Pengetahuan Asal-Usul

Pengetahuan Asal-Usul

[80] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. 795 Suatu ketika, Sang Bhagavà sedang menetap di Istana Ibu Migàra 796 di Taman Timur. Dan pada saat itu, Vàseññha dan Bhàradvàja 797 sedang menetap bersama para bhikkhu, berharap dapat menjadi bhikkhu. Dan di malam harinya, Sang Bhagavà bangun dari kesunyian meditasi- Nya dan keluar dari istana, dan mulai berjalan mondar-mandir di bawah bayang-bayang istana itu.

2. Vàseññha melihat hal itu, dan ia berkata kepada Bhàradvàja: ‘Sahabat Bhàradvàja, Sang Bhagavà sedang keluar dan berjalan mondar- mandir. Mari kita mendekati-Nya. Kita mungkin beruntung dapat mendengarkan khotbah Dhamma dari Sang Bhagavà langsung.’ ‘Ya, benar sekali,’ jawab Bhàradvàja, maka mereka mendatangi Sang Bhagavà, memberi hormat kepada Beliau, dan berjalan beriringan dengan Beliau.

3. Kemudian Sang Bhagavà berkata kepada Vàseññha: [81] ‘Vàseññha, 798 kalian berdua adalah keturunan Brahmana, dan kalian telah meninggalkan kehidupan rumah tangga untuk menjalani kehidupan tanpa rumah dari keluarga Brahmana. Tidakkah para Brahmana mencela dan mengecam kalian?’ ‘Benar, Bhagavà, para Brahmana mencela dan mengecam kami. Mereka tidak menahan diri dengan banjir celaan biasa mereka.’ ‘Vàseññha, celaan apakah yang

420 D฀ãgha Nikà฀ya 27: Aga¤¤a Sutta mereka lontarkan kepada kalian?’ ‘Bhagavà, apa yang dikatakan

para Brahmana adalah seperti ini: “Kasta Brahmana 799 adalah kasta tertinggi, kasta lainnya adalah rendah; kasta Brahmana cerah, kasta lainnya gelap; Brahmana murni, bukan-Brahmana tidak murni, Brahmana adalah anak-anak Brahmà yang sejati, 800 lahir dari mulut Brahmà, dilahirkan dari Brahmà, diciptakan oleh Brahmà, keturunan Brahmà. Dan kalian, kalian telah meninggalkan kelompok tertinggi dan mendatangi kelompok rendah para petapa hina, para pelayan, orang-orang gelap yang lahir dari kaki Brahmà! 801 Tidaklah benar, tidaklah layak bagi kalian bergaul dengan orang-orang seperti itu!” demikianlah para Brahmana menghina kami, Bhagavà.’

4. ‘Kalau begitu, Vàseññha, para Brahmana telah melupakan tradisi kuno mereka ketika mereka mengatakan hal itu. Karena kita melihat bahwa para Brahmana perempuan, istri-istri Brahmana, yang mengalami menstruasi dan hamil, [82] melahirkan bayi, dan menyusui. Dan para Brahmana yang terlahir dari rahim ini mengatakan tentang terlahir dari mulut Brahmà ... para Brahmana ini secara keliru mewakili Brahmà, mengucapkan kebohongan dan mengumpulkan kejahatan.’

5. ‘Ada, Vàseññha, empat kasta ini: Khattiya, Brahmana, pedagang dan pekerja. 802 Dan kadang-kadang seorang Khattiya membunuh, mengambil apa yang tidak diberikan, melakukan pelanggaran seksual, mengucapkan kebohongan, memfitnah, berkata-kata kasar, atau terlibat percakapan yang tidak berguna, serakah, jahat, atau berpandangan salah. Dengan demikian, hal-hal tersebut adalah tidak bermoral dan dianggap demikian, tercela dan dianggap demikian, harus dihindari dan dianggap demikian, jalan yang tidak layak bagi seorang Ariya dan dianggap demikian, gelap dengan akibat gelap 803 dan dicela oleh para bijaksana, kadang-kadang ini ditemukan di antara para Khattiya, dan hal yang sama terjadi pada para Brahmana, para pedagang dan para pekerja.’

6. ‘Kadang-kadang, juga, seorang Khattiya menghindari pembunuhan, ... tidak serakah, tidak jahat dan tidak berpandangan salah. Dengan demikian, hal-hal tersebut adalah bermoral dan

Pengetahuan Asal-Usul 421 dianggap demikian, tidak tercela dan dianggap demikian, harus

diikuti dan dianggap demikian, jalan layak bagi seorang Ariya dan dianggap demikian, cerah dengan akibat cerah dan dipuji oleh para bijaksana, kadang-kadang ini ditemukan di antara para Khattiya, dan [83] demikian pula pada para Brahmana, para pedagang dan para pekerja.’

7. ‘Sekarang karena kualitas-kualitas cerah dan gelap, yang dicela dan dipuji oleh para bijaksana, keduanya tersebar tanpa membeda- bedakan di seluruh empat kasta, para bijaksana tidak mengakui anggapan bahwa kasta Brahmana adalah yang tertinggi. Mengapa demikian? Karena, Vàseññha, siapa pun di antara empat kasta yang menjadi seorang bhikkhu, seorang Arahat yang telah menghancurkan kekotoran, yang telah menjalani kehidupan, telah melakukan apa yang harus dilakukan, melepaskan beban, 804 mencapai tujuan tertinggi, menghancurkan belenggu penjelmaan, dan menjadi terbebaskan melalui pengetahuan-super – ia dinyatakan tertinggi oleh keluhuran Dhamma dan bukan oleh non-Dhamma.

Dhamma adalah yang terbaik, bagi manusia Dalam kehidupan ini maupun kehidupan berikutnya.’

8. ‘Ilustrasi ini akan menjelaskan kepadamu bagaimana Dhamma adalah yang terbaik dalam kehidupan ini maupun kehidupan berikutnya. Raja Pasenadi dari Kosala mengetahui: “Petapa Gotama telah meninggalkan suku kerajaan tetangga, suku Sakya.” Sekarang suku Sakya adalah pelayan Raja Kosala. Mereka memberikan pelayanan, dan memberikan penghormatan kepadanya, bangkit dan menyembah dan memberikan layanan selayaknya. Dan, seperti halnya para Sakya memberikan pelayanan kepada Raja ..., [84] demikian pula Raja memberikan pelayanan kepada Sang Tathàgata, 805 berpikir: “Jika Petapa Gotama terlahir mulia, maka aku terlahir hina; jika Petapa Gotama kuat, maka aku lemah; jika Petapa Gotama menyenangkan dilihat, maka aku buruk rupa; jika Petapa Gotama berpengaruh besar, maka aku berpengaruh kecil.” Sekarang, karena menghormati Dhamma, mementingkan Dhamma, menghargai Dhamma, menyembah Dhamma, maka

422 D฀ãgha Nikà฀ya 27: Aga¤¤a Sutta Raja Pasenadi merendahkan diri kepada Sang Tathàgata dan

memberikan pelayanan kepada Beliau:

Dhamma adalah yang terbaik bagi manusia Dalam kehidupan ini maupun kehidupan berikutnya.’

9. ‘Vàseññha, kalian semua, walaupun berasal dari kelahiran, nama, suku dan keluarga yang berbeda, yang telah meninggalkan kehidupan rumah tangga untuk menjalani kehidupan tanpa rumah, jika kalian ditanya siapakah kalian, maka kalian harus menjawab: “Kami adalah petapa, pengikut Sakya.” 806 Ia yang berkeyakinan di dalam Sang Tathàgata, teguh, berakar, kokoh, padat, tidak tergoyahkan oleh petapa dan Brahmana mana pun juga, dewa atau màra atau Brahmà atau siapa pun di dunia ini, dapat dengan benar mengatakan: “Aku adalah putra sejati Sang Bhagavà, lahir dari mulut-Nya, lahir dari Dhamma, diciptakan oleh Dhamma, seorang keturunan Dhamma.” Mengapa demikian? Karena, Vàseññha, ini menunjuk pada Sang Tathàgata: “Tubuh Dhamma”, 807 yaitu, “Tubuh Brahmà”, 808 atau “Menjadi Dhamma”, yaitu “Menjadi Brahmà”. 809 ’

10. ‘Akan tiba waktunya, Vàseññha, cepat atau lambat setelah rentang waktu yang panjang, ketika dunia ini menyusut. 810 Pada saat penyusutan, makhluk-makhluk sebagian besar terlahir di alam Brahmà âbhassara. Dan di sana mereka berdiam, dengan ciptaan-pikiran, dengan kegembiraan sebagai makanan, bercahaya, melayang di angkasa, agung – dan mereka hidup demikian selama waktu yang sangat lama. Cepat atau lambat setelah rentang waktu yang panjang, ketika dunia ini mulai mengembang lagi. Pada saat mengembang ini, makhluk-makhluk dari alam Brahmà âbhassara, [85] setelah meninggal dunia dari sana, sebagian besar terlahir kembali di alam ini. Di sini mereka berdiam, dengan ciptaan-pikiran, dengan kegembiraan sebagai makanan, bercahaya, melayang di angkasa, agung 811 – dan mereka hidup demikian selama waktu yang sangat lama.’

11. ‘Pada masa itu, Vàseññha, hanya ada air, dan diselimuti kegelapan, kegelapan yang membutakan, tidak ada bulan dan

Pengetahuan Asal-Usul 423 tidak ada matahari yang muncul, tidak ada bintang, siang dan

malam tidak dapat dibedakan, tidak juga bulan dan minggu, tidak juga tahun atau musim, dan tidak ada laki-laki dan perempuan, makhluk-makhluk hanya dikenal sebagai makhluk-makhluk. 812 Dan cepat atau lambat, setelah waktu yang sangat lama, tanah yang lezat 813 muncul dengan sendirinya di atas permukaan air di mana makhluk-makhluk itu berada. Terlihat seperti lapisan yang terbentuk sendiri di atas susu panas ketika mendingin. Tanah ini memiliki warna, bau dan rasa. Seperti warna ghee atau mentega kualitas terbaik, dan sangat manis bagaikan madu murni.’

12. ‘Kemudian beberapa makhluk yang bersifat serakah berkata: “Aku mengatakan, apakah ini?” dan mengecap tanah lezat itu dengan jarinya. Karena melakukan hal itu, ia menjadi menyukai rasa itu, dan keserakahan muncul dalam dirinya. 814 Kemudian makhluk-makhluk lain, mengambil contoh dari makhluk pertama itu, juga mengecap benda itu dengan jari mereka. Mereka juga menyukai rasa itu, dan keserakahan muncul dalam diri mereka. Maka mereka mulai dengan tangan mereka, memecahkan potongan-potongan benda itu untuk dapat memakannya. Dan [86] akibat dari perbuatan ini adalah cahaya tubuh mereka lenyap. Dan sebagai akibat dari lenyapnya cahaya tubuh mereka, bulan dan matahari muncul, malam dan siang dapat dibedakan, bulan dan minggu muncul, dan tahun dan musim. Sampai sejauh itu, dunia berevolusi.’

13. ‘Dan makhluk-makhluk itu terus berpesta tanah lezat dalam waktu yang lama, memakan tanah dan mendapatkan nutrisi dari tanah. Dan karena melakukan hal itu, jasmani mereka menjadi lebih kasar, 815 dan perbedaan penampilan mulai berkembang di antara mereka. Beberapa makhluk terlihat lebih rupawan, sedangkan yang lain terlihat buruk-rupa. Dan yang rupawan merendahkan yang lainnya, berkata: “Kami lebih rupawan daripada mereka.” Dan karena mereka menjadi sombong dan angkuh akan penampilan mereka, tanah yang lezat itu lenyap. Mengetahui hal ini, mereka berkumpul dan meratap: “Oh, rasa itu! Oh, rasa itu!” Dan masa kini, ketika orang mengucapkan: “Oh, rasa itu!” ketika mereka

424 D฀ãgha Nikà฀ya 27: Aga¤¤a Sutta mendapatkan sesuatu yang menarik, mereka mengulangi kalimat

masa lampau tanpa menyadarinya.’

14. ‘Dan kemudian, ketika tanah yang lezat lenyap, [87] jamur 816 tumbuh, berjenis cendawan. Jamur ini memiliki warna, bau dan rasa. Seperti warna ghee atau mentega kualitas terbaik, dan sangat manis bagaikan madu murni. Dan makhluk-makhluk itu mulai memakan jamur itu. Dan hal ini berlangsung selama waktu yang sangat lama. Dan karena mereka terus-menerus memakan jamur, maka tubuh mereka menjadi lebih kasar lagi, dan perbedaan dalam penampilan mereka lebih meningkat lagi. Dan mereka yang rupawan merendahkan yang buruk rupa …. Dan karena mereka menjadi sombong dan angkuh akan penampilan mereka, jamur manis itu lenyap. Berikutnya, tanaman merambat muncul, menjulur bagaikan bambu …, dan tanaman itu juga sangat manis, bagaikan madu murni.’

15. ‘Dan makhluk-makhluk itu mulai memakan tanaman rambat itu. Dan karena mereka terus-menerus memakan tanaman rambat itu, maka tubuh mereka menjadi lebih kasar lagi, dan perbedaan dalam penampilan mereka lebih meningkat lagi … [88] Dan mereka menjadi semakin sombong, dan karena itu, tanaman rambat itu lenyap. Mengetahui hal ini, mereka berkumpul dan meratap: “Aduh, tanaman rambat kita lenyap! Apakah yang telah kita hilangkan!” Dan masa kini, ketika orang-orang ditanya mengapa mereka bersedih, mereka mengucapkan: “Oh, apakah yang telah kita hilangkan!” mereka mengulangi kalimat masa lampau tanpa menyadarinya.’

16. ‘Dan kemudian, setelah tanaman merambat lenyap, beras muncul di ruang terbuka, 817 bebas dari dedak dan sekam, harum dan berbutiran bersih. 818 Dan apa yang mereka ambil untuk makan malam akan tumbuh lagi dan masak di pagi harinya, dan apa yang mereka ambil untuk sarapan pagi akan masak lagi di malam hari, tidak ada tanda-tanda telah dipanen. Dan makhluk-makhluk ini mulai memakan beras ini, dan hal ini berlangsung selama waktu yang sangat lama. Dan karena mereka melakukan hal itu, maka

Pengetahuan Asal-Usul 425 tubuh mereka menjadi lebih kasar lagi, dan perbedaan dalam

penampilan mereka lebih meningkat lagi. Dan yang perempuan menumbuhkan alat kelamin perempuan, 819 dan yang laki-laki menumbuhkan alat kelamin laki-laki. Dan yang perempuan menjadi tertarik dengan laki-laki, dan yang laki-laki tertarik dengan perempuan, nafsu tumbuh, dan tubuh mereka terbakar oleh nafsu. Dan kemudian, karena terbakar oleh nafsu, mereka terlibat dalam aktivitas seksual. 820 Tetapi mereka yang melihat perbuatan itu melemparkan debu, abu, atau [89] kotoran sapi kepada mereka, meneriakkan: “Matilah, engkau binatang kotor! Bagaimana mungkin seseorang melakukan hal demikian terhadap orang lain!” seperti di masa kini, ketika seorang menantu perempuan di bawa keluar, beberapa orang melemparkan kotoran padanya, beberapa melemparkan abu, dan beberapa melemparkan kotoran-sapi, tanpa menyadari bahwa mereka mengulangi perilaku masa lampau. Apa yang dianggap bentuk yang buruk di masa itu, sekarang dianggap bentuk yang baik. 821 ’

17. ‘Dan makhluk-makhluk yang pada masa itu melakukan hubungan seksual tidak diperbolehkan memasuki desa atau kota selama satu atau dua bulan. Oleh sebab itu, mereka yang melakukan perbuatan itu selama waktu yang lama mulai membangun rumah agar perbuatan mereka tidak terlihat. 822 ’

‘Kemudian pikiran ini muncul dalam salah satu dari makhluk itu yang cenderung malas: “Mengapa aku harus bersusah payah mengumpulkan beras di malam hari untuk makan malam dan di pagi hari untuk makan pagi. Mengapa aku tidak mengumpulkan sekaligus untuk dua kali makan?” Dan ia melakukan hal itu. Kemudian makhluk lain mendatanginya dan berkata: “Ayo, mari kita mengumpulkan beras.” “Tidak perlu, temanku, aku telah mengumpulkan cukup untuk dua kali makan.” Kemudian makhluk lain, mengikuti teladannya, mengumpulkan cukup beras untuk dua hari sekaligus, berkata: “Ini cukup.” Kemudian makhluk lain mendatangi makhluk ke dua dan berkata: [90] “Ayo, mari kita mengumpulkan beras.” “Tidak perlu, temanku, aku telah mengumpulkan cukup untuk dua hari.” (hal yang sama

426 D฀ãgha Nikà฀ya 27: Aga¤¤a Sutta untuk 4, kemudian 8 hari). Akan tetapi, ketika makhluk-makhluk

itu membuat lumbung beras dan hidup dari lumbung itu, dedak dan sekam mulai membungkus beras itu, dan ketika dipanen, tidak tumbuh lagi, dan tempat panen mulai terlihat, dan beras tumbuh dalam lahan-lahan yang berbeda.’

18. ‘Dan kemudian makhluk-makhluk itu berkumpul dan meratap: “Cara-cara jahat meliputi kita: pada mulanya kita adalah ciptaan- pikiran, makan dari kegembiraan … (semua kejadian diulangi hingga yang terakhir, setiap perubahan dikatakan disebabkan oleh; ‘cara jahat dan tidak bermanfaat’) … [91] [92] dan beras tumbuh di lahan- lahan berbeda. Mari kita membagi beras ini menjadi lahan-lahan dengan perbatasan.” Dan mereka melakukan hal itu.’

19. ‘Kemudian, Vàseññha, satu makhluk yang memiliki sifat serakah, sewaktu melihat lahannya sendiri, mengambil lahan lain yang tidak diberikan kepadanya, dan menikmati buahnya juga. Maka mereka menangkapnya dan berkata: “Engkau telah melakukan kejahatan, mengambil lahan makhluk lain seperti itu! Jangan pernah melakukan hal itu lagi!” “Aku tidak akan melakukan hal itu lagi,” ia berkata, tetapi ia melakukan hal yang sama untuk ke dua kali dan ke tiga kalinya. Sekali lagi mereka menangkapnya dan memarahinya, dan beberapa memukulnya dengan tinju mereka, beberapa menggunakan batu, dan beberapa menggunakan tongkat. Dan demikianlah, Vàseññha, mengambil apa yang tidak diberikan, dan mencela, dan berbohong, dan hukuman berasal-mula.’

20. ‘Dan kemudian makhluk-makhluk itu berkumpul dan meratapi munculnya hal-hal jahat di tengah-tengah mereka: mengambil apa yang tidak diberikan, dan mencela, dan berbohong, dan hukuman. Dan mereka berpikir: “Bagaimana jika kita menunjuk satu makhluk tertentu, yang menunjukkan kemarahan ketika kemarahan diperlukan, mencela mereka yang patut dicela, dan mengusir mereka yang patut diusir! Dan sebagai imbalannya, kita akan menyerahkan sebagian dari beras kita.” [93] Maka mereka mendatangi salah satu di antara mereka yang paling tampan, paling menarik, paling menyenangkan dan mampu, dan memintanya

Pengetahuan Asal-Usul 427 untuk melakukan hal itu untuk mereka dan sebagai imbalannya,

mereka akan memberikan kepadanya sebagian beras mereka, dan ia menyetujuinya.’

21. ‘“Pilihan penduduk” adalah arti dari Mahà-Sammata, 823 yang merupakan gelar pertama 824 yang diperkenalkan. “Tuan tanah” adalah arti dari Khattiya, 825 gelar ke dua. Dan “Ia menggembirakan orang lain dengan Dhamma” adalah arti dari Ràjà, 826 gelar ke tiga yang diperkenalkan. Inilah kemudian, Vàseññha, yang menjadi asal-usul dari kasta Khattiya, sesuai dengan gelar masa lampau yang diperkenalkan untuk menyebut mereka. Mereka berasal dari makhluk-makhluk yang sama, seperti kita juga, tidak ada perbedaan, dan sesuai dengan Dhamma, bukan sebaliknya.

Dhamma adalah yang terbaik, bagi manusia Dalam kehidupan ini maupun kehidupan berikutnya.’

22. ‘Kemudian beberapa makhluk ini berpikir: “Hal-hal jahat telah muncul di tengah-tengah para makhluk, seperti mengambil apa yang tidak diberikan, dan mencela, dan berbohong, hukuman, dan pengusiran. Kita harus menyingkirkan hal-hal jahat dan tidak bermanfaat.” Dan mereka melakukan [94] hal itu. “Mereka menyingkirkan 827 hal-hal jahat dan tidak bermanfaat” adalah arti dari Brahmana, 828 yang merupakan gelar pertama yang diperkenalkan untuk orang-orang demikian. Mereka mendirikan gubuk-gubuk daun di tempat-tempat di dalam hutan dan bermeditasi di dalamnya. Dengan api dipadamkan, dengan penumbuk padi disingkirkan, mengumpulkan makanan untuk makan pagi dan malam mereka, mereka pergi ke desa, kota, atau ibu kota untuk mencari makanan, dan kemudian kembali ke gubuk daun mereka untuk bermeditasi. Orang-orang melihat hal ini dan memerhatikan bagaimana mereka bermeditasi. “Mereka bermeditasi” 829 adalah arti dari Jhàyaka, 830 yang adalah gelar ke dua yang diperkenalkan.’

23. ‘Akan tetapi, beberapa makhluk, tidak mampu bermeditasi di gubuk daun, mereka bertempat tinggal di dekat desa dan kota dan menyusun buku. 831 Orang-orang melihat mereka melihat hal ini dan

428 D฀ãgha Nikà฀ya 27: Aga¤¤a Sutta tidak bermeditasi. “Sekarang orang-orang ini tidak bermeditasi” 832

adalah arti dari Ajjhàyaka, 833 yang adalah gelar ke tiga yang diperkenalkan. Pada masa itu, ini dianggap sebutan yang rendah, tetapi sekarang sebutan ini menjadi lebih tinggi. Inilah kemudian, Vàseññha, yang menjadi asal-usul dari kasta Brahmana, sesuai dengan gelar masa lampau yang diperkenalkan untuk menyebut mereka. [95] Mereka berasal dari makhluk-makhluk yang sama seperti mereka, tidak ada perbedaan, dan sesuai dengan Dhamma, bukan sebaliknya.

Dhamma adalah yang terbaik, bagi manusia Dalam kehidupan ini maupun kehidupan berikutnya.’

24. ‘Dan kemudian, Vàseññha, beberapa dari makhluk-makhluk itu, setelah berpasangan, 834 melakukan berbagai jenis perdagangan, dan kata “Berbagai” 835 ini adalah arti dari Vessa, yang menjadi gelar biasa bagi orang-orang demikian. Inilah kemudian, yang menjadi asal-usul dari kasta Vessa, sesuai dengan gelar masa lampau yang diperkenalkan untuk menyebut mereka. Mereka berasal dari makhluk-makhluk yang sama ….’

25. ‘Dan kemudain, Vàseññha, makhluk-makhluk itu yang tetap melakukan perburuan. “Mereka yang rendah yang hidup dari perburuan”, dan ini adalah arti dari Sudda, 836 yang menjadi gelar biasa bagi orang-orang demikian. Inilah kemudian, yang menjadi asal-usul dari kasta Sudda, 837 sesuai dengan gelar masa lampau yang diperkenalkan untuk menyebut mereka. Mereka berasal dari makhluk-makhluk yang sama ….’

26. ‘Dan kemudian, Vàseññha, beberapa Khattiya tidak puas dengan Dhamma-nya sendiri, 838 meninggalkan kehidupan rumah tangga untuk menjalani kehidupan tanpa rumah, berpikir: “Aku akan menjadi seorang petapa.” Dan seorang Brahmana melakukan hal yang sama, seorang Vessa juga melakukan [96] hal yang sama, dan juga seorang Sudda. Dari empat kasta ini, muncullah kasta petapa.

Mereka berasal dari makhluk-makhluk yang sama seperti

Pengetahuan Asal-Usul 429 mereka, tidak ada perbedaan, dan sesuai dengan Dhamma, bukan

sebaliknya. Dhamma adalah yang terbaik, bagi manusia

Dalam kehidupan ini maupun kehidupan berikutnya.’

27. ‘Dan, Vàseññha, seorang Khattiya yang menjalani kehidupan yang jahat dalam jasmani, ucapan dan pikiran, dan yang memiliki pandangan salah akan, sebagai akibat dari pandangan dan perbuatan salah itu, saat hancurnya jasmani, terlahir kembali di alam sengsara, bertakdir buruk, mengalami kejatuhan, di neraka. Demikian pula dengan seorang Brahmana, Vessa atau Sudda.’

28. ‘Sebaliknya, seorang Khattiya yang menjalani kehidupan yang baik dalam jasmani, ucapan dan pikiran, dan yang memiliki pandangan benar akan, sebagai akibat dari pandangan dan perbuatan benar itu, saat hancurnya jasmani, terlahir kembali di alam bahagia, di alam surga. Demikian pula dengan seorang Brahmana, Vessa atau Sudda.’

29. ‘Dan seorang Khattiya yang telah melakukan kedua jenis perbuatan itu, dalam jasmani, ucapan dan pikiran, dan yang memiliki pandangan campuran akan, sebagai akibat dari pandangan dan perbuatan campuran itu, saat hancurnya jasmani setelah kematian, mengalami kesenangan dan kesakitan. Demikian pula dengan seorang Brahmana, [97] Vessa atau Sudda.’

30. ‘Dan seorang Khattiya yang terkendali dalam jasmani, ucapan dan pikiran, dan yang mengembangkan tujuh persyaratan penerangan, 839 akan mencapai Parinibbàna 840 dalam kehidupan ini juga. Demikian pula dengan seorang Brahmana, Vessa, atau Sudda.’

31. ‘Dan, Vàseññha, siapa pun di antara empat kasta, sebagai seorang bhikkhu, menjadi seorang Arahat yang telah menghancurkan kekotoran, telah melakukan apa yang harus dilakukan, melepaskan beban, mencapai tujuan tertinggi, menghancurkan belenggu

430 D฀ãgha Nikà฀ya 27: Aga¤¤a Sutta penjelmaan, dan menjadi terbebaskan melalui pandangan terang

tertinggi – ia dinyatakan sebagai yang tertinggi di antara mereka sesuai Dhamma dan bukan sebaliknya.

Dhamma adalah yang terbaik, bagi manusia Dalam kehidupan ini maupun kehidupan berikutnya.’

32. ‘Vàseññha, adalah Brahmà Sanankumàra yang mengucapkan syair ini:

“Khattiya adalah yang terbaik di antara semua kasta; Ia dengan pengetahuan dan perilaku yang baik adalah yang terbaik di antara para Dewa dan manusia.”

Syair ini dinyanyikan dengan benar, tidak salah, diucapkan dengan benar, tidak salah, berhubungan dengan manfaat, bukan tidak berhubungan. Dan Aku juga mengatakan hal ini, Vàseññha:

[98] “Khattiya adalah yang terbaik di antara semua kasta; Ia dengan pengetahuan dan perilaku yang baik adalah yang terbaik di antara para Dewa dan manusia.”

Demikianlah Sang Bhagavà berbicara, dan Vàseññha dan Bhàradvàja senang dan gembira mendengar kata-kata Beliau.’

Sampasàdanãya Sutta