Pengertian Judul Tinjauan Umum

7 BAB II DESKRIPSI PROYEK

2.1 Pengertian Judul

Judul dari proyek ini adalah Perpustakaan Umum Kota Medan. Berikut ini penjelasan mengenai pengertian judul proyek. • Perpustakaan : 1 tempat, gedung, ruang yg disediakan untuk pemeliharaan dan penggunaan koleksi buku dsb; 2 koleksi buku, majalah, dan bahan kepustakaan lainnya yg disimpan untuk dibaca, dipelajari, dibicarakan • Umum : terbuka pada siapa saja tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras, agama, dan status sosial-ekonomi. • Kota Medan : Ibukota Provinsi Sumatera Utara

2.2 Tinjauan Umum

Tinjauan umum membahas tentang perpustakaan secara umum :

2.2.1. Sejarah Perpustakaan Indonesia

Sejarah perpustakaan di Indonesia tergolong masih muda jika dibandingkan dengan negara Eropa dan Arab. Jika kita mengambil pendapat bahwa sejarah perpustakaan ditandai dengan dikenalnya tulisan, maka sejarah perpustakaan di Indonesia dapat dimulai pada tahun 400-an yaitu saat lingga batu dengan tulisan Pallawa ditemukan dari periode Kerajaan Kutai. Musafir Fa-Hsien dari tahun 414 M menyatakan bahwa di kerajaan Ye-po-ti, yang sebenarnya kerajaan Tarumanegara banyak dijumpai kaum Brahmana yang tentunya memerlukan buku atau manuskrip keagamaan yang mungkin disimpan di kediaman pendeta. Pada sekitar tahun 695 M, menurut musafir I-tsing dari Cina, di Ibukota Kerajaan Sriwijaya hidup lebih dari 1000 orang biksu dengan tugas keagamaan dan mempelajari agama Budha melalui berbagai buku yang tentu saja disimpan di berbagai biasa. Kedatangan bangsa Barat pada abad ke-16 membawa budaya tersendiri. Perpustakaan mulai didirikan mula-mula untuk tujuan menunjang program penyebaran agama mereka. Berdasarkan sumber sekunder perpustakaan paling awal berdiri pada masa ini adalah pada masa VOC Vereenigde OostJurnal Pustakawan Indonesia volume 6 nomor 1 60 Indische Compaqnie yaitu perpustakaan gereja di Batavia kini Jakarta yang dibangun sejak 1624. Universitas Sumatera Utara 8 Namun karena beberapa kesulitan perpustakaan ini baru diresmikan pada 27 April 1643 dengan penunjukan pustakawan bernama Ds. Dominus Abraham Fierenius. Pada masa inilah perpustakaan tidak lagi diperuntukkan bagi keluarga kerajaan saja, namun mulai dinikmati oleh masyarakat umum. Perpustakaan meminjamkan buku untuk perawat rumah sakit Batavia, bahkan peminjaman buku diperluas sampai ke Semarang dan Juana Jawa Tengah. Jadi pada abad ke-17 Indonesia sudah mengenal perluasan jasa perpustakaan kini layanan seperti ini disebut dengan pinjam antar perpustakaan atau interlibrary loan. Lebih dari seratus tahun kemudian berdiri perpustakaan khusus di Batavia. Pada tanggal 25 April 1778 berdiri Bataviaasche Genootschap van Kunsten en Wetenschappen BGKW di Batavia. Bersamaan dengan berdirinya lembaga tersebut berdiri pula perpustakaan lembaga BGKW. Pendirian perpustakaan lembaga BGKW tersebut diprakarsai oleh Mr. J.C.M. Rademaker, ketua Raad van Indie Dewan Hindia Belanda. Ia memprakarsai pengumpulan buku dan manuskrip untuk koleksi perpustakaannya. Perpustakaan ini kemudian mengeluarkan katalog buku yang pertama di Indonesia yaitu pada tahun 1846 dengan judul Bibliotecae Artiumcientiaerumquae Batavia Florest Catalogue Systematicus hasil suntingan P. Bleeker. Edisi kedua terbit dalam bahasa Belanda pada tahun 1848. Perpustakaan ini aktif dalam pertukaran bahan perpustakaan. Penerbitan yang digunakan sebagai bahan pertukaran adalah Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde, Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschapn van Kunsten en Wetenschappen, Jaarboek serta Werken buiten de Serie. Karena prestasinya yang luar biasa dalam meningkatkan ilmu dan kebudayaan, maka namanya ditambah menjadi Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Nama ini kemudian berubah menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia pada tahun 1950. Pada tahun 1962 Lembaga Kebudayaan Indonesia diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia dan namanyapun diubah menjadi Museum Pusat. Koleksi perpustakaannya menjadi bagian dari Museum Pusat dan dikenal dengan Perpustakaan Museum Pusat. Nama Museum Pusat ini kemudian berubah lagi menjadi Museum Nasional, sedangkan perpustakaannya dikenal dengan Perpustakaan Museum Nasional. Pada tahun 1980 Perpustakaan Museum Nasional dilebur ke Pusat Pembinaan Perpustakaan. Perubahan terjadi lagi pada tahun 1989 ketika Pusat Pembinaan Perpustakaan dilebur sebagai bagian dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Setelah periode tanam paksa, pemerintah Hindia Belanda menjalankan politik etis untuk membalas ”utang” kepada rakyat Indonesia. Salah satu kegiatan politik etis adalah pembangunan sekolah rakyat. Dalam bidang perpustakaan sekolah, pemerintah Hindia Belanda mendirikan Volksbibliotheek atau terjemahan dari perpustakaan rakyat, namun Universitas Sumatera Utara 9 pengertiannya berbeda dengan pengertian perpustakaan umum. Volksbibliotheek artinya perpustakaan yang didirikan oleh Volkslectuur kelak berubah menjadi Balai Pustaka, sedangkan pengelolaannya Jurnal Pustakawan Indonesia volume 6 nomor 1 61 diserahkan kepada Volkschool. Volkschool artinya sekolah rakyat yang menerima tamatan sekolah rendah tingkat dua. Perpustakaan ini melayani murid dan guru serta menyediakan bahan bacaan bagi rakyat setempat. Murid tidak dipungut bayaran, sedangkan masyarakat umum dipungut bayaran untuk setiap buku yang dipinjamnya. Sebenarnya sebelum pemerintah Hindia Belanda mendirikan perpustakaan sekolah, pihak swasta terlebih dahulu mendirikan perpustakaan yang mirip dengan pengertian perpustakaan umum dewasa ini. Pada tahun awal tahun 1910 berdiri Openbare leeszalen. Istilah ini mungkin dapat diterjemahkan dengan istilah ruang baca umum. Openbare leeszalen ini didirikan oleh antara lain Loge der Vrijmetselaren, Theosofische Vereeniging, dan Maatschappij tot Nut van het Algemeen. Perkembangan Perpustakaan Perguruan Tinggi di Indonesia dimulai pada awal tahun 1920an yaitu mengikuti berdirinya sekolah tinggi, misalnya seperti Geneeskunde Hoogeschool di Batavia 1927 dan kemudian juga di Surabaya dengan STOVIA; Technische Hoogescholl di Bandung 1920, Fakultait van Landbouwwentenschap er Wijsgebeerte Bitenzorg, 1941, Rechtshoogeschool di Batavia 1924, dan Fakulteit van Letterkunde di Batavia 1940. Setiap sekolah tinggi atau fakultas itu mempunyai perpustakaan yang terpisah satu sama lain. Pada jaman Hindia Belanda juga berkembang sejenis perpustakaan komersial yang dikenal dengan nama Huurbibliotheek atau perpustakaan sewa. Perpustakaan sewa adalah perpustakaan yang meminjamkan buku kepada kepada pemakainya dengan memungut uang sewa. Pada saat itu tejadi persaingan antara Volksbibliotheek dengan Huurbibliotheek. Sungguhpun demikian dalam prakteknya terdapat perbedaan bahan bacaan yang disediakan. Volksbibliotheek lebih banyak menyediakan bahan bacaan populer ilmiah, maka perpustakaan Huurbibliotheek lebih banyak menyediakan bahan bacaan berupa roman dalam bahasa Belanda, Inggris, Perancis, buku remaja serta bacaan gadis remaja. Disamping penyewaan buku terdapat penyewaan naskah, misalnya penulis Muhammad Bakir pada tahun 1897 mengelola sebuah perpustakaan sewaan di Pecenongan, Jakarta. Jenis sewa Naskah juga dijumpai di Palembang dan Banjarmasin. Naskah disewakan pada umumnya dengan biaya tertentu dengan disertai permohonan kepada pembacanya supaya menangani naskah dengan baik. Disamping perpustakaan yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda, sebenarnya tercatat juga perpustakaan yang didirikan oleh orang Universitas Sumatera Utara 10 Indonesia. Pihak Keraton Mangkunegoro mendirikan perpustakaan keraton sedangkan keraton Yogyakarta mendirikan Radyo Pustoko. Sebagian besar koleksinya adalah naskah kuno. Koleksi perpustakaan ini tidak dipinjamkan, namun boleh dibaca di tempat. Pada masa penjajahan Jepang hampir tidak ada perkembangan perpustakaan yang berarti. Jepang hanya mengamankan beberapa gedung penting diantaranya Bataviaasch Genootschap van Kunten Weetenschappen. Selama pendudukan Jepang openbare leeszalen ditutup. Volkbibliotheek dijarah oleh rakyat dan lenyap dari permukaan bumi. Karena pengamanan yang kuat pada gedung Bataviaasch Genootschap van Kunten Jurnal Pustakawan Indonesia volume 6 nomor 1 62 Weetenschappen maka koleksi perpustakaan ini dapat dipertahankan, dan merupakan cikal bakal dari Perpustakaan Nasional. Perkembangan pasca kemerdekaan mungkin dapat dimulai dari tahun 1950an yang ditandai dengan berdirinya perpustakaan baru. Pada tanggal 25 Agustus 1950 berdiri perpustakaan Yayasan Bung Hatta dengan koleksi yang menitikberatkan kepada pengelolaan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Indonesia. Tanggal 7 Juni 1952 perpustakaan Stichting voor culturele Samenwerking, suatu badan kerjasama kebudayaan antara pemerintah RI dengan pemerintah Negeri Belanda, diserahkan kepada pemerintah RI. Kemudian oleh Pemerintah RI diubah menjadi Perpustakaan Sejarah Politik dan Sosial Departemen P K. Dalam rangka usaha melakukan pemberantasan buta huruf di seluruh pelosok tanah air, telah didirikan Perpustakaan Rakyat yang bertugas membantu usaha Jawatan Pendidikan Masyarakat melakukan usaha pemberantasan buta huruf tersebut. Pada periode ini juga lahir perpustakaan Negara yang berfungsi sebagai perpustakaan umum dan didirikan di Ibukota Propinsi. Perpustakaan Negara yang pertama didirikan di Yogyakarta pada tahun 1949, kemudian disusul Ambon 1952; Bandung 1953; Ujung Pandang 1954; Padang 1956; Palembang 1957; Jakarta 1958; Palangkaraya, Singaraja, Mataram, Medan, Pekanbaru dan Surabaya 1959. Setelah itu menyusul kemudian Perpustakaan Nagara di Banjarmasin 1960; Manado 1961; Kupang dan Samarinda 1964. Perpustakaan Negara ini dikembangkan secara lintas instansional oleh tiga instansi yaitu Biro Perpustakaan Departemen P K yang membina secara teknis, Perwakilan Departemen P K yang membina secara administratif, dan Pemerintah Daerah Tingkat Propinsi yang memberikan fasilitas. Universitas Sumatera Utara 11

2.2.2. Perpustakaan

Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, danatau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka. Perpustakaan diartikan sebuah ruangan atau gedung yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu yang digunakan pembaca bukan untuk dijual Sulistyo, Basuki ; 1991 . Ada dua unsur utama dalam perpustakaan, yaitu buku dan ruangan. Namun, di zaman sekarang, koleksi sebuah perpustakaan tidak hanya terbatas berupa buku-buku, tetapi bisa berupa film, slide, atau lainnya, yang dapat diterima di perpustakaan sebagai sumber informasi. Kemudian semua sumber informasi itu diorganisir, disusun teratur, sehingga ketika kita membutuhkan suatu informasi, kita dengan mudah dapat menemukannya. Dengan memperhatikan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa perpustakaan adalah suatu unit kerja yang berupa tempat menyimpan koleksi bahan pustaka yang diatur secara sistematis dan dapat digunakan oleh pemakainya sebagai sumber informasi Sugiyanto. Perpustakaan adalah fasilitas atau tempat menyediakan sarana bahan bacaan. Tujuan dari perpustakaan sendiri, khususnya perpustakaan perguruan tinggi adalah memberikan layanan informasi untuk kegiatan belajar, penelitian, dan pengabdian masyarakat dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi Wiranto dkk,1997. Secara umum dapat kami simpulkan bahwa pengertian perustakaan adalah suatu institusi unit kerja yang menyimpan koleksi bahan pustaka secara sistematis dan mengelolanya dengan cara khusus sebagai sumber informasi dan dapat digunakan oleh pemakainya. Namun, saat ini pengertian tradisional dan paradigma lama mulai tergeser seiring perkembangan berbagai jenis perpustakaan, variasi koleksi dalam berbagai format memungkinkan perpustakaan secara fisik tidak lagi berupa gedung penyimpanan koleksi buku. Banyak kalangan terfokus untuk memandang perpustakaan sebagai sistem, tidak lagi menggunakan pendekatan fisik. Sebagai sebuah sistem perpustakaan terdiri dari beberapa unit kerja atau bagian yang terintergrasikan melalui sistem yang dipakai untuk pengolahan, penyusunan dan pelayanan koleksi yang mendukung berjalannya fungsi – fungsi perpustakaan. Universitas Sumatera Utara 12 Perkembangannya menempatkan perpustakaan menjadi sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya. Dari istilah pustaka, berkembang istilah pustakawan, kepustakaan, ilmu perpustakaan, dan kepustakawanan yang akan dijelaskan sebagai berikut : • Pustakawan : Orang yang bekerja pada lembaga – lembaga perpustakaan atau yang sejenis dan memiliki pendidikan perpustakaan secara formal. • Kepustakaan : Bahan – bahan yang menjadi acuan atau bacaaan dalam menghasilkan atau menyusun tulisan baik berupa artikel, karangan, buku, laporan, dan sejenisnya. • Ilmu Perpustakaan : Bidang ilmu yang mempelajari dan mengkaji hal – hal yang berkaitan dengan perpustakaan baik dari segi organisasi koleksi, penyebaran dan pelestarian ilmu pengetahuan teknologi dan budaya serta jasa- jasa lainnya kepada masyarakat, hal lain yang berkenaan dengan jasa perpustakaan dan peranan secara lebih luas. • Kepustakawanan : Hal – hal yang berkaitan dengan upaya penerapan ilmu perpustkaan dan profesi kepustakawanan.

2.2.3. Penyelenggara dan Jenis-jenis Perpustakaan

Penyelengaraan dan jenis-jenis perpustakaan menurut UU No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan. Penyelenggaraan perpustakaan berdasarkan kepemilikan terdiri atas: a. perpustakaan pemerintah; b. perpustakaan provinsi; c. perpustakaan kabupatenkota; d. perpustakaan kecamatan; e. perpustakaan desa; f. perpustakaan masyarakat; g. perpustakaan keluarga; dan h. perpustakaan pribadi. Jenis-jenis Perpustakaan Perpustakaan terdiri atas: a. Perpustakaan Nasional; b. Perpustakaan Umum; Universitas Sumatera Utara 13 c. Perpustakaan SekolahMadrasah; d. Perpustakaan Perguruan Tinggi; dan e. Perpustakaan Khusus.

2.2.4. Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum menurut UU No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan. Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diperuntukkan bagi masyarakat luas sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras, agama, dan status sosial-ekonomi. Kriteria Perpustakaan Umum : 1. Perpustakaan umum diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupatenkota, kecamatan, dan desa, serta dapat diselenggarakan oleh masyarakat. 2. Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupatenkota menyelenggarakan perpustakaan umum daerah yang koleksinya mendukung pelestarian hasil budaya daerah masing- masing dan memfasilitasi terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat. 3. Perpustakaan umum yang diselenggarakan oleh Pemerintah. Pemerintah provinsi, pemerintah kabupatenkota, kecamatan, dan desakelurahan mengembangkan sistem layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi. 4. Masyarakat dapat menyelenggarakan perpustakaan umum untuk memfasilitasi terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat. 5. Pemerintah, pemerintah provinsi, danatau kabupatenkota melaksanakan layanan perpustakaan keliling bagi daerah yang belum terjangkau oleh layanan perpustakaan menetap.

2.2.5. Pendanaan Perpustakaan

Pendanaan Perpustakaan menurut UU No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan Pasal 40 : 1 Pendanaan perpustakaan didasarkan pada prinsip kecukupan dan berkelanjutan. 2 Pendanaan perpustakaan bersumber dari: a anggaran pendapatan dan belanja negara danatau anggaran pendapatan dan belanja daerah; b sebagian anggaran pendidikan; c sumbangan masyarakat yang tidak mengikat; Universitas Sumatera Utara 14 d kerja sama yang saling menguntungkan; e bantuan luar negeri yang tidak mengikat; f hasil usaha jasa perpustakaan; danatau g sumber lain yang sah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Anggaran perpustakaan dapat diperoleh dari pemerintah, masyarakat, perusahaan, maupun sponsor. Dana yang diperoleh dari pemerinatah berupa anggaran rutin bagi perpustakaan negeri dan anggaran pembangunan yang tidak pasti. Anggaran rutin biasanya digunakan untuk membiayai keperluan kantor, dan anggaran pembangunan digunakan untuk pengembangan sarana fisik, terutama gedung ruang perpustakaan. Adapun dana dari masyarakat pemakai dapat berupa uang pendaftaran, uang denda, dan lainya. Selain itu, sebenarnya perpustakaan dapat menggali dana sendiri dengan cara berwirausaha. Berwirausaha adalah keberanian untuk melakukan pekerjaan yang sulit, kompleks, mengandung resiko, siap dan cepat untuk melawan tantangan dengan keberanian melakukan inisiatif dan aksi. Sebenarnya terdapat banyak peluang untuk berwirausaha bagi perpustakaan. Langkah ini tergantung pada kemauan dan arahan pimpinan perpustakaan. Beberapa usaha yang dapat dijadikan sumber pemasukan suatu perpustakaan antara lain : 1. Penyediaan jasa fotokopi dan penjilidan. 2. Penyewaan komputer. 3. Penyediaan wartel dan internet. 4. Penyediaan kafetaria. 5. Penyediaan jasa penelusuran literatur. 6. Kerjasama dengan penerbit dan percetakan. 7. Keanggotaan, denda, kartu baca, dan lainnya. 8. Jasa parkir kendaraan bermotor. 9. Jasa terjemahan. Penyediaan gedung ruang temu ilmiah pada saat tertentu dengan menghadirkan tokoh-tokoh terkenal sebagai narasumber, dll.

2.2.6. Peranan, Tugas dan Fungsi Perpustakaan Umum Peranan Perpustakaan

Setiap perpustakaan dapat mempertahankan eksistensinya apabila dapat menjalankan peranannya. Secara umum peran – peran yang dapat dilakukan adalah : Universitas Sumatera Utara 15 1. Menjadi media antara pemakai dengan koleksi sebagai sumber informasi pengetahuan. 2. Menjadi lembaga pengembangan minat dan budaya membaca serta pembangkit kesadaran pentingnya belajar sepanjang hayat. 3. Mengembangkan komunikasi antara pemakai dan atau dengan penyelenggara sehingga tercipta kolaborasi, sharing pengetahuan maupun komunikasi ilmiah lainnya. 4. Motivator, mediator dan fasilitator bagi pemakai dalam usaha mencari, memanfaatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan pengalaman. 5. Berperan sebagai agen perubah, pembangunan dan kebudayaan manusia. Tugas Perpustakaan Perpustakaan Umum mempunyai tugas mengumpulkan, menyimpan, memelihara, mengatur, dan mendayagunakan bahan pustaka untuk kepentingan pendidikan, penerangan, penelitian, pelestarian, suatu pengembangan kebudayaan dan rekreasi seluruh anggota masyarakat. Fungsi Perpustakaan Adapun fungsi Perpustakaan Umum di masyarakat yaitu : 1. Sebagai sarana simpan karya manusia Dalam kaitannya dengan fungsi simpan, perpustakaan bertugas menyimpan khazanah budaya hasil masyarakat. Salah satu jenis perpustakaan yang benar-benar berfungsi sebagai sarana simpan adalah perpustakaan nasional. 2. Fungsi informatif Dalam hal ini perpustakaan bertugas untuk menyediakan dan menyebarluaskan informasi. Informasi yang diminta dapat berupa informasi mengenai tugas sehari-hari, pelajaran, maupun informasi lainnya. 3. Fungsi rekreatif Masyarakat dapat menikmati rekreasi kultural dengan cara membaca dan mengikuti acara-acara ang diadakan di perpustakaan, seperti launching buku, acara mendongeng untuk anak-anak, pertunjukan seni ataupun acara lainnya. Fungsi rekreasi ini tampak nyata pada perpustakaan umum yaitu perpustakaan yang dikelola dengan dana umum serta terbuka untuk umum. 4. Fungsi edukatif Universitas Sumatera Utara 16 Perpustakaan Umum merupakan sarana pendidikan non formal, artinnya perpustakaan merupakan tempat belajar diluar bangku sekolah untuk menunjang program pendidikan dan pengajaran, perpustakaan mengadakan bahan pustaka yang sesuai dan relevan dengan berbagai jenis ilmu pengetahuan. 5. Fungsi kultural Perpustakaan merupakan tempat untuk mendidik dan mengembangkan apresiasi budaya masyarakat. Pendidikan ini dapat dilakukan dengan cara penyelenggaraan pameran, pertunjukan kesenian pemutaran film, bahkan bercerita untuk anak-anak. 6. Fungsi dokumentatif Perpustakaan Umum juga berfungsi sebagai pusat pelestarian bahan pustaka dan hasil budaya bangsa untuk dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum. 7. Fungsi referensif Perpustakaan Umum juga menyediakan bahan-bahan yang berisi petunjuk, pedoman dan bahan-bahan rujukan bagi anggota masyarakat yang membutuhkan. 8. Fungsi Penelitian Perpustakaan menyediakan informasi tentang berbagai sumber informasi hasil penelitian dan teknologi.

2.2.7. Macam-macam bahan informasi

Bahan-bahan yang informasi yang diterima perpustakaan dapat terdiri dari bahan buku dan bahan nonbuku. 1. Buku Teks Buku teks adalah lembaran tercetak berisi ilmu pengetahuan atau bidang tertentu dan biasanya digunakan sebagai bahan pelajaran, penataran, kuliah , dan dapat dipelajari secara mandiri. 2. Buku Rujukan Buku ini disusun untuk memberi informasi tentang kata, subjek pokok masalah, nama orang, nama tempat, peristiwa, pustaka, angka, waktu, ukuran, dan lainnya. Adapun jenis –jenis buku rujukan adalah : Kamus, ensiklopedi, buku pegangan, direktori, buku tahunan, sumber-sumber biografi, bibliografi, indeks, abstrak, almanak, sumber-sumber geografi, dan pemerintah. - Kamus Buku acuan yang memuat kata dan ungkapan. - Ensiklopedi Universitas Sumatera Utara 17 Ensiklopedi berarti pelajaran atau petunjuk dalam lingkungan seni dan ilmu pengetahuan. - Buku Pegangan Buku Pegangan meliputi : - Handbook, pada umumnya berisi uraian ringkasan dalam suatu bidang yang digunakan untuk mengerjakan sesuatu. - Manual, hampir seperti Handbook. Manual memberi instruksi atau perintah tentang mengerjakan, mengidentifikasi, dan menulis sesuatu - Guidebook, petunjuk bagi para wisatawan. - Direktori Berisi daftar nama-nama orang, lembaga, organisasi, maupun perkumpulan yang disusun sistematis. - Buku Tahunan Berisi kejadian-kejadian penting atau perkembangan-perkembangan baru dalam jangka waktu satu tahun yang mencakup bidang sosial, organisasi profesi, perdagangan, pendidikan, dan ilmu pengetahuan. - Sumber Bibliografi - Bibliografi Diartikan sebagai kajian buku discussion of books - Indeks Indeks adalah daftar kata atau istilah yang disusun alfabetis yang ditempatkan dibagian akhir suatu buku, berupa nama orang, subjek, dll. - Abstrak Ringkasan karya ilmiah atau karya akademik yang dapat disertai data bibliografi. - Almanak Catatan peristiwa dalam berbagai bidang dalam waktu tertentu. - Sumber-sumber Geografi Memberikan keterangan tentang kota, gunung, danau, sungai, dan sumber-sumber alam. 3. Karya Tulis Ilmiah Yakni tulisan yang menyajikan pengetahuan ilmiah ditujukan kepada ahli atau masyarakat tertentu dengan metode dan penyajian yang ilmiah. Universitas Sumatera Utara 18 4. Makalah Yakni tulisan yang disampaikan pada pertemuan ilmiah, seperti seminar, lokakarya, workshop, semiloka, diskusi panel, dll. 5. Karya akademik Karya ini disiapkan untuk memenuhi tugas dan atau syarat akademik, seperti tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi, dll. 6. Literatur Abu-abu Yakni jenis bahan pustaka yang jarang didapatkan secara bebas, kecuali apabila perpustakaan memiliki hubungan khusus dengan produsen bahan informasi tersebut. 7. Karya Fiksi Yakni karya tulis yang berupa karya rekaan atau karya imajinatif. 8. Terbitan Berkala Yakni Publikasi yang direncanakan terbit terus-menerus tanpa dibatasi waktu, berisi informasi menarik yang ditulis beberapa orang. 9. Mikrofis Berupa film yang berukuran kecil mikro, tembus cahaya, dan berisi informasi dalam bentuk tulisan, gambar, maupun grafis yang diatur pada selembar film secara berbanjar horizontal maupun vertikal. 10. Film Mikro Film mikro adalah film yang sangat kecil, digunakan untuk menyimpan, memuncukan kembali, atau mempublikasikan duplikat dokumen, cetakan, gambar, dan foto. 11. Piringan Hitam Piringan hitam dibuat dari bahan ebonite berwarna hitam dan berbentuk bulat pipih. Pada kedua permukaan terdapat lekukan halus berbentuk spiral yang menyebabkan jarum piringan hitam yang melaluinya bergetar dan mengeluarkan suara. 12. Kaset Kotak untuk melindungi bahan perekam gambar yang sekaligus berfungsi sebagai pengulung bahan tersebut. 13. Cakram Tetal Wadah penyimpan informasi berbentuk lempeng kecil berdiameter 5 inchi yang dimanfaatkan dengan sinar laser, menyimpan data digital, baik berupa naskah, suara, gambar, atau kombinasi ketiganya. Cakram ini berkapasitas simpan sangat tinggi. Contohnya adalah CDROM. Universitas Sumatera Utara 19

2.2.8. Sistem Perpustakaan

Sistem sering diartikan dengan cara atau metode. Sistem sebenarnya merupakan perangkat unsur yang secara teratur saling terkait sehingga membentuk totalitas Depdikbbud, 1994:950. Dalam arti lain, sistem diartikan sekumpulan elemen-elemen yang saling berhubungan melalui berbagai bentuk interaksi dan kerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang berguna Gazparez, 1992. Dalam pengertian ini dapat dipahami bahwa suatu sistem akan dapat berjalan baik apabila didukung oleh elemen-elemen yang dapat bekerja sama saling mendukung satu sama lain untuk mencapai tujuan dan menghasilkan sesuatu. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan suatu sistem harus ada aktvitas masing-masing elemen yang terkoordinir dengan baik untuk melaksanakan tugas masing-masing. Berkaitan dengan aktivitas inilah, Wilkinson 1992 memberikan defenisi tentang sistem, yakni suatu kerangka kerja terpadu yang mempunyai satu sasaran atau lebih. Suatu sistem akan mengkoordinasi sumber daya yang diperlukan untuk mengubah masukan-masukan menjadi keluaran. Sementara itu, Custing 1989 menyatakan bahwa sistem dalam arti luas dan abstrak adalah suatu satuan entity yang terdiri dari dua komponen atau lebih maupun subsistem yang terjalin satu sama lain untuk mencapai tujuan. Perpustakaan sebenarnya juga suatu sistem informasi dan bukan sekedar ruanggedung atau koleksi yang di dalamya terdapat elemen-elemen yang dapat dikoordinasikan dengan baik untuk mencapai tujuan. Sistem kegiatan itu mencakup pengadaan, pencatatan, katalogisasi, klasifikasi, pelabelan, penyusunan dalam rak, pelayanan, dan lainnya yang dapat dipadukan dengan baik untuk mendukung keberhasilan perpustakaan. Kegiatan-kegiatan tersebut tidak dapat berdiri sendiri, tetapi saling terkait dan saling mendukung. Demikian pula unsur-unsur yang dimiliki perpustakaan, meliputi sumberdaya manusia, koleksi, anggaran, ruangan, dan sarana prasarana, dapat dikoordinasi dengan baik untuk secara bersama-sama menfungsikan diri untuk mencapai keberhasilan perpustakaan. Sebagai suatu sistem pengelolaan informasi, perpustakaan memiliki beberapa sistem kegiatan untuk menunjang visi, misi, dan tujuan perpustakaan. Sistem ini berupa serangkaian pedoman atau prosedur kerja yang harus dilaksanakan dalam menyelesaikan kegiatan tertentu. Kegiatan ini dapat berupa pengadaan bahan informasi, pencatatan, pengkatalogisasi, klasifikasi, dan pelayanan informasi. 1. Sistem Pengadaan Sistem pengadaan ini disebut pula dengan akuisisi, yakni suatu tugas, pekerjaan, bagian, atau seksi di perpustakaan yang memiliki kewenangan dan bertugas untuk mengadakan bahan informasi yang berupa bahan cetak maupun non cetak. Universitas Sumatera Utara 20 Pengadaan bahan pustaka dapat dilakukan dengan cara : a. Pembelian Dalam sistem pembelian perlu dipertimbangkan faktor-faktor anggaran, jenis perpustakaan, kebutuhan pemakai, kerjasama dengan penerbit, pengetahuan tentang impor, pengetahuan tentang pemesanan buku, dan lainnya. b. Sumbangan Perpustakaan dapat memperoleh bahan informasi dari beberapa pihak, misalnya dari para lulusan lembaga pendidikan yang bersangkutan, penerbit, yayasan, departemen, perkumpulan, dan dari perorangan. Untuk itu perpustakaan harus aktif menghubungi lembaga-lembaga terkait. c. Tukar-menukar Publikasi Tukar menukar dapat dilakukan dengan cara memberikan buku atau majalah yang tidak relevan atau jumlah eksemplarnya terlalu banyak ke perpustakaan lain yang relevan. Cara ini akan meningkatkan kerja sama antar perpustakaan. d. Membuat Sendiri Koleksi perpustakaan dapat diusahakan oleh lembaga sendiri, misalnya dengan menulis diktat, buku ajar, hand out, kliping, majalah, atau kumpulan karya tulisdosen. 2. Sistem Pencatatan Pada prinsipnya semua bahan informasi yang diterima perpustakaan harus dicatat. Untuk itu perlu direncanakan bentuk catatan, pencatatan terhadap bahan informasi ini dapat berupa buku, kartu, atau software tertentu. Sistem pencatatan dapat menggunakan sistem penomoran terus-menerus atau sistem yang menganti nomor setiap tahunnya. Sistem pencatatan ini sering pula 3. Sistem Pengkatalogan Pengkatalogan adalah salah satu tugas, pekerjaan, unit atau bagian diperpustakaan yang bertugas dan bertanggung jawab atas proses pembuatan daftar koleksi suatu perpustakaan. Perlunya tiap koleksi dibuatkan katalog adalah untuk mencatat koleksi yang dimiliki, mempercepat temu kembali, dan mengembangkan standar bibliografi internasional. Jenis-jenis katalog yang digunakan pada perpustakaan : a. Katalog Cetak Printed Catalog b. Katalog Berkas Sheaf Catalog c. Katalog Kartu Card Katalog d. Katalog yang menggunakan software tertentu. Universitas Sumatera Utara 21 Katalog berbentuk software telah banyak digunakan oleh perpustakaan, baik perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan khusus, perpustakaan umum, perpustakaan sekolah, maupun perpustakaan instansi. Katalog jenis ini sering disebut dengan katalog terpasang Online Public Acces Catalog OPAC. 4. Sistem Klasifikasi Bahan informasi yang telah dicatat perlu dikelompokan agar memudahkan proses temu kembali. Sistem Pengelompokan ini banyak macamnya dan selalu mengalami perubahan. Namun hal yang perlu diperhatikan adalah sistem pengelompokan ini ada yang didasarkan pada bentuk fisik dan ada pula yang didasarkan pada isi subjek. 5. Sistem Penempatan Lokasi Bahan informasi yang terdiri dari kertas ditempatkan sesuai jenisnya, misalnya buku teks, koleksi rujukan, hasil penelitian, makalah seminar, karya akademik, terbitan berkala, dll. Begitu pula bahan informasi yang terdiri dari bahan nonkertas ditempatkan sesuai jenisnya, misalnya film, pita, kaset, CD, piringan hitam, dll. Penempatan koleksi bahan kertas ke dalam rak ini disebut dengan pengerakan shelving. Sistem penyusunan koleksi terutama buku di rak perlu direncanakan dan diatur sedemikian rupa agar rapi dan mudah ditemukan kembali. Cara pengerakan ini adalah : a. Dimulai dari angak desimal kecil ke angka desimal besar pada sandi pustaka call number yang ditempel pada punggung buku. b. Disusun dari kiri ke kanan dalam satu kotak lemari dari atas ke bawah. c. Diikuti penyusunan urutan huruf, yaitu tiga huruf pertama nama pengarang secara alfabetis. d. Kemudian diikuti pengurutan huruf pertama judul pustaka disusun alfabetis, lalu uruan volume, bagian part, dan eksemplar copy. 6. Pemeliharaan Bahan Pustaka Pelestarian bahan pustaka adalah sistem pengelolaan dan perlindungan pada bahan pustaka, arsip, maupun bahan informasi lain. Dalam arti luas, pelestarian adalah tugas dan pekerjaan yang mencakup memperbaiki, memugar, melindungi, dan merawat bahan pustaka, dokumen, bahan informasi, serta bangunan perpustakaan. 7. Sistem Pemanfaatan Koleksi yang dikelola perpustakaan kiranya tidak ada gunanya apabila tidak dimanfaatkan oleh pemakai. Oleh karena itu perlu perencanaan yang tepat agar koleksi yang bernilai itu bermanfaat bagi pembaca. Penentuan sistem pemanfaatan ini disesuaikan dengan kondisi perpustakaan. Adapun sistem pemanfaatan koleksi itu antara lain : Universitas Sumatera Utara 22 a. Sirkulasi Pelayanan sirkulasi ini sering dikenal dengan bagian peminjaman dan pengembalian. Namun, sebenarnya pengertian sirkulasi ini mencakup pengertian yang lebih luas, yakni semua bentuk kegiatan pencatatan yang berkaitan dengan pemanfaatan, dan pemakaian koleksi dengan tepat guna dan tepat waktu untuk kepentingan pemakai jasa perpustakaan. Adapun sistem sirkulasi yang dikenal ada 2 macam yaitu : i. Sistem Sirkulasi Terbuka Open Access Yakni suatu sistem yang memungkinkan pemakai untuk masuk ke ruang koleksi untuk memilih dan mengambil sendiri koleksi yang mereka inginkan. ii. Sistem Sirkulasi Tertutup Closed Access Yakni suatu sistem peminjaman yang tidak memungkinkan pemakai untuk memilih dan mengambil koleksi sendiri. Sebagian besar pemakai ingin meminjam koleksi untuk dibawa pulang. Untuk itu diperlukan sistem pencatat yang bisa dilakukan secara manual atau dengan bantuan komputer. Sistem yang kini telah banyak digunakan adalah sistem barcode. Dalam sistem ini seluruh koleksi yang dimiliki perpustakaan dan identitas anggota perpustakaan dimasukan ke dalam pangkalan data. Semua koleksi dan kartu anggota itu diberi label barcode. b. Pelayanan Referensi Pelayanan ini memberikan informasi singkat tentang nama orang, peristiwa, subjek, geografi, ukuran, kata, pustaka, lambang, dan lainya yang terdapat dalam sumber rujukan. Mengingat koleksi ini banyak yang diperlukan sewaktu-waktu, maka pada umumnya tidak boleh dipinjam pulang. c. Baca di Tempat Dalam hal pelayanan baca ditempat ini, diperlukan ruang yang nyaman, memadai, dan mebeler yang sesuai. Oleh karena itu, dalam pengadaan ruang baca ini perlu memperhatikan kebutuhan manusia, prinsip tata ruang design principles, dan segi lingkungan activity component perlu diperhatikan. d. Fotokopi Apabila memungkinkan, perpustakaan dapat menyediakan pelayanan fotokopi. Fasilitas ini akan membantu pemakai dan pihak perpustakaan. Pemakai tidak perlu keluar dari perpustakaan apabila ingin memfotokopi suatu buku. Dengan demikian akan dihemat waktu, biaya tenaga, dan mudah dilakukan pengawasan. Universitas Sumatera Utara 23 e. Pelayanan Internet Pelayanan ini merupakan bentuk penyajian informasi dengan menggunakan media teknologi muktahir komputer dengan segala perangkat dan pengembangannya, antara lain internet dengan menyajikan data, fakta, maupun informasi yang tepat. f. Pelayanan Khusus Pelayanan ini ditujukan kepada kelompok masyarakat yang karena faktor tertentu mereka tidak dapt datang ke perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka. Faktor ini mungkin kesehatan, status hukum, lokasi, maupun keadaan jasmani. g. Penyajian Informasi Baru Penyajian informasi baru Current Awarreness Services merupakan sistem penyajian informasi dengan menyiagakan informasi segar, dan menyampaikan kepada peminat secepat mungkin. h. Bimbingan pemakai Sesuai dengan perkembangan teknologi informasi yang juga telah dimanfaatkan dalam sistem perpustakaan, bimbingan pemakai pun diperlukan. Bimbingan pemakai diselengarakan dengan tujuan : 1. Memanfaatkan jasa informasi yang tersedia. 2. Mengoptimalkan sarana dan fasilitas. 3. Mencapai terwujudnya masyarakat infomasi. 4. Ikut berperan dalam proses pendidikan. i. Jasa Terjemahan Untuk membantu pemakai dalam usaha mereka memahami isi, koleksi, kiranya lebih baik apabila juga disediakan jasa terjemahan pada perpustakaan tertentu. j. Meja informasi Yakni suatu meja atau bagian khusus yang siap menerima permintaan informasi dari pemakai. k. Pelayanan Audio Visual Koleksi pandang dengar ini akan melengkapi koleksi bahan buku. Informasi yang dikandung koleksi ini bernilai tinggi, sehingga perlu penanganan khusus. l. Sistem Promosi dan Pemasaran Jasa, koleksi, dan fasilitas yang dikelola perpustakaan masih perlu dipromosikan mengingat masyarakat kita belum menpunyai pemikiran yang berorientasi pada perpustakaan. Kemudian dalam hal pemasaran, pustakawan harus mampu mengkomunikasikan pelayanan kepada pemakai dan mempengaruhinya agar tertarik. Universitas Sumatera Utara 24

2.2.9. Penataan dan Tata Guna Gedung

Bangunan maupun ruang untuk perpustakaan sebenarnya tidak sesederhana yang dibayangkan orang. Ditinjau dari segi bangunan, perpustakaan merupakan suatu organisasi yang memiliki sub-sub sistem yang memiliki fungsi berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam perencanaan gedung dan ruang perpustakaan perlu memperhatikan fungsi tiap ruang, unsur- unsur keharmonisan dan keindahan, baik segi eksterior maupun interior. Ruang yang tertata baik akan memberikan kepuasan kepada pemakainya Pegawai maupun pengguna perpustakaan. Dalam perencanaan bangunan atau ruang perpustakaan perlu juga diperhatikan alokasi luas lantai, pembagian ruangan menurut fungsi, tata ruang struktur, utilitas, pegamanan ruang, dan rambu-rambu. Disamping itu perlu dipikirkan pula area perluasan, minimal untuk masa sepuluh tahun mendatang. a. Prinsip-prinsip arsitektur Gedung ruang perpustakaan perlu ditata sesuai kebutuhan dengan tetap mengindahkan prinsip-prinsip arsitektur. Ruang perpustakaan akan nyaman bagi pemakai dan petugas apabila ditata dengan memperhatikan fungsi, keindahan, dan keharmonisan ruang. Dengan penataan yang baik akan memberikan kepuasan fisik dan psikis bagi pemakai. Oleh karena itu, dalam perencanaan pelu diperhitungkan kebutuhan manusia, tata ruang, dan segi lingkungan. b. Azas-azas tata ruang Disamping itu perlu diperhatikan azas-azas tata ruang, yakni azas jarak, azas rangkaian kerja, dan azas pemanfaatan. i. Azas jarak, yaitu suatu susunan tata ruang yang memungkinkan proses penyelesain pekerjaan dengan menempuh jarak yang paling pendek. ii. Azas rangkaian kerja, yakni suatu tata ruang yang menempatkan tenaga dan alat-alat dalam suatu rangkaian yang sejalan dengan urutan penyelesaian pekerjaan yang bersangkutan. iii. Azas pemanfaatan, yakni tara susunan ruang yang mempergunakan ruang yang ada. c. Tata Letak Untuk memperlancar kegiatan pelayanan dan penyelesaian pekerjaan, dalam penataan ruang perlu diperhatikan prinsip-prinsip tata ruang berikut ini : - Pelaksanaan tugas yang memerlukan konsentrasi hendaknya ditempatkan di ruang terpisah atau di tempat yang aman dari gangguan. Universitas Sumatera Utara 25 - Bagian yang bersifat pelayanan umum hendaknya ditempatkan di lokasi yang strategis agar mudah dicapai. - Penempatan perabot, seperti meja, kursi, dan rak hendaknya disusun dalam bentuk garis lurus. - Jarak satu mebeler dengan yang lain dibuat agak melebar agar orang yang lewat leluasa. - Bagian yang mempunyai tugas yang sama, hampir sama, maupun kelanjutan, hendaknya ditempatkan di lokasi yang berdekatan. - Bagian yang menangani pekerjaan yang berantakan, seperti pengolahan, pengetikan, dan penjilidan hendaknya ditempatkan di tempat yang tidak tampak oleh khalayak umum. - Apabila memungkinkan, semua petugas dalam suatu unit ruangan duduk menghadap arah yang sama dan pimpinan duduk di belakang. - Alur pekerjaan hendaknya bergerak maju dari satu meja ke meja lain dalam satu garis lurus. - Ukuran tinggi, rendah, panjang, dan lebar, luas, dan bentuk perabot hendaknya dapat diantur lebih leluasa. - Perlu ada lorong yang cukup besar untuk jalan apabila sewaktu-waktu terjadi kebakaran. - Bagian yang menimbulakn suara berisik hendaknya ditempatkan di ruang terpisah. Agar masyarakat segera mengetahui keberadaan perpustakaan, dalam penempatannya perlu dipilih lokasi yang strategis. Di samping itu perlu dipertimbangkan pula bahwa perpustakaan sering berhubungan dengan lembaga lain. Oleh karena itu, dalam perencanaan tata letak ini perlu dipertimbangkan : a. Desain - Pintu utama Letak pintu utama hendaknya diatur dan diusahakan agar pemakai tidak usah berputar-putar lebih dahulu sebelum mencapai pintu masuk. - Kelenturan Dalam usaha mengantisipasi perkembangan tuntutan informasi oleh masyarakat pemakai, maka dalam perencanaan perpustakaan dituntut adanya kelenturan yang tinggi. Sehingga dapat mengikuti perubahan kebutuhan dengan hanya mengubah struktur sedikit. Universitas Sumatera Utara 26 b. Kesederhanaan Idealnya gedung perpustakaan itu tampak megah dan mudah dikenali dari jauh. Walaupun demikian, dalam desain perlu mempertimbangkan adanya perancanaan yang efektif dan prinsip kesederhanaan. c. Raut gedung Pembangunan perpustakaan terutama perpustakaan perguruan tinggi akhir-akhir ini kecenderungan memiliki halaman terbuka ditengah-tengahnya, atau memiliki sumur cahaya ditengah dengan dinding kaca yang transparan. Ada pula gedung perpustakaan yang berbentuk yang berbentuk U. Desain demikian karena sebenarnya kurang efisien karena membuang ruang dan menimbulkan kebisingan. d. Perluasan otomasi Otomasi perpustakaan merupakan tuntutan tersendiri yang perlu diantisipasi dengan perencanaan yang matang. Untuk itu hal-hal berikut ini yang perlu diperhatikan : - Ruang audio visual dengan penghawaan yang baik. - Fasilitas untuk memasang kabel agar lebih nyaman. - Mebeler, kursi, almari, dan lainnya sebagai tempat komputer, video, disket, kaset, dll. e. Area Pengembangan Frazier G. Polle 1981 seorang konsultan perpustakaan dari UNESCO yang pernah ke Indonesia 14 April-10 Mei, dan 16 Juni-12 Juli 1980 menyarankan agar perluasan dan perkembangan perpustakaan dapat berhasil dengan baik, perlu disediakan tanah kosong yang cukup luas di sekitar gedung perpustakaan. Pemikiran ini untuk mengembangkan perpustakaan di masa mendatang yang memerlukan ruang yang lebih luas. f. Kebutuhan Tata Ruang - Kebutuhan ruangan Kebutuhan ruangan untuk perpustakaan berbeda, sesuai jenis-jenis perpustakaan. Untuk perpustakaan umum, kebutuhan ruang disesuaikan dengan masyarakat dan tingkat kebutuhan masyarakat ditingkat yang dilayaninya. - Tata Ruang Pada dasarnya kebutuhan ruang perpustakaan dialokasikan untuk koleksi, pemakai, staff, dan keperluan lain. Untuk itu perlu dipertimbangkan sistem pinjam yang akan dianut oleh suatu perpustakaan, dengan sistem pinjam terbuka open access atau sistem pinjam tertutup closed area. Universitas Sumatera Utara 27 1. Sistem tata sekat Yakni cara pengaturan ruang perpustakaan yang menempatkan koleksi terpisah dari ruang baca pengunjung. 2. Sistem tata parak Yakni sistem pengaturan ruangan yang menempatkan koleksi terpisah dari ruang baca. 3. Sistem tata baur Yakni suatu cara penempatan koleksi yang dicampur dengan ruang baca agar pembaca lebih mudah mengambil dan mengembalikan sendiri. - Kenyamanan Ruang Produktivitas manusia yang bekerja diruangan dipengaruhi oleh faktor pribadi internal dan faktor diluar dirinya eksternal. Hasil kerja seseorang akan baik apabila dalam kondisi itu seseorang mampu melakukan kegiatannya secara optimal dengan sehat, aman, senang, dan selamat. Kondisi lingkungan tidak bisa tercipta begitu saja, tetapi dapat dicapai secara bertahap. Dalam pencapaian kondisi lingkungan kerja itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti temperatur, sirkulasi udara, warna, pencahayaan, suara, dan tata letak. 1. Temperatur Dalam keadaan normal tubuh manusia memiliki temperatur yang berbeda. Tubuh manusia masih dapat menyesuaikan dirinya apabila perubahan temperatur luar tidak lebih dari 20 untuk kondisi panas dan 35 untuk kondisi dingin. Dalam suatu penelitian diketahui bahwa temperatur yang berbeda akan mempengaruhi ketahanan bekerja dan fisik seseorang. Misalnya pada suhu 10 o C mulai muncul kekakuan fisik yang ekstrim, dan pada suhu 29,5 o C aktivitas dan daya tangkap seseorang akan menurun. 2. Kenyamanan Suara Kenyamanan ruangan dipengaruhi oleh kenyamanan suara, baik dari dalam ruangan atau dari luar. Suara dari dalam mungkin ditimbulkan oleh suara mesin ketik, komputer, fotokopi, penjilidan, ac, kipas angin, suara orang, langkah orang, dll. Suara dari luar mungkin berupa suara pesawat udara, suara kereta api, suara lalu lintas, banjir, pasar,dll. Suara dari dalam dapat dikurangi atau diredam, antara lain dengan pembuatan mebeler, dinding, dan plafon terdiri dari kayu dan sejenisnya, serta lantai diberi karpet. Bahan-bahan tersebut mampu menyerap suara dan tidak memantulkan suara. Universitas Sumatera Utara 28 Selain itu kemajuan dari teknologi selain membawa kemudahan bagi manusia, juga menimbulkan masalah tersendiri bagi kehidupan manusia. Gangguan itu antara lain berupa pencemaran udara, pencemaran limbah, dan kebisingan. Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki seseorang. Kebisingan tersebut dalam waktu lama bisa menggangu ketenangan kerja, merusak pendengaran, dan bisa menimbulkan kesalahan komuikasi. Bahkan menurut penyelidikan, kebisingan yang serius bisa menyebabkan kematian. Oleh karena itu dalam mendesain perpustakaan perlu diperhatikan adanya suara bunyi yang dapat menentukan tingkat gangguan pada manusia, yakni lama suara, frekuensi, dan intensitas. 3. Kenyamanan warna Warna juga memengaruhi orang yang bekerja dan membaca di perpustakaan. Warna ternyata juga akan memperbesar konsentrasi dan mempengaruhi jiwa seseorang. Oleh karena itu, dalam perencanaan ruang perpustakaan perlu dipahami sifat dan pengaruh warna tersebut. Warna yang kondusif untuk ruang perpustakaan antara lain warna merah, warna kuning, dan warna hijau. Warna merah menggambarkan panas, kegemaran, dan kegiatan bekerja. Warna ini berguna untuk merangsang panca indera dan jiwa agar bersemangat dalam melaksanakan tugasnya. Warna kuning mengambarkan kehangatan. Warna ini akan merangsang mata dan syaraf, yang dapat menimbulkan perasaan gembira. Warna hijau menimbulkan suasana sejuk dan kedamaian. Oleh karena itu warna ini cocok untuk tempat-tempat ibadah, perpustakaan, rumah tinggal, dan lainnya. Warna ruang kerja secara psikologis memengaruhi para pekerja ruang di ruang itu. Tiap warna secara psikologis memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap perilaku dan sikap manusia. Misalnya saja, warna merah membuat orang terangsang. Maka tempat hiburan dan panggung kesenian banyak didominasi warna merah. Hal ini dimaksudkan untuk merangsang penonton. Warna kuning memberikan kesan megah, luas dan lega. Pada acara- acara kehormatan, cenderung digunakan warna kuning agar terlihat megah dan berwibawa. Lain halnya dengan warna hijau atau biru yang memberi kesan sejuk, aman, dan menyegarkan. Warna gelap akan memberikan kesan sumpek dan sempit. Sedangkan warna terang memberikan kesan tegas dan keleluasaan. Universitas Sumatera Utara 29 Warna untuk Eksterior Warna-warna untuk bangunan luar eksterior hendaknya diperhatikan sifat pemantulan dan penyerapan warna. Untuk itu, dalam pemilihan warna sebaiknya disesuaikan dengan iklim. Misalnya pada musim panas, warna yang dipilih hendaknya dipilih warna- warna ringan agar dapat memantulkan panas matahari, sedangkan pada musim dingin hendaknya digunakan warna gelap agar dapat menyerap panas matahari. Disamping itu, efek penyilauan dari warna perlu diperhatikan apabila bangunan terkena panas matahari. Efek penyilauan ini dapat dikurangi dengan memanfaatkan warna- warna gelap. Warna untuk Interior Pemilihan warna yang sesuai untuk ruangan dalam akan memberi kesan : a. Suasana yang menyenangkan dan menarik. b. Secara tidak langsung dapat meningkatkan semangat dan gairah kerja. Dengan demikian diharapakan akan mampu meningkatkan produktivitas kerja. c. Mengurangi kelelahan. Kelelahan merupakan gejala merosotnya kemampuan secara fisik dan mental seseorang sebagai akibat kurang istirahat, terlalu lama melakukan pekerjaan, dan lainya. Kelelahan itu pada dasarnya dibagi menjadi dua, yakni kelelahan secara fisiologis fisik dan kelelahan secara psikologis mental. Pemilihan warna-warna untuk mebeler, dinding, eternit, dan lantai hendaknya disesuaikan dengan keadaan perpustakaan yang memerlukan suasana tenang dan terang. Oleh karena itu, hendaknya dihindari penggunaan warna gelap. Karena warna ini menimbulkan kesan sempit dan sesak pada suatu ruangan. 4. Kenyamanan Udara Udara di sekitar kita dikatakan kotor, apabila kadar oksigen dalam udara tersebut telah berkurang, bercampur dengan gas atau bau yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Kotornya udara dapat dirasakan dengan sesaknya nafas. Keadaan ini akan mempengaruhi kesehatan tubuh manusia dan mempercepat kelelahan. Oleh karena itu, dalam merencanakan ruang perpustakaan perlu dibuat ruang yang nyaman. Kondisi udara dalam ruangan akan mempengaruhi kemampuan manusia dalam melaksanakan pekerjaan fisik dan mental. Sebagaimana diketahui, kecepatan menarik nafas normal bagi seorang dewasa antara 14-20 tarikan nafas perdetik. Universitas Sumatera Utara 30 Suatu ruangan akan terasa nyaman apabila udara di dalam ruangan ini mengandung oksigen O 2 yang cukup. Selain itu juga tidak ada bau yang menggangu pernafasan, seperti : asap pembakaran, sampah, dan gas-gas yang berbahaya bagi manusia, seperti karbon monoksida CO dan karbon dioksida CO 2 . Untuk menjaga kenyamanan ruangan, diperlukan pemasangan alat pengatur suhu, misalnya : a. Memasang AC untuk mengatur udara di dalam ruangan. b. Mengusahakan agar peredaran udara dalam ruangan itu cukup baik, misalnya dengan memasang lubang-lubang angin dan membuka jendela pada saat kegiatan di perpustakaan sedang berlangsung. c. Memasang kipas angin untuk mempercepat pertukaran udara dalam ruangan. Kecepatan pertukaran ini memengaruhi kenyamanan udara. Adapun kecepatan udara yang ideal adalah berkisar antara 0,5-1 mdetik. 5. Kenyamanan Cahaya Cahaya merupakan suatu getaran yang termasuk gelombang elektomagnetis yang dapat ditangkap mata. Masalah penerangan meliputi kemampuan manusia untuk melihat sesuatu, sifat-sifat dari indera penglihatan, usah-usaha yang dilakukan untuk melihat objek dengan lebih baik, dan pengaruh penerangan terhadap lingkungan. Dalam hal cahaya, Suma’mur 1984 menyatakan bahwa perpustakaan memerlukan cahaya yang cukup. Hal itu dikarenakan kegiatan diperpustakaan sebagian besar merupakan kegiatan membaca. Cahaya kadang menyilaukan, bahkan kadang dapat menumbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, seperti : a. Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja. b. Kelelahan mental. c. Keluhan pegal di sekitar mata dan sakit kepala sekitar mata d. Keluhan kerusakan alat penglihat. e. Meningkatkan kecelakaan Orang tidak dapat bekerja dengan baik tanpa cahaya yang cukup apalagi untuk melaksanakan pekerjaan baca tulis. Cahaya yang memadai dan memancar ditempat, akan menambah efisiensi kerja. Mereka yang bekerja di tempat yang cukup cahaya akan dapat bekerja lebih cepat, tepat, dan mengurangi kesalahan. Universitas Sumatera Utara 31 Pada dasarnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan ada dua macam, yakni cahaya alami dan cahaya buatan. a. Cahaya Alami Cahaya alami adalah cahaya yang ditimbulkan oleh matahari dan kubah langit. Cahaya matahari yang mengandung radiasi panas itu apabila masuk ke dalam ruangan akan menyebabkan kenaikan suhu ruangan. Oleh karena itu, cahaya matahari harus dibatasi dan diusahakan tidak langsung masuk ke ruangan. Usaha ini bisa dilakukan dengan menempatkan jendela dibagian utara dan selatan, serta membatasi bidang bukaan di sebelah timur. Cahaya matahari yang masuk hendaknya dibatasi pada sudut kurang dari 45 derajat, yakni pada pagi hari pada pukul 07.00 - 09.00. Sedangkan untuk sore hari pada sudut 180 derajat yakni pada pukul 16.00. Sedapat mungkin cahaya matahari antara pukul 09.00 sampai dengan pukul 14.00 tidak masuk ruangan perpustakaan. Sebab cahaya pada jam-jam tersebut mengandung raduasi panas yang merugikan manusia dan memperpendek daya pakai bahan pustaka, baik yang berupa kertas maupun non kertas. Dengan cahaya matahari secara langsung pada jam-jam tersebut, manusia akan merasa gerah dan cepat lelah. Bahan informasi yang terdiri dari kertas apabila terkena sinar matahari secara langsung akan segera lapuk, tulisannya memudar, dan warna kertasnya menjadi kunign kecoklatan. Cahaya kubah langit adalah cahaya yang berasal dari kubah langit. Cahaya inilah yang banyak dimanfaatkan untuk penerangan ruangan karena tidak membawa radiasi panas secara langsung seperti sinar matahari. b. Cahaya Buatan Cahaya buatan adalah cahaya yang ditimbulkan oleh benda atau gerakan benda yang dibuat oleh manusia baik yang berupa lampu TL maupun lampu pijar. Penggunaan lampu TL apabila dibandingkan dengan lampu pijar mengandung radiasi panas lebih sedikit. Perbandingan cahaya : panas yang dihasilkan lampu TL 50 : 5 . Sedangkan lampu pijar panas 96 : cahaya 4 . Kemampuan mata dalam menangkap objek yang dilihat atau dibaca hanya terbatas. Oleh karena itu, perlu diketahui bahwa kemampuan mata untuk dapat melihat objek dengan jelas dipengaruhi oleh ukuran objek, derajat kontras antara objek dan sekelilingnya, luminasi brightness, bentuk, warna, dan gerak objek yang memengaruhi daya tangkap mata. Derajat kontras adalah perbedaan derajat relatif antara objek dan sekelilingnya. Sedangkan pengertian luminasi berarti arus cahaya yang dipantulkan oleh obyek. Salah satu contoh derajat kontras secara sederhana adalah ketika kita membaca buku atau meletakan benda putih. Agar lebih Universitas Sumatera Utara 32 kontras, maka warna alas seperti buku hendaknya relatif sama dengan warna kertas dari buku tersebut. Hal in dimaksudkan agar huruf-huruf pada buku tersebut mempunyai derajat yang lebih tinggi apabila dibandingkan buku dan alasnya. Demikian dengan benda-benda yang berwarna putih. Agar derajat kontrasnya lebih tinggi, maka benda tersebut harus diletakan pada alas benda yang berwarna gelap. Kegiatan yang dilakukan diperpustakaan tidak dapat lepas dari cahaya. Maka sistem pencahayaan diperpustakaan harus cukup. Hal itu disebabkan pencahayaan yang cukup merupakan syarat mutlak untuk melakukan kegiatan di dalam ruangan. Banyak keuntungan yang diperoleh dengan adanya pencahayaan yang cukup, antara lain : 1. Mampu meningkatkan produktivitas kerja. 2. Dapat dicapai kualitas pekerjaan. 3. Dapat mengurangi ketegangan mata dan kelelahan jiwa. 4. Dapat menimbulkan semangat kerja. 5. Dapat menimbulkan prestise suatu lembaga perpustakaan. Menurut Wesley E. Woodson, bahwa pencahayaan berdasarkan sumbernya dapat dibagi menjadi 4 empat cara penerangan yakni : 1. Cahaya Langsung Yakni cahaya yang dipancarkan langsung dari sumbernya, berkisar antara 90 sampai 100 cahaya output yang langsung jatuh di daerah kerja meja baca. Apabila kita menggunakan lampu pijar, maka cahaya yang dipancarkan akan sangat tajam dan bayangan yang ditimbulkan sangat tegas. 2. Cahaya Tidak Langsung Cahaya ini berasal dari suatu sumber yang dipantulkan dengan suatu media agar menerangi ruangan. Cahaya ini cocok untuk melaksanakan pekerjaan baca tulis maupun cetak mencetak. Cahaya ini oleh sumbernya dipantulkan ke langit-langit ruangan. Pantulan pada langit-langit ini kemudian dipantulkan lagi ke dinding ruangan, dan barulah cahaya itu menyebar ke seluruh ruangan. Dengan demikian, cahaya yang ditimbulkannya benar-benar sudah lunak dan tidak menimbulkan bayangan. 3. Pencahayaan Difusi Pencahayaan difusi adalah sistem pencahayaan yang menghasilkan cahaya yang terpancar ke segala arah. Pencahayaan semacam ini lebih baik daripada sistem pencahayaan setengah langsung. Hal ini dikarenakan sumber cahaya itu sebagian besar berasal dari pantulan langit- langit ruangan. Dengan demikian, bayang-bayang yang ditimbulkannya dan sifat cahaya itu tidak begitu tajam sehingga tidak akan mempercepat kelelahan mata. Universitas Sumatera Utara 33 4. Pencahayaan Campuran Yakni pencahayaan campuran antara cahaya langsung, cahaya tidak langsung, dan penerangan difusi. Cara penerangan ini sebagai modifikasi dari ketiga cara penerangan di atas untuk memenuhi penerangan tertentu yang diinginkan.

2.2.10. Standar dan Kapasitas Perpustakaan Umum

Persentase pengguna aktif sebuah perpustakaan populasi yang dilayani pada sebuah kota atau masyarakat normalnya adalah antara 20-30 penduduknya. Populasi yang dilayani Pelayanan Terbuka Luas area 15 m2 per 1000 volume Volume per 1000 populasi Total kapasitas 3000 1333 4000 100 5000 800 4000 100 10000 600 6000 100 20000 600 12000 180 40000 600 24000 360 60000 600 36000 540 80000 550 44000 660 100000 500 50000 750 Populasi yang dilayani Jumlah tempat duduk per 1000 populasi 100000 – 200000 3 – 4 200000 – 400000 2 – 3 400000 – 700000 2 – 2,5 700000 1,5 – 2 Sumber : Planning and Design of Library Buildings Tabel 2.1. Standar Jumlah buku pada perpustakaan umum Tabel 2.2. Standar Jumlah tempat duduk pada perpustakaan Universitas Sumatera Utara 34

2.3. Lokasi Proyek