Lohicca Sutta

12 Lohicca Sutta

Guru Yang Baik dan Yang Buruk **********

[224] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Suatu ketika, Sang Bhagavà sedang mengunjungi Kosala bersama lima ratus bhikkhu, dan, sampai di Sàlavatikà, Beliau menetap di sana. Dan pada saat itu, Brahmana Lohicca sedang menetap di Sàlavatikà, tempat yang ramai, banyak rumput, kayu, air, dan jagung, yang dianugerahkan kepadanya oleh Raja Pasenadi dari Kosala sebagai anugerah kerajaan lengkap dengan kekuasaan kerajaan.

2. Saat itu, suatu pemikiran buruk muncul dalam benak Lohicca: ‘Andaikan seorang petapa atau Brahmana menemukan suatu ajaran yang baik, 232 setelah menemukannya, ia tidak harus menyatakannya kepada orang lain; karena apakah yang dapat dilakukan seseorang untuk orang lain? Bagaikan seseorang, setelah memutuskan belenggu lama, membuat belenggu yang baru. Aku menyatakan bahwa hal demikian adalah suatu perbuatan buruk yang berakar pada kemelekatan, karena apakah yang dapat dilakukan seseorang untuk orang lain?’

3. Kemudian Lohicca mendengar bahwa Petapa Gotama telah tiba di Sàlavatikà, dan bahwa sehubungan dengan Sang Bhagavà, suatu berita baik telah beredar … (seperti Sutta 4, paragraf 2). [225] ‘Dan sesungguhnya adalah baik sekali menemui Arahat demikian.’

Guru Yang Baik dan Yang Buruk 143

4. Dan Lohicca berkata kepada Bhesika si tukang cukur: ‘Teman Bhesika, pergilah temui Petapa Gotama, tanyakan mengenai kesehatan-Nya atas namaku, kemudian katakan: “Sudilah Yang Mulia Gotama memenuhi undangan makan besok, bersama para bhikkhu, dari Brahmana Lohicca!”’

5. ‘Baiklah, Tuan,’ jawab Bhesika, dan menyampaikan pesan itu. Sang Bhagavà menerima undangan itu dengan berdiam diri.

6. Kemudian Bhesika, memahami penerimaan Sang Bhagavà, bangkit dari duduknya dan berjalan dengan sisi kanannya menghadap Sang Bhagavà. Ia kembali ke Lohicca dan memberitahukan kepadanya [226] mengenai penerimaan Sang Bhagavà.

7. Dan Lohicca, saat malam berakhir, mempersiapkan berbagai pilihan makanan keras dan lunak di rumahnya. Kemudian ia mengutus Bhesika untuk memberitahu Sang Bhagavà bahwa makanan sudah siap. Dan Sang Bhagavà, setelah bangun pagi dan membawa jubah dan mangkuk-Nya, pergi bersama para bhikkhu menuju Sàlavatikà.

8. Dan Bhesika si tukang cukur mengikuti persis di belakang Sang Bhagavà. Dan ia berkata: ‘Bhagavà, pikiran jahat ini muncul dalam benak Brahmana Lohicca … sungguh, Bhagavà, ini adalah apa yang pernah dipikirkan oleh Brahmana Lohicca.’ ‘Tidak apa-apa, Bhesika, tidak apa-apa.’

9. Maka Sang Bhagavà datang ke kediaman Lohicca, dan duduk di tempat [227] yang telah disediakan. Lohicca secara pribadi melayani Sang Buddha dan para bhikkhu dengan berbagai makanan keras dan lunak hingga mereka puas dan kenyang. Ketika Sang Bhagavà menarik tangan-Nya dari mangkuk, Lohicca mengambil bangku kecil dan duduk di satu sisi. Kemudian Sang Bhagavà berkata kepadanya: ‘Lohicca, benarkah bahwa suatu pikiran jahat muncul dalam benakmu … (seperti paragraf 2)?’ ‘Benar, Yang Mulia Gotama.’

144 D฀ãgha Nikà฀ya 12: Lohicca Sutta

10. ‘Bagaimana menurutmu, Lohicca? Bukankah engkau menetap di Sàlavatikà?’ ‘Ya, Yang Mulia Gotama.’ ‘Sekarang, jika seseorang mengatakan: “Brahmana Lohicca menetap di Sàlavatikà, dan ia menikmati seluruh buah dan penghasilan dari Sàlavatikà, tidak membaginya kepada siapa pun” – Bukankah orang yang mengatakan hal ini akan menjadi sumber bahaya bagi wargamu?’ ‘Ia dapat menjadi sumber bahaya, Yang Mulia Gotama.’

‘Dan dengan demikian, apakah ia memerhatikan kesejahteraan mereka atau tidak?’ ‘Tidak, Yang Mulia Gotama.’

‘Dan, dengan tidak memerhatikan kesejahteraan mereka, apakah hatinya dipenuhi cinta kasih terhadap mereka, ataukah kebencian?’ ‘Kebencian, Yang Mulia Gotama.’

‘Dan dengan hati penuh kebencian, apakah ada pandangan salah ataukah pandangan benar?’ ‘Pandangan salah, Yang Mulia Gotama.’ [228]

‘Tetapi, Lohicca, Aku menyatakan bahwa pandangan salah akan mengarah menuju salah satu dari dua alam tujuan kelahiran – neraka atau alam binatang. 233 ’

11. ‘Bagaimana menurutmu, Lohicca? Bukankah Raja Pasenadi dari Kosala menetap di Kàsi-Kosala?’ ‘Ya, Yang Mulia Gotama.’ ‘Sekarang, jika seseorang mengatakan: “Raja Pasenadi dari Kosala menetap di Kàsi-Kosala, dan ia menikmati seluruh buah dan penghasilan dari Kosala, tidak membaginya kepada siapa pun” – Bukankah orang yang mengatakan hal ini akan menjadi sumber bahaya bagi warganya? … bukankah hatinya penuh dengan kebencian … dan bukankah itu adalah pandangan salah?’ ‘Itu adalah pandangan salah, Yang Mulia Gotama.’

12. ‘Maka tentu saja, jika seseorang mengatakan hal yang sama tentang Brahmana Lohicca … itu adalah pandangan salah.’

13. ‘Demikian pula, Lohicca, jika seseorang mengatakan: “Andaikan

Guru Yang Baik dan Yang Buruk 145 seorang petapa atau Brahmana menemukan suatu ajaran yang

baik, setelah menemukannya, ia tidak harus menyatakannya kepada orang lain, [229] karena apakah yang dapat dilakukan seseorang untuk orang lain?” ia akan menjadi sumber bahaya bagi para pemuda dari keluarga yang baik yang, mengikuti Dhamma dan disiplin yang diajarkan oleh Tathàgata, mencapai keluhuran seperti buah Memasuki-Arus, Yang-Kembali-Sekali, Yang-Tidak- Kembali, Kearahatan – dan kepada semua yang mematangkan benih kelahiran kembali di alam dewa. 234 Sebagai sumber bahaya, ia tidak berbelas kasih, dan hatinya dipenuhi kebencian, dan itu merupakan pandangan salah, yang mengarah menuju … neraka atau alam binatang.’

14. ‘Dan jika seseorang berbicara demikian tentang Raja Pasenadi, ia akan menjadi sumber bahaya bagi warga Raja, dirimu, dan orang- orang lainnya .…’

15. (seperti paragraf 13) [230]

16. ‘Lohicca, tiga jenis guru di dunia ini layak dicela, dan jika siapa pun mencela guru-guru demikian, celaannya adalah pantas, benar, sesuai dengan kenyataan dan tidak salah. Apakah tiga itu? Di sini, Lohicca, seorang guru yang telah meninggalkan keduniawian dan menjalani kehidupan tanpa rumah, tetapi belum mencapai buah pertapaan. Dan tanpa mencapai tujuan ini, ia mengajarkan muridnya suatu ajaran, 235 dengan mengatakan: “ini untuk kebaikanmu, ini untuk kebahagiaanmu.” Namun muridnya tidak ingin memerhatikan, mereka tidak mendengar, mereka tidak membangkitkan pikiran untuk mencapai pencerahan, dan nasihat si guru dicemooh. Ia harus dicela, dengan mengatakan: “Yang Mulia ini telah meninggalkan keduniawian …, nasihatnya dicemooh. Ini bagaikan seseorang laki-laki yang terus-menerus mendekati seorang perempuan yang menolaknya dan merangkulnya walaupun ia telah berpaling.” Aku menyatakan ini sebagai ajaran jahat yang berdasarkan pada kemelekatan, karena apakah yang dapat dilakukan seseorang untuk orang lain? 236 Ini adalah guru pertama yang layak dicela .…’

146 D฀ãgha Nikà฀ya 12: Lohicca Sutta

17. ‘Kemudian, ada seorang guru yang telah meninggalkan keduniawian … tetapi belum mencapai buah pertapaan. Dan tanpa mencapai tujuan ini, ia mengajarkan muridnya suatu ajaran, dengan mengatakan: “ini untuk kebaikanmu, ini untuk kebahagiaanmu.” Muridnya ingin memerhatikan, mereka mendengarkan, [231] mereka membangkitkan pikiran untuk mencapai pencerahan, dan nasihat si guru tidak dicemooh. Ia harus dicela, dengan mengatakan: “Yang Mulia ini telah meninggalkan keduniawian …” Ini bagaikan, meninggalkan ladangnya sendiri, ia memikirkan ladang orang lain yang perlu dikerjakan. Aku menyatakan ini sebagai ajaran jahat yang berdasarkan pada kemelekatan … ini adalah guru ke dua yang layak dicela .…’

18. ‘Kemudian, ada seorang guru yang telah meninggalkan keduniawian … dan yang telah mencapai buah pertapaan. Setelah meninggalkan keduniawian, ia mengajarkan … tetapi murid- muridnya tidak ingin memerhatikannya … nasihatnya dicemooh. Ia juga harus dicela … bagaikan, setelah memotong satu belenggu lama, seseorang membuat sebuah belenggu baru, Aku menyatakan ini sebagai ajaran jahat yang berdasarkan pada kemelekatan, karena apakah yang dapat dilakukan seseorang untuk orang lain? Ini adalah guru ke tiga yang layak dicela …. [232] Dan ini adalah tiga jenis guru yang Kukatakan layak dicela.’

19. ‘Kemudian Lohicca berkata: ‘Yang Mulia Gotama, adakah guru di dunia ini yang tidak layak dicela?’

20-55. ‘Di sini, Lohicca, seorang Tathàgata telah muncul di dunia ini, seorang Arahat, Buddha yang telah mencapai Penerangan Sempurna, memiliki kebijaksanaan dan perilaku yang Sempurna, telah sempurna menempuh Sang Jalan, Pengenal seluruh alam, penjinak manusia yang harus dijinakkan yang tiada bandingnya, Guru para dewa dan manusia, Tercerahkan dan Terberkahi. Beliau, setelah mencapainya dengan pengetahuan-Nya sendiri, menyatakan kepada dunia bersama para dewa, màra dan Brahma, para raja dan umat manusia. Beliau membabarkan Dhamma, yang indah di awal, indah di pertengahan, indah di akhir, dalam makna

Guru Yang Baik dan Yang Buruk 147 dan kata, dan menunjukkan kehidupan suci yang sempurna dan

murni sepenuhnya. Seorang siswa pergi meninggalkan keduniawian dan mempraktikkan moralitas, menjaga pintu-pintu indrianya, mencapai jhàna pertama (Sutta 2, paragraf 41-76). [233] Dan jika seorang murid dari seorang guru mencapai keluhuran demikian, guru itu adalah yang di dunia ini tidak boleh dicela. Dan jika seseorang mencela guru itu, celaannya tidak pantas, tidak benar, dan tidak sesuai dengan kenyataan, dan salah.’

56-62. ‘Ia mencapai tiga jhàna lainnya (seperti Sutta 2, paragraf 77-82) dan berbagai pandangan terang (Sutta 2, paragraf 83-84). Jika seorang murid dari seorang guru mencapai keluhuran demikian, guru itu adalah yang di dunia ini tidak boleh dicela ….’

63-77. ‘Ia menembus Empat Kebenaran Mulia, sang jalan, dan lenyapnya kekotoran … (seperti Sutta 2, paragraf 85-97).

Jika seorang murid dari seorang guru mencapai keluhuran demikian, guru itu adalah yang [234] di dunia ini tidak boleh dicela. Dan jika seseorang mencela guru itu, celaannya tidak pantas, tidak benar, dan tidak sesuai dengan kenyataan, dan salah.’