tidak tergoyahkan (akuppà ceto-vimutti).’

‘Itu adalah sepuluh hal yang nyata dan benar, yang dengan tanpa takut dan dengan sempurna telah dicapai oleh Sang Tathàgata, dan bukan sebaliknya.’

1.3. ‘Dua hal yang sangat membantu, dua hal yang harus dikembangkan ... ((1)-(10) seperti di atas).’

(1) ‘Apakah dua hal yang sangat membantu? Perhatian dan

kesadaran jernih (seperti Sutta 33, paragraf 1.9 (18)).’ (2) ‘Apakah dua hal yang harus dikembangkan? Ketenangan dan pandangan terang (seperti Sutta 33, paragraf 1.9 (23)).’ (3) ‘Apakah dua hal yang harus diketahui secara saksama?

Memperluas Kelompok Sepuluh 547 (4) ‘Apakah dua hal yang harus ditinggalkan? Kebodohan

dan keinginan akan penjelmaan (seperti Sutta 33, paragraf

1.9 (2)).’ (5) ‘Apakah dua hal yang mendukung kemunduran? Kekasaran dan persahabatan dengan kejahatan (seperti Sutta 33, paragraf 1.9 (6)).’

(6) ‘Apakah dua hal yang mendukung keluhuran? Kelembutan dan persahabatan dengan kebaikan (seperti Sutta 33, paragraf 1.9 (7)).’

(7) ‘Apakah dua hal yang sulit ditembus? Yang merupakan akar, kondisi bagi kekotoran makhluk-makhluk, dan yang merupakan akar, kondisi bagi pemurnian makhluk- makhluk (yo ca hetu yo ca paccayo sattànaÿ saÿkilesàya, ... sattànaÿ visuddhiyà ).’

(8) ‘Apakah

harus dimunculkan? Pengetahuan kehancuran [kekotoran-kekotoran] dan ketidakmunculannya kembali (seperti Sutta 33, paragraf 1.9 (33)).’

(9) ‘Apakah dua hal yang harus dipelajari secara saksama? Dua unsur, terkondisi dan tidak terkondisi 12 (sankhatà ca dhàtu asankhàtà ca dhàtu ).’

(10) ‘Apakah dua hal yang harus dicapai? Pengetahuan dan kebebasan (seperti Sutta 33, paragraf 1.9 (32)).’

‘Itu menjadi dua puluh hal yang nyata dan benar, yang dengan tanpa takut dan dengan sempurna telah dicapai oleh Sang Tathàgata, dan bukan sebaliknya.’

1.4. ‘Tiga hal yang sangat membantu, tiga hal yang harus dikembangkan ....’

(1) ‘Apakah tiga hal yang sangat membantu? Bergaul dengan orang-orang baik, mendengarkan Dhamma sejati, mempraktikkan Dhamma secara keseluruhan (seperti Sutta 33, paragraf 1.11 (13)).’

(2) ‘Apakah tiga hal yang harus dikembangkan? Tiga jenis konsentrasi (seperti Sutta 33, paragraf 1.10 (50)).’ [275]

548 D฀ãgha Nikà฀ya 34: Dasuttara Sutta (3) ‘Apakah tiga hal yang harus diketahui secara saksama?

Tiga perasaan (seperti Sutta 33, paragraf 1.10 (26)).’ (4) ‘Apakah tiga hal yang harus ditinggalkan? Tiga jenis keinginan (seperti Sutta 33, paragraf 1.10 (16)).’ (5) ‘Apakah tiga hal yang mendukung kemunduran? Tiga

akar kejahatan (seperti Sutta 33, paragraf 1.10 (1)).’ (6) ‘Apakah tiga hal yang mendukung keluhuran? Tiga akar kebaikan (seperti Sutta 33, paragraf 1.10 (2)).’ (7) ‘Apakah tiga hal yang sulit ditembus? Tiga unsur menuju kebebasan (nissàraõãyà dhàtuyo): (a) kebebasan dari hal-hal indriawi (kàmà), yaitu, pelepasan keduniawian (nekkhammaÿ), (b) kebebasan dari bentuk-bentuk materi (råpà), yaitu, yang tanpa materi (àruppaÿ), (c) apa pun yang telah dilahirkan, tersusun, muncul dengan kondisi – kebebasan dari hal ini adalah pelenyapan (nirodho).’

(8) ‘Apakah tiga hal yang harus dimunculkan? Tiga pengetahuan (¤àõàni): masa lampau, masa depan, masa sekarang.’

(9) ‘Apakah tiga hal yang harus dipelajari secara saksama? Tiga unsur (seperti Sutta 33, paragraf 1.10 (13)).’ (10) ‘Apakah tiga hal yang harus dicapai? Tiga pengetahuan (vijjà: seperti Sutta 33, paragraf 1.10 (58)).’ [276]

‘Itu menjadi tiga puluh hal yang nyata dan benar, yang dengan tanpa takut dan dengan sempurna telah dicapai oleh Sang Tathàgata, dan bukan sebaliknya.’

1.5. ‘Empat hal yang sangat membantu, empat hal yang harus dikembangkan ....’

(1) ‘Apakah empat hal yang sangat membantu? Empat “Roda” 1123 (cakkànã): (a) tempat yang baik untuk menetap (pañiråpa-desa-vàso), (b) bergaul dengan orang-orang baik (sappurisåpassayo), (c) pengembangan sempurna kepribadian seseorang (atta-sammà-paõidhi), (d) perbuatan baik masa lampau (pubbe-kata-pu¤¤àtà).’

(2) ‘Apakah empat hal yang harus dikembangkan? Empat

Memperluas Kelompok Sepuluh 549 (3) ‘Apakah empat hal yang harus diketahui secara saksama?

Empat nutrisi (seperti Sutta 33, paragraf 1.11 (17)).’ (4) ‘Apakah empat hal yang harus ditinggalkan? Empat banjir (seperti Sutta 33, paragraf 1.11 (31)).’ (5) ‘Apakah empat hal yang mendukung kemunduran? Empat gandar (seperti Sutta 33, paragraf 1.11 (32)).’ (6) ‘Apakah empat hal yang mendukung keluhuran? Empat “melepaskan gandar” (seperti Sutta 33, paragraf 1.11 (33)).’ [277]

(7) ‘Apakah empat hal yang sulit ditembus? Empat konsentrasi: (a) mendukung kemunduran (hãna-bhàgiyo), (b) mendukung kemacetan (ñhiti-bhàgiyo), (c) mendukung keluhuran (visesabhàgiyo), (d) mendukung penembusan (nibbedha-bhàgiyo).’

(8) ‘Apakah empat hal yang harus dimunculkan? Empat

pengetahuan (seperti Sutta 33, paragraf 1.11 (11)).’ (9) ‘Apakah empat hal yang harus dipelajari secara saksama? Empat Kebenaran Mulia (seperti Sutta 33, paragraf 1.11 (12) ).’

(10) ‘Apakah empat hal yang harus dicapai? Empat buah pertapaan (seperti Sutta 33, paragraf 1.11 (15)).’

‘Itu menjadi empat puluh hal yang nyata dan benar, yang dengan tanpa takut dan dengan sempurna telah dicapai oleh Sang Tathàgata, dan bukan sebaliknya.’

1.6. ‘Lima hal yang sangat membantu, lima hal yang harus dikembangkan ....’

(1) ‘Apakah lima hal yang sangat membantu? Lima faktor usaha (seperti Sutta 33, paragraf 2.1 (16)).’ (2) ‘Apakah lima hal yang harus dikembangkan? Lima konsentrasi sempurna: 1124 (a) meliputi dengan kegirangan (pãti), (b) meliputi dengan kebahagiaan (sukha), [278] (c) meliputi dengan pikiran 1125 (ceto), (d) meliputi dengan cahaya 1126 (àloka), (e) “meninjau” gambaran 1127 (paccavekkhaõa-nimitta).’

550 D฀ãgha Nikà฀ya 34: Dasuttara Sutta (3) ‘Apakah lima hal yang harus diketahui secara saksama?

Lima kelompok kemelekatan (seperti Sutta 33, paragraf 2.1 (6)).’

(4) ‘Apakah lima hal yang harus ditinggalkan? Lima rintangan (seperti Sutta 33, paragraf 2.1 (6)).’ (5) ‘Apakah lima hal yang mendukung kemunduran? Lima

belenggu batin (seperti Sutta 33, paragraf 2.1 (19)).’ (6) ‘Apakah lima hal yang mendukung keluhuran? Lima indria (seperti Sutta 33, paragraf 2.1 (23)).’ (7) ‘Apakah lima hal yang sulit ditembus? Lima unsur menuju kebebasan (seperti Sutta 33, paragraf 2.1 (24)).’ (8) ‘Apakah lima hal yang harus dimunculkan? Lima pengetahuan konsentrasi benar (pa¤ca¤àõiko sammà samàdhi ): pengetahuan yang muncul dalam diri seseorang yang: (a) “Konsentrasi ini adalah kebahagiaan sekarang dan menghasilkan akibat bahagia di masa depan” (àyati¤

ca sukha-vipàko ), (b) “Konsentrasi ini adalah milik para Ariya dan bebas dari keduniawian” [279] (niràmiso), 1128 (c) “Konsentrasi ini tidak dipraktikkan oleh mereka yang tidak layak” (akàpurisa-sevito), 1129 (d) “Konsentrasi ini tenang dan sempurna, telah mencapai ketenangan, telah mencapai keterpusatan, dan tidak terdorong, 1130 tidak dapat disangkal 1131 atau dicegah”, 1132 (e) “Aku sendiri mencapai konsentrasi ini dengan penuh perhatian, dan keluar dari sana dengan penuh perhatian.”’

(9) ‘Apakah lima hal yang harus dipelajari secara saksama? Lima landasan pembebasan (seperti Sutta 33, paragraf 2.1 (25)).’

(10) ‘Apakah lima hal yang harus dicapai? Lima kelompok Dhamma (seperti Sutta 33, paragraf 1.11 (25)) ditambah pengetahuan dan penglihatan kebebasan (vimutti-¤àõa- dassana-kkhandho ).’

‘Itu menjadi lima puluh hal yang nyata dan benar, yang dengan tanpa takut dan dengan sempurna telah dicapai oleh Sang Tathàgata, dan bukan sebaliknya.’

Memperluas Kelompok Sepuluh 551

1.7. ‘Enam hal yang sangat membantu, enam hal yang harus dikembangkan ....’

(1) ‘Apakah enam hal yang sangat membantu? Enam hal yang harus diingat (seperti Sutta 33, paragraf 2.2 (14)).’ [280] (2) ‘Apakah enam hal yang harus dikembangkan? Enam subyek perenungan (seperti Sutta 33, paragraf 2.2 (19)).’ (3) ‘Apakah enam hal yang harus diketahui secara saksama? Enam landasan-indria internal (seperti Sutta 33, paragraf

2.2 (1) ).’ (4) ‘Apakah enam hal yang harus ditinggalkan? Enam kelompok kemelekatan (seperti Sutta 33, paragraf 2.2 (8)).’ (5) ‘Apakah enam hal yang mendukung kemunduran? Enam jenis ketidakhormatan (seperti Sutta 33, paragraf 2.2 (9)).’ (6) ‘Apakah enam hal yang mendukung keluhuran? Enam jenis penghormatan (seperti Sutta 33, paragraf 2.2 (10)).’ (7) ‘Apakah enam hal yang sulit ditembus? Enam unsur menuju kebebasan (seperti Sutta 33, paragraf 2.2 (17)).’ [281]

(8) ‘Apakah enam hal yang harus dimunculkan? Enam kondisi kokoh (seperti Sutta 33, paragraf 2.2 (20)).’ (9)

‘Apakah enam hal yang harus dipelajari secara saksama? Enam hal tidak terlampaui (seperti Sutta 33, paragraf 2.2 (18)).’

(10) ‘Apakah enam hal yang harus dicapai? Enam pengetahuan- super (abhi¤¤à): Di sini, seorang bhikkhu menerapkan dan mencondongkan pikirannya ke arah, dan menikmati, kekuatan-kekuatan supernormal yang berbeda-beda (iddhã). (a) dari satu, ia menjadi banyak (seperti Sutta 2, paragraf 87); (b) dengan telinga-dewa, ia mendengar suara- suara dewa dan manusia (seperti Sutta 2, paragraf 89); (c) ia mengetahui dan membedakan pikiran makhluk-makhluk lain (seperti Sutta 2, paragraf 93); (d) dengan mata-dewa ... ia melihat makhluk-makhluk meninggal dunia dan muncul kembali (seperti Sutta 2, paragraf 95); (f) ia berdiam, dalam kehidupan ini, dengan pengetahuan super dan pencapaiannya sendiri, dalam pencapaian kebebasan

552 D฀ãgha Nikà฀ya 34: Dasuttara Sutta pikiran dan kebebasan melalui kebijaksanaan yang tanpa

kekotoran.’ ‘Itu menjadi enam puluh hal yang nyata dan benar, yang dengan

tanpa takut dan dengan sempurna telah dicapai oleh Sang Tathàgata, dan bukan sebaliknya.’

1.8. ‘Tujuh hal yang sangat membantu, tujuh hal yang harus dikembangkan ....’

(1) ‘Apakah tujuh hal yang sangat membantu? Tujuh pusaka (seperti Sutta 33, paragraf 2.3 (1)).’ (2) ‘Apakah tujuh hal yang harus dikembangkan? Tujuh faktor penerangan sempurna (seperti Sutta 33, paragraf 2.3 (2) ).’

(3) ‘Apakah tujuh hal yang harus diketahui secara saksama? Tujuh bidang kesadaran (seperti Sutta 33, paragraf 2.3 (10)).’

(4) ‘Apakah tujuh hal yang harus ditinggalkan? Tujuh kecenderungan tersembunyi (seperti Sutta 33, paragraf 2.3 (12) ).’

(5) ‘Apakah tujuh hal yang mendukung kemunduran? Tujuh praktik salah (seperti Sutta 33, paragraf 2.3 (4)).’ (6) ‘Apakah tujuh hal yang mendukung keluhuran? Tujuh praktik benar (seperti Sutta 33, paragraf 2.3 (5)).’ [283] (7) ‘Apakah tujuh hal yang sulit ditembus? Tujuh kualitas

manusia sejati (seperti Sutta 33, paragraf 2.3 (6)).’ (8) ‘Apakah tujuh hal yang harus dimunculkan? Tujuh persepsi (seperti Sutta 33, paragraf 2.3 (8)).’ (9)

‘Apakah tujuh hal yang harus dipelajari secara saksama? Tujuh landasan pujian (seperti Sutta 33, paragraf 2.3 (7)).’ (10) ‘Apakah tujuh hal yang harus dicapai? Tujuh kekuatan seorang Arahat 13 (khīõàsava-balàni). Di sini, bagi seorang bhikkhu yang telah menghancurkan kekotoran- kekotoran, (a) ketidakkekalan dari segala sesuatu yang tersusun terlihat jelas, sebagaimana adanya, dengan pandangan terang sempurna. Ini adalah satu cara yang

Memperluas Kelompok Sepuluh 553 dengannya ia mengetahui bagi dirinya sendiri bahwa

kekotoran-kekotoran telah dihancurkan; (b) ... keinginan- indria telah terlihat jelas bagaikan lubang bara menyala ...; (c) ... pikirannya (cittaÿ) condong dan terarah pada ketidakterikatan (viveka), bergerak menuju ketidakterikatan dan ketidakterikatan adalah objeknya; bergembira di dalam pelepasan (nekkhammàbhirataÿ), pikirannya sama sekali tidak menerima segala sesuatu yang berhubungan dengan kekotoran ...; (d) ... empat landasan perhatian telah dikembangkan dengan baik ...; [284] (e) ... lima indria 1134 telah dikembangkan dengan baik ...; (f) ... tujuh faktor penerangan sempurna 1135 telah dikembangkan dengan baik ...; (g) Jalan Mulia Berfaktor Delapan telah dikembangkan dengan baik .... Ini adalah satu cara yang dengannya ia mengetahui bagi dirinya sendiri bahwa kekotoran-kekotoran telah dihancurkan.’

‘Itu menjadi tujuh puluh hal yang nyata dan benar, yang dengan tanpa takut dan dengan sempurna telah dicapai oleh Sang Tathàgata, dan bukan sebaliknya.’

[Akhir dari bagian pembacaan pertama]

2.1. ‘Delapan hal yang sangat membantu, delapan hal yang harus dikembangkan ....’

(1) ‘Apakah delapan hal yang sangat membantu? Delapan penyebab, delapan kondisi yang mendukung kebijaksanaan dalam landasan kehidupan suci, untuk mendapatkan apa yang belum didapatkan dan untuk meningkatkan, memperluas dan mengembangkan apa yang telah didapat. Di sini, (a) seseorang menetap bersama Sang Guru atau bhikkhu lain yang memiliki tingkat senioritas seorang guru, karena kokoh dalam hal rasa malu dan rasa takut, dalam cinta kasih dan penghormatan .... [285] Ia yang bertempat tinggal demikian (b) dari waktu ke waktu mendatangi gurunya, bertanya dan mewawancarainya:

554 D฀ãgha Nikà฀ya 34: Dasuttara Sutta “Bagaimanakah itu, Yang Mulia? Apakah artinya?” Dengan

demikian, gurunya dapat mengungkapkan apa yang tersembunyi dan menjelaskan apa yang tidak jelas, dengan cara ini, berarti membantunya memecahkan persoalannya. (c) Kemudian, setelah mendengarkan Dhamma dari mereka, ia mencapai penarikan (våpakàsa), 1136 jasmani dan batin. (d) lebih lanjut lagi, seorang bhikkhu menjadi bermoral, ia menetap sesuai pengendalian disiplin, mempertahankan perilaku benar, melihat bahaya dalam pelanggaran sekecil apa pun dan memelihara peraturan latihan. Juga, (e) seorang bhikkhu, setelah belajar banyak, mengingat dalam pikiran, apa yang telah ia pelajari, dan hal-hal itu, yang indah di awal, di pertengahan, dan di akhir, yang dalam makna dan kata-katanya menyatakan kehidupan suci yang murni dan sempurna sepenuhnya, ia mengingat dan merenungkan, dan menembusnya dengan penglihatan. Kemudian, (f) seorang bhikkhu, setelah mengerahkan usaha, terus menyingkirkan kondisi- kondisi tidak bermanfaat, berusaha keras dan teguh, dan tidak menyingkirkan gandar kondisi bermanfaat. [286] Kemudian lagi, (g) seorang bhikkhu penuh perhatian, dengan perhatian dan pembedaan tertinggi, mengingat, dan mencamkan apa yang telah ia lakukan atau katakan di masa lalu. Juga, (h) seorang bhikkhu terus-menerus merenungkan muncul dan lenyapnya lima gugus kemelekatan, berpikir: “Demikianlah jasmani, muncul dan lenyapnya, demikianlah perasaan, demikianlah persepsi, demikianlah bentukan-bentukan batin, demikianlah kesadaran, munculnya dan lenyapnya.”’

(2) ‘Apakah delapan hal yang harus dikembangkan? Jalan Mulia Berfaktor Delapan: Pandangan Benar ... Konsentrasi Benar.’

(3) ‘Apakah delapan hal yang harus diketahui secara saksama? Delapan kondisi duniawi (seperti Sutta 33, paragraf 3.1 (9)).’

(4) ‘Apakah delapan hal yang harus ditinggalkan? Delapan

faktor salah (seperti Sutta 33, paragraf 3.1 (1)).’ [287]

Memperluas Kelompok Sepuluh 555 (5) ‘Apakah delapan hal yang mendukung kemunduran?

Delapan kesempatan kelambanan (seperti Sutta 33, paragraf

3.1 (4)).’ (6) ‘Apakah delapan hal yang mendukung keluhuran? Delapan kesempatan untuk berusaha (seperti Sutta 33, paragraf 3.1 (5)).’

(7) ‘Apakah delapan hal yang sulit ditembus? Sembilan waktu yang tidak menguntungkan untuk menjalani kehidupan suci (seperti Sutta 33, paragraf 3.2 (4), tidak termasuk (d)).’

(8) ‘Apakah delapan hal yang harus dimunculkan? Delapan pikiran Manusia Besar (Mahàpurisa-vitakkà): 1137 Dhamma adalah (a) untuk seseorang yang memiliki sedikit keinginan, bukan untuk seseorang yang banyak keinginan; (b) untuk seseorang yang puas, bukan untuk seseorang yang tidak puas; (c) untuk seseorang yang menarik diri dari pergaulan, bukan untuk seseorang yang bergembira di dalam pergaulan; (d) untuk seseorang yang bersemangat, bukan untuk seseorang yang malas; (e) untuk seseorang yang kokoh dalam perhatian, bukan untuk seseorang yang kendur dalam perhatian; (f) untuk seseorang yang pikirannya terkonsentrasi, bukan untuk seseorang yang tidak terkonsentrasi; (g) untuk seseorang yang memiliki kebijaksanaan, bukan untuk seseorang yang tidak memiliki kebijaksanaan; (h) untuk seseorang yang bergembira dalam bukan-keduniawian (nippapa¤càràmassa), 1138 bukan untuk seseorang yang bergembira dalam keduniawian.”’

(9) ‘Apakah delapan hal yang harus dipelajari secara saksama? Delapan kondisi kemahiran (seperti Sutta 33, paragraf 3.1 (10)).’ [288]

(10) ‘Apakah delapan hal yang harus dicapai? Delapan kebebasan (seperti Sutta 33, paragraf 3.1 (11)).’

‘Itu menjadi delapan puluh hal yang nyata dan benar, yang dengan tanpa takut dan dengan sempurna telah dicapai oleh Sang Tathàgata, dan bukan sebaliknya.’

2.2. ‘Sembilan hal yang sangat membantu, sembilan hal yang harus

556 D฀ãgha Nikà฀ya 34: Dasuttara Sutta (1) ‘Apakah sembilan hal yang sangat membantu? Sembilan

kondisi yang berakar pada pertimbangan bijaksana (yoniso-manasikàra-målakà dhammà): Ketika seorang bhikkhu mempraktikkan pertimbangan bijaksana, (a) kegembiraan (pàmojja) muncul dalam dirinya, dan (b) dari kegembiraannya, kegirangan (pīti) muncul, dan (c) dari perasaan girangnya itu, indria-indrianya 1139 ditenangkan; (d) sebagai akibat dari ketenangan ini, ia merasakan kebahagiaan (sukha), dan (e) dari perasaan bahagia ini, pikirannya menjadi terkonsentrasi; (f) dengan pikirannya yang terkonsentrasi demikian, ia mengetahui dan melihat hal-hal sebagaimana adanya; (g) dengan mengetahui dan melihat sebagaimana adanya demikian, ia menjadi tidak tertarik (nibbindati); (h) dengan tidak tertarik, ia menjadi bosan (virajjati), dan (i) dengan merasa bosan, ia terbebaskan.’

(2) ‘Apakah sembilan hal yang harus dikembangkan? Sembilan faktor usaha untuk mencapai kemurnian sempurna 1140 (pàrisuddhi-padhàniyangàni): (a) faktor usaha untuk mencapai kemurnian moralitas, (b) ... kemurnian pikiran, (c) ... kemurnian pandangan, (d) ... pemurnian oleh mengatasi keragu-raguan (kankhà-vitaraõa-visuddhi), 1141 (e) ... pemurnian oleh pengetahuan dan penglihatan terhadap jalan dan bukan-jalan (maggà-maggà-¤àõa-dassana-visuddhi), (f) ... pemurnian oleh pengetahuan dan penglihatan terhadap kemajuan (pàñipadà-¤àõa-dassana-visuddhi), (g) ... pemurnian oleh pengetahuan dan penglihatan (¤àõa- dassana-visuddhi ), (h) ... pemurnian kebijaksanaan (pa¤¤à- visuddhi ), (i) ... kemurnian pembebasan (vimutti-visuddhi).’

(3) ‘Apakah sembilan hal yang harus diketahui secara saksama? Sembilan alam makhluk-makhluk (seperti Sutta

33, paragraf 3.2 (3)).’ (4) ‘Apakah sembilan hal yang harus ditinggalkan? Sembilan hal yang berakar pada keinginan: [289] keinginan mengondisikan pencarian, ... perolehan, ... pengambilan keputusan, ... ketamakan, ... penjagaan harta-benda yang dimiliki, dan karena penjagaan harta-benda yang dimiliki,

Memperluas Kelompok Sepuluh 557 maka muncullah pengambilan tongkat dan pedang,

pertengkaran ... kebohongan dan kejahatan tidak terampil lainnya. (seperti Sutta 15, paragraf 9).’

(5) ‘Apakah sembilan hal yang mendukung kemunduran? Sembilan penyebab kedengkian (seperti Sutta 33, paragraf

3.2 (1)).’ (6) ‘Apakah sembilan hal yang mendukung keluhuran? Sembilan cara mengatasi kedengkian (seperti Sutta 33, paragraf 3.2 (2)).’

(7) ‘Apakah sembilan hal yang sulit ditembus? Sembilan perbedaan (nànattà): karena perbedaan unsur (dhàtu); 1142 karena perbedaan kontak (phassa); 1143 karena perbedaan kontak, maka ada perbedaan perasaan; karena perbedaan perasaan, maka ada perbedaan persepsi; karena perbedaan persepsi, maka ada perbedaan pikiran (sankappa); karena perbedaan pikiran, maka ada perbedaan kehendak (chanda); karena ada perbedaan kehendak, maka ada perbedaan obsesi (pariëàha); karena perbedaan obsesi, maka ada perbedaan pencarian (pariyesanà); karena perbedaan pencarian, maka ada perbedaan apa yang diperoleh (làbha).’

(8) ‘Apakah sembilan hal yang harus dimunculkan? Sembilan persepsi (sa¤¤à): 21144 kejijikan (asubha), kematian, 1145 kejijikan dari makanan (àhàre pañikkåla sa¤¤à), ketidaksenangan terhadap seluruh dunia (sabba-loke anabhirati-sa¤¤à), ketidakkekalan, penderitaan dalam ketidakkekalan, [290] ketanpadirian dalam ketidakkekalan, pelepasan (pahàna), kebosanan (viràga).’

(9) ‘Apakah sembilan hal yang harus dipelajari secara saksama? Sembilan kediaman berturut-turut (seperti Sutta

33, paragraf 3.2 (5)).’ (10) ‘Apakah sembilan hal yang harus dicapai? Sembilan pelenyapan berturut-turut (seperti Sutta 33, paragraf 3.2 (6)).’

‘Itu menjadi sembilan puluh hal yang nyata dan benar, yang dengan tanpa takut dan dengan sempurna telah dicapai oleh Sang

558 D฀ãgha Nikà฀ya 34: Dasuttara Sutta

2.3. ‘Sepuluh hal (1) yang sangat membantu, (2) yang harus dikembangkan, (3) yang harus diketahui secara saksama, (4) yang harus ditinggalkan, (5) yang mendukung kemunduran, (6) yang mendukung keluhuran, (7) yang sulit ditembus, (8) yang harus dimunculkan, (9) yang harus dipelajari secara saksama, (10) yang harus dicapai.’

(1) ‘Apakah sepuluh hal yang sangat membantu? Sepuluh hal yang memberikan perlindungan (seperti Sutta 33, paragraf

3.3 (1)).’ (2) ‘Apakah sepuluh hal yang harus dikembangkan? Sepuluh objek untuk pencapaian pencerapan (seperti Sutta 33, paragraf 3.3 (2)).’

(3) ‘Apakah sepuluh hal yang harus diketahui secara saksama? Sepuluh bidang indria (àyatanàni): 1146 mata dan objek- penglihatan, telinga dan suara, hidung dan bau, lidah dan rasa-kecapan, badan dan objek-sentuhan.’

(4) ‘Apakah sepuluh hal yang harus ditinggalkan? Sepuluh faktor salah (seperti Sutta 33, paragraf 3.1 (1)) ditambah pengetahuan salah (micchà-¤àõa) dan kebebasan salah (micchà-vimutti).’

(5) ‘Apakah sepuluh hal yang mendukung kemunduran? Sepuluh perbuatan tidak bermanfaat (seperti Sutta 33, paragraf 3.3 (3)).’ [291]

(6) ‘Apakah sepuluh hal yang mendukung keluhuran? Sepuluh perbuatan bermanfaat (seperti Sutta 33, paragraf

3.3 (4)).’ (7) ‘Apakah sepuluh hal yang sulit ditembus? Sepuluh watak Ariya (seperti Sutta 33, paragraf 3.3 (5)).’ (8) ‘Apakah sepuluh hal yang harus dimunculkan? Sepuluh persepsi (seperti paragraf 2.2 (8)) dan persepsi pelenyapan (nirodha-sa¤¤à).’

(9) ‘Apakah sepuluh hal yang harus dipelajari secara saksama? Sepuluh penyebab pemudaran (nijjara-vatthåni): Dengan pandangan benar, maka pandangan salah memudar, dan kejahatan dan kondisi tidak bermanfaat apa pun yang muncul dengan dasar pandangan salah

Memperluas Kelompok Sepuluh 559 juga memudar. Dan dengan pandangan benar, banyak

kondisi bermanfaat dikembangkan dan disempurnakan. Dengan pikiran benar, maka pikiran salah memudar .... Dengan ucapan benar, maka ucapan salah memudar .... Dengan perbuatan benar, maka perbuatan salah memudar .... Dengan penghidupan benar, maka penghidupan salah memudar .... Dengan usaha benar, maka usaha salah memudar .... Dengan perhatian benar, maka perhatian salah memudar .... Dengan konsentrasi benar, maka konsentrasi salah memudar .... Dengan pengetahuan benar, 1147 maka pengetahuan salah memudar .... Dengan kebebasan benar, maka kebebasan salah memudar, dan kejahatan dan kondisi tidak bermanfaat apa pun yang muncul dengan dasar kebebasan salah juga memudar. Dan dengan kebebasan benar, banyak kondisi bermanfaat dikembangkan dan disempurnakan.’ [292]

(10) ‘Apakah sepuluh hal yang harus dicapai? Sepuluh kualitas

bukan-pelajar (seperti Sutta 33, paragraf 3.3 (6)).’ Itu menjadi seratus hal yang nyata dan benar, yang dengan tanpa

takut dan dengan sempurna telah dicapai oleh Sang Tathàgata, dan bukan sebaliknya.’

Demikianlah Yang Mulia Sàriputta berkata. Dan para bhikkhu senang dan gembira mendengar kata-katanya.

Catatan Kaki