51
BAB III
ELABORASI TEMA
3.I. Pengertian Tema
Arsitektur Hijau atau lebih dikenal dengan istilah Green Arsitektur bila diartikan secara harafiah:
1. Green
: Warna Hijau 2.
Architecture : 1 Ilmu bangunan, arsitektur, seni dan ilmu merancang seta membuat konstruksi bangunan. 2 Metode dan gaya rancangan suatu konstruksi bangunan.
Jadi, green architecture atau arsitektur hijau adalah suatu pendekatan pada bangunan yang dapat meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan
lingkungan. Arsitektur hijau meliputi lebih dari sebuah bangunan. Arsitektur hijau, secara sederhana mempunyai pengertian bangunan atau lingkungan
binaan yang dapat mengurangi atau dapat melakukan efisiensi sumber daya material, air dan energi. Dalam pengertian yang lebih luas, adalah bangunan atau lingkungan binaan yang:
1. efisien dalam penggunaan energi, air dan segala sumber daya yang ada.
2. mampu menjaga keselamatan, keamanan dan kesehatan penghuninya dalam
mengembangkan produktivitas penghuninya, 3.
mampu mengurangi sampah, polusi dan kerusakan lingkungan.
3.2. Interpretasi Tema
Green Architecture atau Arsitektur Hijau merupakan isu yang sedang berkembang di masa sekarang. Begitu banyaknya terjadi bencana alam, peningkatan suhu dunia, rusaknya
lapisan ozon menjadi pendorong penerapan arsitektur hijau dalam masyarakat. Prinsip dari Green Architecture adalah bahwa apa yang telah kita ciptakan tidak hanya
mengambil dari alam tetapi harus dapat dikembalikan juga ke alam. Tanah menjadi tanah, air menjadi air. Segala sesuatu yang kita terima dari alam dapat kita berikan dengan bebas lagi
ke alam tanpa menimbulkan dampak negatif pada alam. Itulah desain yang baik. Pembaharuan material yang telah digunakan. Green artinya hijau atau bisa di artikan sesuatu
yang natural, yang berhubungan dengan alam.
Universitas Sumatera Utara
52
Pendekatan desain yang dilakukan oleh berbagai kelompok arsitek dalam memasyarakatkan Green Architecture berbeda-beda aplikasinya sesuai dengan keahlian
masing-masing. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa Green Architecture adalah gerakan untuk kelestarian alam dan lingkungan untuk masa depan yang berkelanjutan dalam
efisiensi energi dan sumber daya alam dalam kegiatan arsitektural untuk pembangunan yang berkelanjutan dalam mencapai tujuan ekonomi, sosial dan budaya.
Terdapat 6 prinsip Green Architecture yang diajukan oleh Brenda dan Robert Vale yang
harus menjadi perhatian untuk dapat diterapkan dalam berbagai aplikasi, yaitu : 1.
Konservasi energi •
Bangunan seharusnya meminimalkan penggunaan kebutuhan akan energi. •
Perlindungan sumber daya alam. •
Pendayagunaan alam sebagai sumber energi bagi keperluan studi dan rekreasi. •
Memanfaatkan limbah sebaik-baiknya seperti dengan manjadikan limbah sebagai sumber energi biogas atau pupuk.
• Penentuan lokasi yang paling tepat guna dengan cara pemilihan sumber daya
alam yang sesuai dengan kebutuhan dari fungsi bangunan atau proyek. 2.
Bekerja sama dengan iklim •
Bangunan bekerja sama dengan iklim dan sumber energi alam. •
Memanfaatkan energi yang tersedia di alam seperti matahari, angin, hujan, dan air.
• Pencahayaan alami pada siang hari.
• Penghawaan alami.
3. Meminimalisasi sumber-sumber daya baru
• Penggunaan material daur ulang.
• Penggunaan material yang dapat diperbaharui.
• Merancang bangunan dari sisa bangunan yang sebelumnya.
• Penggunaan material yang ramah lingkungan.
4. Menghargai pemakai
• Green Architecture menyadari bahwa pengguna atau pemakai dari bangunan
harus diperhatikan kebutuhannya. Untuk itu dilakukan pendekatan yang memperhatikan kenyamanan penggunanya namun selaras dengan prinsip
Green Architecture yang lainnya. Misalnya : daripada menggunakan AC untuk
Universitas Sumatera Utara
53
kenyamanan pengguna, sebaiknya menggunakan penghawaan alami untuk menyejukkan ruangnan dengan ventilasi silang. Daripada menggunakan terlalu
banyak energi untuk penerangan lampu pada siang hari agar pengguna tetap nyaman beraktifitas dalam bangunan prinsip Green Architecture menerapkan
pencahayaan alami. 5.
Menghargai site •
Seminimal mungkin merubah tapak. Misalnya dengan mempertahankan kontur tanah. Tidak mengambil jalan pintas dengan cara cut dan fill site dalam
pembangunan di tapak. Memberi pori-pori bagi tanah agar tetap memiliki aliran udara.
• Menurut seorang arsitek Australia, Glenn Murcutt “Seorang harus menyentuh
bumi secara ringan” yang ia kutip dari kata-kata orang Aborigin. Kata-kata ini meliputi interaksi bangunan dan sitenya merupakan suatu hal yang sangat
penting dalam penerapan Green Architecture. Suatu bangunan yang menghabiskan banyak energi, menghasilkan sumber polusi dan menjadi asing
bagi penggunanya tidak menyentuh bumi secara ringan. 6.
Holistik Seluruh prinsip-prinsip Green Architecture digabungkan dalam suatu pendekatan
holistik pada lingkungan yang dibangun.
Heinz Frick 1999 memberikan empat kriteria arah pembangunan secara Green
Architecture, yaitu: 1.
Pembangunan berwawasan lingkungan menuntut adanya proses yang melestarikan lingkungan alam dan peredarannya, sehingga menghemat energi.
2. Pembangunan biologis baubiologie yang memperhatikan kesehatan penghuni dan
menganggap rumah sebagai kullit ketiga manusia. 3.
Pembangunan psikospiritual, berkaitan dengan jiwa manusia, rasa dan karsa, serta susunan organisme manusia yang mengerti arsitektur sebagai pengalaman kesadaran.
Pembangunan organik yang bobot arsitekturalnya terletak pada fungsi pembentukan dan kesenian.
Masih menurut Frick, 1997, pola perencanaan green arsitektur selalu memanfaatkan alam, sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
54
• Penyesuaian pada lingkungan alam sekitar.
• Menghemat sumber energi alamyang tidak dapat diperbaharui dan mengirit
penggunaan energi. •
Memelihara sumber lingkunganudara, tanah, air. •
Memelihara dan memperbaiki peredaran alam. •
Mengurangi ketergantungan pada sistem pusat energi listrik, air dan limbah air, limbah dan sampah.
• Penghuni ikut serta secara aktif dalam perencanaan pembangunan dan
pemeliharaan perumahan. •
Tempat kerja dan pemukiman terdekat. •
Kemungkinan penghuni menghasilkan sendiri kebutuhan sehari-hari. •
Penggunaan teknologi sederhana. •
Intensitas energi baik yang terkandung dalam bahan bangunan maupun yang digunakan pada saat pembangunan harus seminimal mungkin.
• Kulit dinding dan atapsebuah gedung harus sesuai dengan tugasnya harus
melindungi dirinya dari sinar panas, angin dan hujan. •
Bangunan sebaiknya diarahkan beorientasi timur barat dengan bagian utara selatan menerima cahaya alam tanpa kesilauan.
• Dinding bangunan harus memberikan perlindungan terhadap panas, daya serap
panas dn tebalnya dinding harus sesuai dengan kebutuhan iklim ruang dalamnya. •
Bangunan yang memperhatikan penyegaran udara secara alami bisa menghemat banyak energi.
• Bangunan sebaiknya dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menggunakan
penyegaran udara secara alamiah dan memanfaatkan angin sepoi-sepoi untuk membuat ruang menjadi sejuk.
• Semua gedung harus bisa mengadakan regenerasi dari segala bahan bangunan,
bahan limbah, dan mudah dipelihara.
3.3. Keterkaitan Tema dengan Judul